Wednesday, July 31, 2019

Pintar Pelajaran Penyebab Bayi Lebih Sering Sakit

Penyebab Bayi Lebih Sering Sakit - Para peneliti dari University of Michigan Health System telah mengetahui penyebab mengapa bayi sering mengalami sakit. Hal ini tentunya sanggup mengurangi rasa cemas para orang tua. Kita sudah usang mengetahui bahwa kemampuan belum dewasa untuk melawan bisul virus menyerupai dengan kemampuan berbicara dan berjalan, yaitu akan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Namun, studi terbaru yang dilakukan oleh U-M menyampaikan bahwa kemampuan alami untuk melawan infeksi, ternyata sudah ada semenjak bayi. Para ilmuwan telah mempelajari sinyal sel kunci yang berfungsi menghambat perkembangan sel-sel kekebalan utama di masa awal kehidupan. Proses penghambatan yang dilakukan sinyal tersebut sanggup meningkatkan respon bayi terhadap infeksi. Temuan ini diterbitkan di edisi online jurnal Imunitas Alam.

“Di usia dini, sel-sel pembunuh alami, menyerupai kebanyakan sel kekebalan lainnya, dimana mereka tidak akan sanggup melaksanakan pematangan fungsionalnya sebelum insan berusia dewasa.  Selama ini kita tidak melupakan fakta bahwa sistem kekebalan badan yang belum matang tidak akan sanggup melindungi kita terhadap infeksi, padahal hal inilah yang menjadikan mengapa bayi yang gres lahir lebih rentan terhadap infeksi.” Kata Yasmina Laouar, Ph.D, tangan kanan professor di U-M Department of Microbiology and Immunology.
 Para peneliti dari University of Michigan Health System telah mengetahui penyebab mengapa Pintar Pelajaran Penyebab Bayi Lebih Sering Sakit
Para peneliti dari University of Michigan Health System telah mengetahui penyebab mengapa bayi sering mengalami sakit. Hal ini tentunya sanggup mengurangi rasa cemas para orang tua. (Credit: © Yuri Arcurs / Fotolia)

Ada kesenjangan besar dalam memahami sistem imunitas bayi, khususnya mengapa respon sel pembunuh alami selalu rendah. Penelitian yang dilakukan oleh jago imunologi di UM ini menyampaikan adanya tugas dari sel yang disebut transforming growth factor beta yang sanggup menjelaskan mengapa respon sel pembunuh alami selalu rendah.

Hasil penelitian menyampaikan bahwa produksi sel pembunuh alami dikendalikan oleh TGF-β, yang diproduksi di sumsum tulang. Pada bayi tikus, pematangan sel-sel pembunuh alami lebih cepat berkembang kalau tidak ada sinyal TGF-β. Sedangkan tikus cerdik balig cukup akal mempunyai sel pembunuh alami yang 10 kali lebih matang ketika sinyal TGF-β tersebut diblokir.

“Tujuan utama kami yakni untuk memilih faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam proses produksi dan pematangan sel-sel pembunuh alami semenjak awal kehidupan. Hal yang mengejutkan yakni kami telah menemukan bahwa sel-sel pembunuh alami sanggup menuntaskan pematangannya dalam jangka waktu 10 hari kalau sinyal TGF-β diblokir.

Para peneliti menyampaikan bahwa mereka sangat tertarik untuk melaksanakan inaktivasi fungsional terhadap sinyal TGF-β sebagai seni administrasi untuk mengurangi defisit sel pembunuh alami di masa awal kehidupan. Oleh alasannya itu perlu dilakukan pengujian pelengkap untuk melengkapi data yang sudah ada.

Referensi Jurnal :

Jeffrey P Marcoe, James R Lim, Keri L Schaubert, Nassima Fodil-Cornu, Marsel Matka, Alexandra L McCubbrey, Alexander R Farr, Silvia M Vidal, Yasmina Laouar. TGF-β is responsible for NK cell immaturity during ontogeny and increased susceptibility to infection during mouse infancy. Nature Immunology, 2012; DOI: 10.1038/ni.2388.

Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh University of Michigan Health System via Science Daily (7 Agustus 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment