Peneliti Menciptakan Alat Baru Untuk Mempelajari Molekul Biologi Tunggal - Dengan menggabungkan teknologi mikroskop optik dan atom, peneliti dari Iowa State University dan Laboratorium Ames telah menemukan cara untuk melaksanakan pengukuran 3-D molekul biologi tunggal dengan akurasi dan presisi yang belum pernah ada sebelumnya.
Teknologi yang ada ketika ini memungkinkan peneliti untuk mengukur molekul tunggal pada sumbu x dan y secara 2-D. Sedangkan teknologi gres ini memungkinkan peneliti untuk membuat pengukuran tinggi (sumbu z) hingga dengan ukuran nanometer, tanpa memakai optik tertentu atau permukaan khusus untuk sampel.
“Ini yaitu tipe pengukuran gres yang sanggup dipakai untuk memilih posisi z dari suatu molekul,” kata Sanjeevi Sivasankar, tangan kanan profesor Iowa State di bidang fisika dan astronomi yang juga merupakan asosiasi dari Departemen Energi AS “Ames Laboratory”.
Rincian teknologi-baru ini diterbitkan oleh jurnal Nano Letters. Rekan penulis dari penelitian ini yaitu Sivasankar; Hui Li, seorang post-doktoral dari Iowa State di bidang fisika dan astronomi dan asosiasi dari Laboratorium Ames, dan Chi-Fu Yen, seorang mahasiswa doctoral dari Iowa State di bidang teknik elektronik dan komputer dan mahasiswa dari Laboratorium Ames.
Proyek ini didukung oleh dana dari Iowa State University dan hibah sebesar $ 120.075 dari Grow Iowa Values Fund, sebuah jadwal pembangunan ekonomi Negara kepingan di Amerika.
Program penelitian milik Sivasankar ini mempunyai dua tujuan: pertama yaitu untuk mempelajari bagaimana sel biologis sanggup melekat satu sama lain dan untuk menyebarkan alat gres untuk mempelajari sel-sel tersebut.
Itu sebabnya teknologi mikroskop gres yang disebut standing wave axial nanometry (SWAN) ini dikembangkan di laboratorium milik Sivasankar.
Berikut cara kerja teknologi gres tersebut : Para peneliti menambahkan mikroskop atom komersial ke mikroskop fluoresensi molekul tunggal. Ujung mikroskop atom berada di atas sinar laser terfokus, sehingga membuat contoh gelombang yang tegak lurus. Sebuah molekul yang telah diberi perlakuan semoga sanggup memancarkan cahaya ditempatkan dalam gelombang tegak lurus tersebut. Pada ketika ujung mikroskop atom bergerak naik dan turun, fluoresensi dipancarkan oleh fluktuasi molekul sesuai dengan jarak dari permukaan. Jarak tersebut sanggup dibandingkan dengan penanda yang ada di permukaan dan lalu diukur.
“Kita sanggup mendeteksi ketinggian dari molekul dengan akurasi dan presisi dalam ukuran nanometer,” kata Sivasankar.
Penelitian ini melaporkan bahwa pengukuran dari ketinggian molekul akurat hingga kurang dari skala nanometer. Penelitian ini juga melaporkan bahwa pengukuran sanggup diambil lagi dan lagi untuk presisi sebesar 3,7 nanometer.
Tim peneliti Sivasankar memakai nanospheres fluorescent dan untai tunggal DNA untuk mengkalibrasi, menguji dan menunjukan instrumen gres mereka.
Pengguna yang sanggup mengambil manfaat dari teknologi ini yaitu termasuk peneliti di bidang medis yang membutuhkan resolusi data yang tinggi dari mikroskop. Sivasankar berpikir teknologi ini mempunyai potensi komersial dan ia yakin bahwa teknologi ini akan memajukan penelitiannya sendiri di bidang biofisika molekul tunggal.
“Kami berharap penggunan teknologi ini sanggup memajukan penelitian kami,” katanya. “Untuk melaksanakan itu, kami akan terus membuat teknologi baru.”
Referensi Jurnal :
Hui Li, Chi-Fu Yen, Sanjeevi Sivasankar. Fluorescence Axial Localization with Nanometer Accuracy and Precision. Nano Letters, 2012; 12 (7): 3731 DOI: 10.1021/nl301542c.
Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut bahan yang disediakan oleh Iowa State University via Science Daily (3 Agustus 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment