Nyamuk Transgenik Dapat Mencegah Penyebaran Penyakit Malaria - Menurut para ilmuwan University of California – Irvine, persilangan antar nyamuk akan menghalangi terjadinya abses benalu malaria pada manusia. Penemuan ini merupakan pendekatan yang menarik untuk membantu mengatasi salah satu duduk masalah yang paling mendesak di dunia kesehatan masyarakat yaitu penyakit malaria. Penelitian yang dilakukan oleh Anthony James dan rekannya dari UCI dan Pasteur Institute di Paris telah menghasilkan model nyamuk Anopheles stephensi. Anopheles stephensi sebelumnya telah dikenal sebagai sumber utama penyebaran malaria di India dan Timur Tengah. Model nyamuk hasil penelitian Anthony dan rekannya terbukti sanggup menghalangi perkembangan benalu malaria. Pada akhirnya, para peneliti berharap bahwa nyamuk ini tidak akan bisa menularkan penyakitnya melalui gigitan mereka.
“Tim kami telah menciptakan kemajuan signifikan dengan menghasilkan nyamuk transgenik,” kata James, Profesor terkemuka di bidang microbiology & molecular genetics and molecular biology & biochemistry dari UCI. “Nyamuk ini ialah model pertama dari vektor malaria dengan modifikasi genetik yang berpotensi bisa hidup dalam populasi aslinya dan kemampuan mereka sanggup diturunkan ke generasinya tanpa menghipnotis kesehatan mereka.”
Nyamuk Anopheles stephensi ialah vektor utama penyakit malaria di India dan Timur Tengah ((Credit: Jim Gathany / Centers for Disease Control & Prevention). |
Lebih dari 40 persen populasi dunia tinggal di tempat yang berisiko tertular malaria. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan, 300 – 500 juta masalah malaria terjadi setiap tahun dan hampir 1 juta orang meninggal alasannya ialah penyakit ini setiap tahun-nya. Penderita tersebut sebagian besar ialah bayi, anak anak dan perempuan hamil yang kebanyakan merupakan penduduk Afrika.
James menyampaikan bahwa salah satu laba dari metode yang ditemukan timnya ialah sanggup diterapkan pada puluhan jenis nyamuk yang berbeda yang mempunyai dan membawa benalu Plasmodium falciparum, termasuk di Afrika. Hasil penelitian ini dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences versi online.
Para peneliti mencoba memahami prosedur yang terjadi pada model nyamuk Anopheles stephensi transgenik melalui pendekatan memakai hewan sebagai model yaitu tikus. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tikus yang diinfeksi dengan malaria (malaria ini berasal dari manusia) akan menghasilkan antibodi yang sanggup membunuh parasit. Tim James memanfaatkan komponen molekul dari respon sistem kekebalan tikus dan melaksanakan rekayasa gen yang sanggup menghasilkan respon yang sama di nyamuk. Pada model tersebut, diketahui bahwa antibodi yang dikeluarkan oleh nyamuk hasil rekayasa genetika sanggup menciptakan benalu menjadi tidak berbahaya bagi manusia.
“Kami melihat adanya penghilangan abses benalu malaria secara keseluruhan,” kata James, (anggota dari National Academy of Sciences). “Proses penghambatan kemampuan abses benalu malaria dalam badan serangga akan sanggup membantu mengurangi penyakit pada insan dan mencegah janjkematian secara signifikan.” Dia dan rekan-rekannya telah merintis pembuatan nyamuk transgenik, yaitu nyamuk yang gennya telah diubah. Tujuan utama nyamuk transgenik ini ialah untuk membatasi penularan demam berdarah, malaria dan vektor penyakit lainnya.
Alison Isaacs, Nijole Jasinskiene dan Mikhail Tretiakov dari UCI dan Isabelle Thiery, Agnes Zettor dan Catherine Bourgouin dari Institut Pasteur telah memperlihatkan bantuan untuk penelitian ini. Penelitian ini menerima santunan dari Institut Nasional Penyakit Alergi & Infeksi – National Institutes of Entitas Healthy – melalui sejumlah hibah R37 AI029746.
Referensi Jurnal:
A. T. Isaacs, N. Jasinskiene, M. Tretiakov, I. Thiery, A. Zettor, C. Bourgouin, A. A. James. PNAS Plus: Transgenic Anopheles stephensi coexpressing single-chain antibodies resist Plasmodium falciparum development. Proceedings of the National Academy of Sciences, 2012; DOI: 10.1073/pnas.1207738109.
Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh University of California – Irvine via Science Daily (12 Juni 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment