Cara Kumbang Daun Berjalan Di Dalam Air - Serangga sangat jago melaksanakan adesi (gaya tarik-menarik antar molekul yang tidak sejenis) pada permukaan kering. Namun, di alam, flora sanggup dilapisi oleh air untuk jangka waktu yang cukup panjang, terutama sesudah hujan. Ahli bionik, Profesor Stanislav Gorb dari Kiel University, Jerman, dan ilmuwan material Profesor Naoe Hosoda dari National Institute for Material Science di Jepang, menemukan kemampuan luar biasa dari kumbang daun yang hidup di darat untuk berjalan di bawah air. Dengan mengambil prosedur daya pencetus kumbang, mereka merancang materi buatan, yang sanggup melekat pada permukaan benda di dalam air.
Hasil penelitian ilmiah mereka dipublikasikan pada tanggal 8 Agustus di jurnal online Proceedings of the Royal Society B.
“Kolaborasi yang kami lakukan dengan Naoe Hosoda ini, menghasilkan temuan yang luar biasa,” kata Gorb. “Pada umumnya telah diketahui bahwa adesi antara dua padatan di udara sanggup dihasilkan dengan tunjangan air. Sama menyerupai kertas yang melekat pada meja dikala menjadi basah.” Tegangan permukaan cairan antara udara, cairan dan padatan disebut gaya kapiler. Untuk melekat pada permukaan kering, serangga memakai gaya kapiler tersebut dengan tunjangan minyak yang tertutup oleh setae (bulu halus) perekat mereka.
“Prinsip yang sama yang terjadi di bawah air tetap merupakan perspektif yang menarik, alasannya yaitu tanpa udara tidak ada gaya kapiler. Kumbang itu menawarkan kepada kita bagaimana melakukannya. Dibutuhkan gelembung udara di bawah air,” terang Gorb. Kumbang memakai gelembung udara yang terjebak antara setae perekat mereka untuk menghasilkan batas yang diharapkan antara udara, cairan dan padatan, dengan demikian sanggup menghasilkan adesi kapiler di bawah air. Sebuah kondisi yang diharapkan untuk proses ini yaitu beberapa properti hidrofobik dari padatan.
Lihat video di bawah ini (Jika video tidak muncul, refresh halaman ini).
Gorb: “Terinspirasi oleh ide ini, kami telah merancang struktur silikon polimer buatan dengan sifat adesif yang bisa melekat di bawah air.” Tantangannya yaitu untuk menemukan kemungkinan semoga bisa menjaga udara dalam materi. Solusinya yaitu dengan memakai struktur mikro yang menghasilkan materi yang lengket di bawah air tanpa memakai lem. Hal ini kemungkinan sanggup diaplikasikan pada perangkat optik bawah bahari atau teknologi bawah air lainnya.”
Referensi Jurnal :
N. Hosoda, S. N. Gorb. Underwater locomotion in a terrestrial beetle: combination of surface de-wetting and capillary forces. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 2012; DOI: 10.1098/rspb.2012.1297
Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut materi yang disediakan oleh Christian-Albrechts-Universitaet zu Kiel via Science Daily (8 Agustus 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment