Thursday, August 1, 2019

Pintar Pelajaran Belum Dewasa Di Kota Lebih Rentan Mengidap Alergi Makanan

Anak-Anak Di Kota Lebih Rentan Mengidap Alergi Makanan - Anak-anak yang tinggal di pusat-pusat kota mempunyai peluang tinggi untuk mengidap alergi masakan dibandingkan mereka yang tinggal di tempat pedesaan. Sebuah studi terbaru dilakukan pertama kalinya untuk memetakan alergi masakan pada belum dewasa dengan lokasi geografis di Amerika Serikat. Secara khusus, belum dewasa di kota besar mempunyai peluang dua kali lipat untuk mengidap alergi kacang dan kerang dibandingkan dengan belum dewasa di pedesaaan. Studi ini akan dipublikasikan dalam Clinical Pediatrics edisi bulan Juli.

“Kami telah menemukan untuk pertama kalinya bahwa kepadatan populasi yang lebih tinggi akan meyebabkan kemungkinan lebih besar alergi masakan pada anak” kata ketua tim penulis Ruchi Gupta, M.D., ajudan professor pediatri dari Sekolah Ilmu Kedokteran Feinberg Universitas Northwestern dan dokter di Rumah Sakit Anak Ann & Robert H. Lurie Chicago (sebelumnya Memorial Anak). “Ini memperlihatkan bahwa lingkungan mempunyai efek terhadap alergi makanan. Tren serupa juga telah dilihat untuk kondisi terkait menyerupai pada asma. Pertanyaan besarnya adalah, apakah lingkungan memicu alergi makanan?
Anak Di Kota Lebih Rentan Mengidap Alergi Makanan  Pintar Pelajaran Anak-Anak Di Kota Lebih Rentan Mengidap Alergi Makanan
Menurut penelitian terbaru, belum dewasa yang tinggal di pusat-pusat kota mempunyai prevalensi lebih tinggi untuk mengidap alergi masakan daripada mereka yang tinggal di tempat pedesaan (Credit: © Shmel / Fotolia).
Untuk membantu memahami alergi makanan, akan lebih baik kalau kita memahami faktor lingkungan dibandingkan dengan tindakan pencegahannya.

Gupta, yang juga merupakan seorang peneliti di Institut untuk Studi Kesehatan di Sekolah Feinberg, menyampaikan beberapa penelitian ke depannya akan memfokuskan untuk mencoba mengindentifikasi penyebab lingkungan tersebut.

Penelitian ini melibatkan 38.465 belum dewasa berusia 18 tahun dan dibawah 18 tahun, yang sanggup mewakili teladan rumah tangga di Amerika Serikat. Alergi masakan mereka dipetakan dalam isyarat ZIP. Berikut ini yaitu temuan pada studinya :
  1. Di sentra kota, 9,8 persen belum dewasa mempunyai alergi makanan, dibandingkan dengan 6,2 persen belum dewasa pedesaan, perbedaannya hampir 3,5 persen.
  2. Umumnya insiden alergi kacang dua kali lebih banyak pada belum dewasa di sentra perkotaan dibandingkan belum dewasa di pedasaan, yakni 2,8 persen belum dewasa mempunyai alergi di sentra kota dibandingkan dengan 1,3 persen belum dewasa di pedesaan. Kejadian alergi kerang lebih dari dua kali lipat di sentra kota dibandingkan pedesaan, yakni 2,4 persen belum dewasa mempunyai alergi kerang di sentra kota dibandingkan dengan 0,8 persen belum dewasa di pedesaan.
  3. Alergi masakan sama-sama sulit terlepas dari bagaimana kehidupan pada anak-anak. Hampir 40 % alergi masakan pada belum dewasa di studi ini tingkat alerginya telah parah, mengancam kehidupannya akan reaksi terhadap makanan.
  4. Negara-negara serpihan dengan nilai insiden tertinggi secara keseluruhan akan alergi makan yaitu Nevada, Florida, Georgia, Alaska, New Jersey, Delaware, Maryland dan  wilayah Columbia.
  5. Studi ini dilakukan berdasarkan pendapatan rumah tangga, ras, etnik, jenis kelamin dan usia. Untuk melacak insiden alergi masakan di pusat-pusat kota, kota-kota metropolitan, di sekitar perkotaan, tempat pinggiran kota, kota kecil dan tempat pedesaan.
Alergi masakan merupakan duduk perkara serius bagi kesehatan. Diperkirakan 5,9 juta belum dewasa usia di bawah 18 tahun, atau satu dari setiap 13 anak, reaksi alergi masakan berpotensi mengancam nyawanya, berdasarkan penelitian Gupta hingga tahun 2011. Reaksi alergi yang parah yang sanggup menjadikan kematian, mencakup penurunan tekanan darah, kesulitan bernapas dan pembengkakan tenggorokan. Akibat reaksi alergi masakan dalam setiap 3 menitnya ada satu orang Amerika yang dibawa ke ruang gawat darurat, berdasarkan sebuah studi pada Maret 2011 yang diterbitkan pada Journal of Allergy and Clinical Immunology.

Pada penelitian sebelumnya telah memperlihatkan peningkatan insiden asma, eksim, alergi rhinitis dan konjungtivitas di tempat perkotaan dibandingkan orang pedesaan. Hipotesisnya yaitu bahwa pada masa awal kehidupan seseorang, paparan basil tertentu yang berkaitan dengan kehidupan pedesaan sanggup melindungi seseorang terhadap hipersensivitas pada alergen (faktor pemicu alergi) tertentu. Atau, banyaknya polutan yang ditemukan di tempat perkotaan sanggup memicu peningkatan resiko alergi.

Inisiatif Alergi Makanan (FAI), sebuah nirlaba nonprofit yang didirikan pada tahun 1998 oleh orang bau tanah dan kakek-nenek yang peduli serta pihak swasta sebagai penyandang dana terbesar untuk penelitian alergi masakan di dunia, menawarkan derma keuangan untuk penelitian ini.

“Penelitian Dr. Gupta yang sedang berlangsung mengenai insiden alergi masakan pada belum dewasa di Amerika Serikat sanggup menyediakan isu penting untuk membantu kita mengatasi duduk perkara kesehatan yang berkembang secara umum yakni alergi makanan”, kata Mary Jane Marchisotto, administrator eksekutif dari Inisiatif Alergi Makanan. “Kami berkomitmen untuk menemukan obat untuk alergi masakan dan studi ini menawarkan komplemen wawasan wacana mengapa pada beberapa orang tertentu mempunyai alergi masakan sedang yang lainnya tidak”.

Referensi Jurnal:

R. S. Gupta, E. E. Springston, B. Smith, M. R. Warrier, J. Pongracic, J. L. Holl. Geographic Variability of Childhood Food Allergy in the United States. Clinical Pediatrics, 2012; DOI: 10.1177/0009922812448526.

Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh Northwestern University via Science Daily. Naskah aslinya ditulis oleh Marla Paul. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment