Perpustakaan Cyber (14/3/2015) - Kain samping bagi sebagian besar orang mungkin hanyalah dianggap sebagai kain biasa yang lekat erat budaya Melayu. Padahal hal ini tidak sepenuhnya benar, mengingat samping sanggup disebut sebagai element penting dalam busana melayu yang memang cukup besar akar budayanya. Penggunaan baju melayu yang dipadu dengan kain samping memang terkesan unik dan memancarkan nilai estetik yang tinggi, tapi lebih daripada itu kain samping ternyata menyimpan banyak hal yang berkaitan dengan budaya setempat, terutama berkaitan dengan cara penggunaannya.
Filosofi Samping
Samping ini berasal dari kata sampingan yang sanggup diterjemahkan sebagai tambahan atau pelengkap, dalam hal ini berafiliasi dengan busana melayu. Jadi, kain samping yang dibentuk dari songket ini bahu-membahu yakni suplemen bagi keseluruhan busana melayu. Samping biasa dipakai di bab luar baju, dimana posisinya melintang dari bab pinggang ke bab lutut. Pemakaian samping sanggup menawarkan banyak hal, terutama kedudukan dan status sosial seseorang. Hal ini seharusnya jadi anutan dalam bertindak terutama di hadapan masyarakat umum.
Fungsi Samping
Samping kerap juga disebut sampan, dan mempunyai salah satu fungsi sebagai suplemen pakaian moral yang dipakai pada kegiatan sehari-hari maupun pada upacara adat. Karena luasnya wilayah bangsa-bangsa melayu, pemakaian samping sanggup berbeda-beda. Ada tempat yang mengkhususkan penggunaan kain ini untuk mereka kalangan ningrat maupun keluarga kerajaan, sehingga penggunaannya terkesan terbatas dan lebih ekslusif. Tapi pada tempat lain, penggunaan samping lebih umum, dimana kain ini sanggup dipakai dalam busana sehari-hari.
Pada tempat tertentu, penggunaan samping dengan motif dan corak tertentu juga sanggup memilih strata sosialnya dalam masyarakat sosial, contohnya warna hijau pada samping menawarkan bahwa sang pemakai yakni seorang Datuk. Berbeda dengan warna kuning yang ibarat diketahui bersama kerap kali dipakai sebagai penanda bahwa sang pemakai yakni seorang sultan atau raja.
Tata Cara Pemakaian Samping Wanita
Sebagai bab yang dianggap penting dalam busana melayu, pemakaian samping juga harus diperhatikan. Pemakaian ini dibedakan menurut gender dan juga status komitmen nikah yang pemakai. Misalnya untuk wanita, mereka yang masih perawan harus menggunakan samping di bab depan. Hal ini ibarat penanda bahwa kain tersebut akan melindungi bab vital yang dimiliki wanita. Untuk mereka yang sudah masih mempunyai suami, pemakaian samping berbeda yaitu bab muka di bab belakang. Pengecualian bagi mereka yang menjadi istri seorang tokoh masyarakat alasannya yakni bab muka kain samping harus diletakkan di bab kanan. Untuk mereka yang sudah janda, bab muka akan menghadap bab kiri. Dengan melihat cara seseorang menggunakan samping, kita jadi sanggup mengetahui statusnya, dimana hal ini berlaku juga bagi para pria.
Tata Cara Pemakaian Samping Pria
Untuk laki-laki yang masih cowok atau masih anak-anak, pemakaiannya harus diatas lutut dengan jarak sekitar 2 jari. Untuk mereka yang masih mempunyai istri, hendaknya menggunakan kain samping hingga batas tempurung pada lutut. Terkecuali bagi mereka yang mempunyai kedudukan khusus dalam masyarakat, contohnya pemimpin moral dimana panjang samping hendaknya hingga di bawah lutut. Di beberapa tempat lain ada penambahan dalam tata cara pemakaian samping ini. Dimana pemakaiannya mengacu ibarat pada tata cara pemakaian untuk perempuan (di bab belakang, di samping kanan atau kiri). Pada beberapa kasus, ada laki-laki yang sudah mempunyai istri tapi menggunakan samping di atas lutut, layaknya seorang bujangan. Hal ini kabarnya sanggup diartikan bahwa laki-laki ini berencana untuk mencari istri lagi.
No comments:
Post a Comment