Perpustakaan Cyber (12/2/2015) - Bagi penikmat drama Korea, terutama untuk drama bergenre historis, tentu tidak abnormal lagi dengan baju moral Korea, yaitu Hanbok. Pakaian tradisional yang sudah ada semenjak masa Goryeo ini masih digemari masyarakat Korea sampai ketika ini. “Han” merupakan sebutan bagi negara Korea, sedangkan “bok” artinya ialah pakaian, jadi arti Hanbok sendiri ialah pakaian Korea. Sebutan Hanbok dipakai oleh Korea Selatan, sedangkan Korea Utara menyebutnya sebagai Choson-ot. Meski sebutannya berbeda, kedua istilah tersebut merajuk pada satu pakaian moral yang sama, yang mempunyai bagian simple dan warna-warni anggun dan menarik mata. Karena sekarang Hanbok mulai digemari juga oleh penggemar budaya Korea dari banyak sekali negara, tak ada salahnya untuk menyidik fakta ihwal Hanbok berikut ini.
1. Sejarah Hanbok
Hanbok diduga sudah dikenakan oleh orang Korea semenjak jaman dahulu, namun bukti kasatmata penggunaan Hanbok ditunjukkan oleh lukisan di situs makam Goguryeo. Lukisan tersebut mengatakan gambar perempuan dan laki-laki yang mengenakan baju yang panjangnya mencapai pinggang dan celana panjang ketat. Oleh alasannya ialah itu, penggunaan pakaian moral tersebut dimulai semenjak masa Dinasti Goryeo (918-1392).
2. Elemen Hanbok
Elemen atau bagia utama Hanbok sedikit mempunyai perbedaan bagi laki-laki dan wanita. Hanbok perempuan terdiri dari Jeogori (atasan) dan Chima (rok), sedangkan untuk laki-laki ialah Jeogori (atasan) dan Baji (celana). Bentuk Chima atau rok yang longgar dan mengembang dibentuk dengan menerapkan pedoman Konfiusius, sehingga para perempuan sanggup bergerak dengan nyaman leluasa ketika duduk maupun melaksanakan pekerjaan. Sedangkan Hanbok pria, atasan atau Jeogori-nya sedikit lebih panjang daripada atasan wanita, alasannya ialah mencapai atau lebih dari pinggang. Baji juga dibentuk dengan bentuj yang longgar, sehingga para laki-laki sanggup bersila, berburu atau bertani dengan lebih bebas dan leluasa. Selain itu, perbedaan Hanbok laki-laki dan perempuan juga terletak pada cara menyimpulkan pita. Penyimpulan pita pada Hanbok perempuan disimpulkan ke sebelah kiri dan menyisakan sedikit juntaian dari sisa bab pita lebih panjang. Sedangkan penyimpulan pita Hanbok laki-laki sama sekali tidak menyisakan pita.
3. Perkembangan bentuk Hanbok
Dibandingkan dengan pria, Hanbok perempuan lebih sering mengalami perkembangan, seiring dengan berjalannya waktu. Pada periode Goryeo, Raja Groyeo menikah dengan Ratu Mongol, sehingga Hanbok sedikit menerima efek budaya Mongol. Lengan Jeogori menjadi sedikit lebih ramping dan Jeogori diikat dengan pita lebar pada bab dada. Sedangkan untuk Chima atau rok, menjadi lebih pendek dengan efek gaya Mongol. Hanbok mengalami perubahan lagi pada periode Joseon, tepatnya pada masa final Dinasti Joseon. Jeogori perempuan didisain menjadi lebih pendek dan sedikit diperketat, dan Chima dibentuk menjadi sedikit lebih panjang.
4. Pemakaian Hanbok
Pada jaman dahulu, Hanbok merupakan pakaian yang dipakai baik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea maupun pada ritual dan program khusus menyerupai ijab kabul dan ritual kedewasaan. Seiring dengan perkembangan jaman dan efek budaya luar, penggunaan pakaian tradisional Korea semakin berkurang. Kini Hanbok hanya dikenakan pada acara-acara tertentu, terutama pada ketika perayaan hari besar Korea, yaitu Chuseok/Chusok (hari bulan purnama).
5. Hanbok di masa modern
Dengan modernisasi dan efek budaya luar, kepopuleran Hanbok sempat mengalami pasang surut. Dari waktu ke waktu, minat dan perhatian masyarakat Korea semakin memudar, terutama ketika pemerintah tetapkan keputusan ihwal penggunaan pakaian barat (jas) sebagai pakaian resmi, pada tahun 1895. Namun, minat dan ketertarikan masyarakat pada Hanbok muncul kembali sesudah Hanbok dipopulerkan lagi, salah satunya ialah melalui drama-drama kolosal.
No comments:
Post a Comment