Ciri-ciri Proses Pembentukan Jumlah dan Fungsi Sel Darah Merah (Eritrosit) pada Manusia - Pada perempuan normal, sel darah merah yang dimiliki berjumlah sekitar 4,5 juta dalam setiap milimeter kubik darah. Sementara pada laki-laki, jumlahnya agak tinggi yakni berkisar 5 juta dalam setiap milimeter kubik. Namun, jumlah ini dapat naik-turun yang bergantung pada banyak sekali faktor, seperti ketinggian kawasan seseorang hidup dan kesehatan se seorang. Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf, berdiameter kira-kira 7,5 μm, ketebalan tepi 2 μm, dan tidak mempunyai nukleus sehingga gampang rusak. Tengah cakram mempunyai ukuran yang lebih tipis daripada tepinya, yakni berkisar 1 μm. Kelebihan bentuk bikonkaf adalah mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah orang cendekia balig cukup akal dibuat oleh sel-sel yang terletak pada sumsum tulang, terutama tulang rusuk, tulang dada (sternum), dan tulang-tulang belakang (vertebra). (Baca juga : Sel Darah)
Gambar 1. Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf |
Prosesnya disebut eritropoeisis. Pembentukan eritrosit tersebut diatur oleh hormon glikoprotein yang dinamakan eritropoetin. Saat awal dibentuk, sel darah merah bernukleus dan hemoglobin tidak terlalu banyak. Saat dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel naik hingga 280 juta molekul atau sekitar 90% bobot higienis sel. Hingga selesai proses sintesis hemoglobin, nukleus akan keluar dari sel. Hemoglobin (heme: pigmen non protein, globin: protein rendah) yakni protein pigmen yang memperlihatkan warna merah pada darah, yang terdiri atas rantai empat polipeptida sebagai kawasan melekatnya deretan prostetik, heme. Setiap pusat heme terdapat atom besi (Fe2+).
Di dalam darah, hemoglobin akan mengikat oksigen (O2) dari paru-paru dalam bentuk oksihemoglobin. Oksihemoglobin ini akan beredar ke seluruh jaringan tubuh. Reaksi yang terjadi ketika hemoglobin mengikat oksigen (O2) adalah sebagai berikut.
Hb2 + 4O2 → 4HbO2
Setelah oksihemoglobin hingga pada sel-sel tubuh, terjadilah reaksi pelepasan oksigen (O2) oleh Hb dengan persamaan berikut.
4HbO2 → 2Hb2 + 4O2
Berdasarkan proses tersebut, ternyata reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversibel. Reaksi ini dapat terjadi alasannya yakni dipengaruhi oleh suhu, derajat keasaman (pH), dan tekanan oksigen baik yang berada dalam paru-paru maupun jaringan tubuh.
Selain mengangkut oksigen, hemoglobin berperan juga dalam proses pengangkutan karbondioksida (CO2) dari seluruh jaringan tubuh menuju paru-paru. Kemudian, hemoglobin juga menjadi kontrol keseimbangan asam dan basa. Masa hidup sel darah merah di dalam hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan. Setelah itu, akan dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin yaitu pigmen hijau yang memberi warna pada empedu. Sedangkan zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, sehingga sanggup dipakai untuk membentuk sel darah merah baru. Kira-kira ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak.
Diperkirakan bahwa setiap detik tiga juta sel darah merah mati, yang kemudian dibersihkan oleh hati dan limpa. Sel-sel darah merah yang mati akan segera diganti oleh produksi sumsum tulang. Sumsum tulang ini sanggup memproduksi sel darah merah berkisar empat atau lima kali lebih cepat daripada laju kerusakan selnya. Sehingga, ketika kita mengalami pendarahan atau transfusi darah, sumsum tulang akan segera menormalkan kembali jumlah sel darah yang ada dalam tubuh.
Namun demikian, apabila laju kerusakan sel darah merah lebih besar daripada laju produksinya, konsentrasi sel darah merah dalam darah akan turun. Akibatnya, kita sanggup mengalami penyakit anemia. Untuk mengatasinya, kita harus banyak makan makanan yang berupa hati atau ekstrak hati dan vitamin B12 sehingga dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
Anda kini sudah mengetahui Fungsi Sel Darah Merah. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.
No comments:
Post a Comment