Tuesday, February 13, 2018

Yuk Berguru Komunikasi Dalam Bahasa Matematika

Belajar Matematika yakni Belajar Berkomunikasi Yuk Belajar Komunikasi dalam Bahasa Matematika
Belajar Matematika yakni Belajar Berkomunikasi. 
Matematika yakni bahasa simbol di mana setiap orang yang berguru matematika dituntut untuk memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan memakai bahasa simbol tersebut. 
Di dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 siswa yang sudah memiliki kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa mengkomunikasikannya, yang merupakan tahapan terakhir di dalam proses 5M, yaitu mengamati, menanya, menganalisis, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan
 Oleh alasannya yakni karakteristik dari matematika yang sarat dengan istilah dan simbol, sehingga tidak jarang ada siswa yang bisa menuntaskan soal matematika dengan baik, tetapi tidak mengerti apa yang sedang dikerjakannya. Kemampuan komunikasi matematis yang baik akan menunjang kemampuan-kemampuan matematis yang lain, contohnya kemampuan pemecahan masalah. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka suatu persoalan akan lebih cepat bisa direpresentasikan dengan benar dan hal ini akan mendukung untuk penyelesaian masalah. Selain itu juga kemampuan komunikasi matematis akan menciptakan seseorang bisa memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain, sehingga akan meningkatkan perilaku positif terhadap matematika baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain. 
Ada dua aspek yang dikembangkan di dalam komunikasi matematika yaitu komunikasi ekspresi (talking) dan komunikasi goresan pena (writing). Komunikasi ekspresi sanggup dilihat pada aktifitas dan intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sedangkan komunikasi matematika goresan pena (writing) yakni kemampuan dan keterampilan siswa memakai kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan relasi dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan persoalan yang sanggup diamati pada gambar, grafik, pemodelan matematika dan argumentasi verbal yang berlandaskan konsep-konsep formal yang sudah dipelajari. 
 Komunikasi matematis bisa ditumbuhkan dengan merancang suatu bentuk permasalahan matematika yang untuk menjawabnya tidak sekedar balasan selesai dari suatu mekanisme yang baku tetapi diharapkan penjelasan-penjelasan dan penalaran-penalaran untuk menjawabnya. 
Berikut ini yakni pengalaman sederhana saya di kelas yang mungkin bisa dijadikan materi ilustrasi. Pada suatu kesempatan tatap muka di dalam kelas saya memperlihatkan suatu permasalahan ke bawah umur kelas X Sekolah Menengan Atas ihwal persamaan linier.
Pada suatu hari Bu Siti hendak mengadakan arisan di rumahnya. Untuk salah satu suguhan Ia membeli apel dan jeruk di sebuah toko buah. Apel harga per butirnya yakni Rp. 4.000,- dan Bu Siti membeli sebanyak 18 butir. sedangkan jeruk Rp. 2.500,- per butirnya. Bu Siti menerima kepingan harga Rp. 2.000,- dan hanya membayar ke kasir sejumlah Rp. 100.000,- untuk keseluruhannya. Berapa banyak jeruk yang dibeli oleh Bu Siti?

Setelah beberapa ketika seorang siswa menjawab, "12 butir, Pak".
Saya tulis jawabannya di papan tulis dan berkomentar, "jawaban yang bagus. Ada komentar dengan balasan sobat kalian ini?"
Beberapa siswa berkomentar:
- bagaimana caranya?
- tidak ada langkah-langkahnya Pak?
- tidak paham Pak...
Kemudian saya meminta ke kelas, adakah yang mau memperlihatkan langkah-langkah yang sudah dikerjakannya di papan tulis.
Seorang siswa yang lain maju ke depan, menulis:
18 x 4.000 = 72.000
100.000 - 72.000 - 2.000 = 30.000
30.000/2.500 = 12

Saya berikan kebanggaan pada siswa tersebut dan meminta pendapat lagi pada kelas.

- Mestinya itu 100.000 - 72.000 + 2.000. Potongan 2.000 ditambahkan, bukan dikurangi pak.
Saya betulkan balasan di papan tulis dan bertanya lagi: "masih ada pertanyaan atau komentar lain?"
Tak ada jawaban. 
Kemudian saya menjelaskan sedikit ihwal bahasa matematika dan kemampuan mengkomunikasikan balasan dalam menuntaskan soal matematika.
Saya tambahkan beberapa kata dan kalimat penjelas pada hasil balasan siswa di papan tulis sehingga menjadi:
Harga apel : 18 x 4.000 = 72.000
Uang yang tersisa : 100.000 - 72.000 + 2.000 = 30.000
Jeruk yang dibeli : 30.000/2.500 = 12 butir.
Bagaimana berdasarkan anda dengan balasan di atas? 
Mungkin rujukan yang saya tuliskan di atas belum menggambarkan komunikasi goresan pena dalam matematika yang baik dan utuh. Akan tetapi dengan membiasakan diri melatih siswa mengkomunikasikan balasan ibarat itu harapannya siswa akan terbiasa mengkomunikasikan apa yang ada di dalam pikirannya sehingga yang tersaji nanti di lembar balasan siswa bukanlah sekedar kumpulan angka dan perhitungan tanpa makna tetapi sebuah balasan / solusi dari permasalahan yang sebenarnya.
Karena matematika tidaklah sekedar memperlihatkan balasan benar, melainkan bagaimana meyakinkan pada orang lain bahwa balasan kita benar.
Salam.

No comments:

Post a Comment