Thursday, August 1, 2019

Pintar Pelajaran Efek Depresi / Stres Terhadap Sel Saraf Otak

Pengaruh Depresi / Stres Terhadap Sel Saraf Otak - Depresi / stres sangat mengganggu pikiran anda. Sebuah studi gres menemukan bahwa depresi berat sanggup menjadikan banyak perubahan pada otak yang terkait dengan gangguan “mood” (suasana hati). Stres menghambat gen yang disebut neuritin, gen tersebut sangat besar lengan berkuasa terhadap tingkat depresi. Hasil penelitian ini mengatakan wawasan gres ke dalam prosedur di balik depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar, serta sanggup memperlihatkan ditemukannya obat gres untuk mengobati kondisi tersebut.

Penelitian telah memperlihatkan bahwa gangguan suasana hati sanggup mengganggu otak seseorang serta kehidupan mereka. Studi postmortem (pembedahan sehabis kematian) dan scan otak telah mengungkapkan bahwa hippocampus (pusat memori otak) sanggup menyusut dan berhenti berkembang pada orang dengan riwayat depresi dan gangguan suasana hati lainnya. Orang yang hidup dengan gangguan suasana hati juga diketahui mempunyai tingkat neurotrophic factor (BDNF) yang rendah, neurotrophic factor yaitu faktor pertumbuhan yang menjaga neuron (sel saraf) biar tetap sehat. Selain itu, mereka juga mempunyai acara yang rendah pada gen neuritin, gen ini bertugas mengkode protein yang sanggup melindungi plastisitas otak (kemampuan otak untuk merombak dan mengubah sistem saraf di dalamnya terhadap adanya pengalaman baru).
 Sebuah studi gres menemukan bahwa depresi berat sanggup menjadikan banyak perubahan pada o Pintar Pelajaran Pengaruh Depresi / Stres Terhadap Sel Saraf Otak
Pengurangan acara neuron pada tikus yang mengalami depresi (kiri), acara neuron yang kembali normal pada tikus yang telah diberi protein neuritin (kanan). (Foto: Hyeon Son et al., PNAS (2012)
Ronald Duman, spesialis neurobiologi di Yale University dan rekan-rekannya bertanya-tanya, apakah neuritin mempunyai kemungkinan untuk memainkan kiprah yang penting dalam depresi dan gangguan suasana hati lainnya. Mereka lalu menginduksi depresi pada sekelompok tikus biar menderita depresi kronis. Mereka mengisolasi, merampas masakan dan waktu bermain serta mengubah siklus siang dan malam pada tikus-tikus tersebut selama 3 minggu. Tikus-tikus tersebut lalu menjadi gampang mengalah dan menjadi tak bergerak dikala ditempatkan dalam kolam air.

Semua tikus yang mengalami depresi memperlihatkan rendahnya tingkat acara gen neuritin, dan  berangsur pulih dikala diobati dengan antidepresan. Dengan meningkatkan kadar protein yang dihasilkan oleh gen neuritin juga sanggup mengembalikan kondisi tikus yang mengalami depresi tersebut. Para peneliti menemukan bahwa peningkatan produksi neuritin dengan cara menyuntikkan virus yang memicu verbal gen neuritin ke dalam tikus, sanggup melindungi tikus dari atrofi (terhentinya perkembangan) sel otak dan perubahan struktural otak lainnya yang bekerjasama dengan gangguan gangguan suasana hati, bahkan dikala tikus menderita stress yang kronis. Para peneliti melaporkan temuan mereka secara online dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

“Neuritin menghasilkan efek yang seakan-akan dengan obat antidepresan,” kata Duman.”Saya terkejut bahwa molekul ini dengan sendirinya sudah cukup untuk memblokir efek stres dan depresi.”

Untuk lebih menegaskan kiprah neuritin, para peneliti memblokir acara gen neuritin dalam kelompok tikus yang tidak mengalami stres. Tikus-tikus yang diblokir acara gen neuritinnya memperlihatkan tanda-tanda depresi yang sama dengan tikus yang mengalami stress.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa gen neuritin sangat berperan besar dalam tingkat depresi. “Ini merupakan studi yang luar biasa, studi ini membuka tabir gres dalam bidang biologi depresi dan antidepresan,” kata John Neumaier seorang psikiater dan ilmuwan saraf di University of Washington, Seattle. “Studi Ini sanggup menghasilkan cara terapi yang baru.”

“Dengan memakai antidepresan yang ada sekarang, hanya sekitar 30% dari orang dengan gangguan suasana hati kembali ke kondisi semula,” kata Russo, seorang neurobiologi dari Mount Sinai School of Medicine di New York City. Neuritin mempunyai kemungkinan yang besar untuk dipakai sebagai terapi alternatif dalam pengobatan terhadap depresi.

Referensi Jurnal :

Hyeon Son et al., Neuritin produces antidepressant actions and blocks the neuronal and behavioral deficits caused by chronic stress. Published online before print June 25, 2012, doi: 10.1073/pnas.1201191109.

Artikel ini merupakan terjemahan dari materi yang disediakan oleh ScienceMag (25 Juni 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment