DNA Mitokondria “Egois” Pada Hewan - Para peneliti di Oregon State University untuk pertama kalinya telah menemukan bahwa dalam setiap spesies hewan, terdapat jenis DNA mitokondria “egois” yang menyakiti suatu organisme dan mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup. DNA ini mempunyai kaitan yang berpengaruh dengan beberapa kerusakan yang terjadi pada sel insan dengan bertambahnya usia seseorang.
Temuan yang gres saja diterbitkan di jurnal PLoS One, meupakan keganjilan biologis yang belum pernah diketahui sebelumnya pada hewan. Tapi keganjilan ini juga sanggup memperlihatkan wawasan gres yang penting untuk mempelajari penuaan pada manusia, kata para ilmuwan.
DNA mitokondria yang “egois ini” sebelumnya ditemukan dalam tanaman, tetapi tidak ditemukan pada hewan. Dalam hal ini, inovasi itu terjadi hampir secara tidak sengaja selama beberapa riset genetik yang dilakukan pada nematoda, Caenorhabditis briggsae (sejenis cacing gelang kecil).
“Kami bahkan tidak mencari ini saat kita menemukannya, pada awalnya kami pikir bahwa itu yakni kesalahan laboratorium,” kata Dee Denver, associate professor OSU di bidang zoologi. “DNA egois tidak seharusnya ditemukan pada hewan, tetapi sanggup menjelma cukup penting sebagai model genetik gres untuk mempelajari jenis kerusakan mitokondria yang berafiliasi dengan penuaan manusia.”
DNA yakni bahan yang menyimpan isyarat genetik dasar untuk organisme hidup, dan melalui proses biologis kompleks DNA memandu fungsi seluler yang menguntungkan. Beberapa dari DNA juga ditemukan dalam mitokondria, yang merupakan daerah untuk memproduksi energi di dalam sel. DNA mitokondria ini pada satu titik dalam evolusi telah terpisah dari DNA lainnya.
Mitokondria umumnya bertindak untuk kepentingan sel, meskipun agak terpisah. Tetapi DNA “egois” yang ditemukan pada beberapa mitokondria tumbuhan (yang kini juga ditemukan pada hewan) mempunyai perbedaan yang besar. DNA tersebut cenderung untuk meniru diri lebih cepat dari DNA lain, mempunyai fungsi yang tidak mempunyai kegunaan bagi sel dan dalam beberapa kasus benar-benar merugikan sel. Pada tumbuhan, misalnya, sanggup mempengaruhi pembungaan dan kadang menyebabkan kemndulan.
“Kami telah melihat DNA ini sebelum melihatnya pada nematoda dan tahu bahwa itu berbahaya, tapi kami tidak tidak menyadari bahwa DNA tersebut termasuk dalam DNA “egois”,” kata Katie Clark, seorang rekan postdoctoral OSU. “Cacing dengan DNA tersebut mempunyai keturunan yang lebih sedikit dibandingkan cacing yang tidak memilikinya. Cacing tersebut juga mempunyai acara otot yang kurang. Hal tersebut kemungkinan memperlihatkan bahwa seleksi alam tidak bekerja dengan baik pada spesies ini.”
Hal itu merupakan cuilan dari kasus umum pada DNA “egois”, kata para ilmuwan. Jika tidak membantu organisme bertahan hidup dan bereproduksi, mengapa DNA tersebut tidak menghilang sebagai jawaban dari tekanan evolusi? Kegigihan DNA tersebut, kata mereka, yakni teladan bagaimana seleksi alam tidak selalu bekerja baik pada tingkat organisme atau sel. Perkembangan biologis memang tidak seluruhnya sempurna.
Dalam hal ini, ukuran populasi nematoda mungkin terlalu kecil untuk menghilangkan DNA “egois” tersebut, kata para peneliti.
Hal yang juga menarik, kata mereka, yakni bahwa cacat yang disebabkan oleh DNA “egois” pada cacing gelang ini secara mengejutkan seolah-olah dengan DNA mitokondria anyir yang terakumulasi, yang merupakan salah satu aspek penuaan manusia. DNA “egois” juga lebih banyak ditemukan pada cacing, seiring dengan penuaan cacing tersebut.
Penelitian lebih lanjut dari perbedaan biologis sanggup membantu membuka tabir gres mengenai apa yang sanggup menyebabkan disfungsi mitokondria, kata Denver. Hal ini juga akan memperlihatkan para peneliti sebuah alat gres yang sanggup dipakai untuk mempelajari proses penuaan.
Referensi Jurnal :
Katie A. Clark, Dana K. Howe, Kristin Gafner, Danika Kusuma, Sita Ping, Suzanne Estes, Dee R. Denver.Selfish Little Circles: Transmission Bias and Evolution of Large Deletion-Bearing Mitochondrial DNA in Caenorhabditis briggsae Nematodes. PLoS ONE, 2012; 7 (7): e41433 DOI: 10.1371/journal.pone.0041433
Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut bahan yang disediakan oleh Oregon State University via Science Daily (9 Agustus 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment