Perpustakaan Cyber (15/3/2015) - Penutup kepala menjadi sebuah hal yang penting terutama untuk masyarakat tradisional. Iket yang banyak dikenal sebagai salah satu kekayaan budaya Sunda juga menawarkan hal ini. Selain sebagai epilog kepala, ternyata iket atau yang sering juga dikenal sebagai totopong ini dahulu mempunyai banyak fungsi dan manfaat bagi penggunanya. Iket memang bukan satu-satunya epilog kepala yang banyak dipakai masyarakat Sunda, tetapi iket yakni satu elemen penting yang bisa menawarkan kekayaan budaya suku Sunda kepada masyarakat umum dan masih sering dipakai dalam upacara adat.
Fungsi Pemakaian Iket
Sebagai bab dari busana tradisional masyarakat, iket Sunda ini pemakaiannya bisa menawarkan status sosial seseorang dalam kehidupannya. Iket begitu dikenal sebagai sebuah kekayaan budaya alasannya mempunyai nilai yang cukup tinggi jikalau dibandingkan dengan pelindung kepala yang lain. Selain pembuatannya membutuhkan keterampilan dan ketekunan yang cukup tinggi, juga alasannya sisi estetika yang cukup indah yang dipancarkan dari penggunaan iket ini sendiri.
Sebagai pelindung salah satu bab badan yang paling vital yaitu kepala, bentuk iket yang dibentuk menyerupai simpul ternyata mempunyai makna tersendiri. Simpul sering diidentikkan dengan perilaku silaturahmi. Untuk itu penggunaan iket jikalau dilihat dari budaya setempat sering diibaratkan sebagai sebuah cara melindungi berkat dan derma Yang Kuasa yaitu kemampuan untuk berpikir dan berkarya.
Perubahan Fungsi Iket
Seiring perkembangan jaman, memang kadang budaya yang ada di masyarakat tradisional ikut berubah. Hal ini terjadi juga pada penggunaan dan fungsi Iket bagi masyarakat Sunda. Pada jaman dahulu, penggunaan iket lebih banyak dipakai sebagai pelindung kepala sekaligus sebagai sebuah media yang dipercaya bisa melindungi diri dari roh-roh jahat. Iket juga dipakai masyarakat dahulu untuk membawa barang, alasannya memang pada jaman itu fungsi iket ini menciptakan pekerjaan yang dilakukan lebih praktis. Iket juga mempunyai fungsi lain sebagai suatu simbol yang menawarkan status sosial diantara masyarakat luas. Dan yang terakhir, fungsi iket sebagai salah satu bentuk untuk menghormati seseorang dengan kedudukan dan strata sosial yang lebih tinggi, baik dalam pemerintahan atau dalam keagamaan.
Saat ini dengan berubahnya kebiasaan masyarakat, fungsi penggunaan iket pun ikut berubah. Fungsi iket terkesan lebih simple, yang pertama yaitu sebagai penanda bahwa seseorang yang menggunakan epilog kepala tersebut yakni seorang Sunda. Penggunaannya pun tak lagi banyak di daerah umum, tapi hanya pada ketika program budbahasa tertentu dan juga sebagai sebuah embel-embel ketika seseorang hendak melaksanakan pertunjukan tari etnis Sunda dengan pakaian adat.
Filosofi Bentuk Iket
Iket yang berasal dari sebuah kalimat dengan makna satu ikatan menawarkan dalam kehidupan ini seharusnya ada suatu kesatuan. Hal inilah yang dijunjung tinggi masyarakat setempat dengan pemakaian iket ini. Dalam menghadapi masalah atau dalam menghadapi hidup ini haruslah bersama dan tidak lepas dari jati diri kebudayaan yang dimiliki.
Bujur kandang pada kain pembentuk iket ternyata mencerminkan budaya yang cukup tinggi dari masyarakat Sunda. 4 sudutnya mewakili masing-masing hati, ucapan, raga dan sikap. 4 hal ini yakni hal-hal yang perlu dijaga dalam kehidupan kita sehari-hari dan bisa memilih kemana arah kehidupan kita nantinya. Pada iket, kain ini lalu dilipat menjadi segitiga sama kaki dengan 3 sudut. Sudut-sudut ini juga ternyata mempunyai makna yaitu pemimpin agama, pemimpin wilayah dan juga pemimpin rakyat. Dari sini bisa ditunjukkan bahwa ketika pemimpin inilah yang seharusnya dipatuhi dan dijadikan pemikiran dalam kehidupan.
No comments:
Post a Comment