Produk Antibakteri Belum Tentu Baik Bagi Kesehatan Anak-Anak - Paparan materi kimia antibakteri yang dijual secara umum dan pengawet yang ditemukan di sabun, pasta gigi, obat kumur dan produk perawatan eksklusif lainnya sanggup menciptakan anak lebih rentan terhadap aneka macam alergi masakan dan lingkungan, berdasarkan penelitian terbaru dari Johns Hopkins Children’s Center.
Hasil penelitian yang dibiayai NIH ini diterbitkan secara online pada tanggal 18 Juni di Journal of Allergy and Clinical Immunology.
Dengan memakai data dari survei kesehatan nasional pada 860 anak usia 6 hingga 18 tahun, peneliti dari Johns Hopkins menguji hubungan antara tingkat antibakteri dan pengawet pada urin anak dan keberadaan antibodi IgE dalam darah anak. Antibodi IgE ialah senyawa kimia kekebalan badan yang meningkat sebagai respon terhadap alergen dan biasanya Ige meningkat pada orang yang mengidap alergi.
“Kami melihat hubungan antara tingkat paparan dari materi kimia anti basil dan pengawet (diukur dengan memakai jumlah biro antimikroba dalam urin) dengan risiko alergi (ditandai dengan sirkulasi antibodi terhadap alergen spesifik),” kata pemimpin penelitian ini, Jessica Savage, MD, MHS, seorang rekan peneliti dari John Hopnkins Children’s Center.
Para peneliti mengingatkan bahwa temuan ini tidak menawarkan bahwa antibakteri dan pengawet menyebabkan alergi, akan tetapi mereka menduga bahwa faktor-faktor tersebut memainkan tugas dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh.
Para peneliti menyampaikan temuan mereka juga sejalan dengan “hipotesis higienis” (hipotesis yang menjelaskan angka pertumbuhan alergi masakan dan lingkungan di negara maju). Hipotesis tersebut menawarkan bahwa paparan basil patogen pada masa kanak-kanak sangat penting dalam membangun respon kekebalan badan yang sehat. Kurangnya paparan tersebut, berdasarkan teori, sanggup menyebabkan sistem kekebalan badan bersifat terlalu aktif, sehingga sanggup salah dalam menanggapi zat-zat yang tidak berbahaya menyerupai protein makanan, serbuk sari atau bulu binatang peliharaan.
“Hubungan antara risiko alergi dan paparan antimikroba menawarkan bahwa biro ini sanggup mengganggu keseimbangan antara basil menguntungkan dan jelek dalam badan dan menyebabkan disregulasi sistem kekebalan tubuh, yang nantinya akan sanggup meningkatkan risiko alergi,” tambah Savage.
Dalam studi ini, bawah umur yang mempunyai tingkat triclosan (agen antibakteri dipakai dalam sabun, obat kumur dan pasta gigi) tinggi pada urinnya mempunyai tingkat antibodi IgE terhadap masakan yang tinggi (meningkatkan risiko terkena alergi makanan) dibandingkan dengan bawah umur yang mempunyai tingkat triclosan rendah . Anak-anak yang mempunyai tingkat paraben (pengawet dengan sifat antimikroba yang dipakai dalam kosmetik, masakan dan obat) pada urinnya, mempunyai kemungkinan lebih tinggi mempunyai antibodi IgE terhadap alergen lingkungan menyerupai serbuk sari dan bulu binatang peliharaan, dibandingkan dengan bawah umur dengan tingkat paraben rendah.
Tim peneliti awalnya memusatkan perhatian pada tujuh materi yang sebelumnya telah terbukti mengganggu fungsi endokrin pada hewan. Senyawa tersebut ialah bisphenol A (ditemukan dalam plastik), triclosan, benzofenon-3 dan propil, metil, etil paraben dan butyl (ditemukan dalam pribadi-produk kebersihan pribadi, beberapa masakan dan obat). Menariknya, triclosan dan paraben yang sama-sama mempunyai sifat antimikroba merupakan dua senyawa yang terkait dengan risiko meningkatnya alergi, berdasarkan penelitian ini.
“Temuan ini menyoroti dampak dari biro antimikrobia tersebut sebagai kemungkinan “pendorong” perubahan terhadap sistem kekebalan tubuh,” kata peneliti senior Corinne Keet, MD, MS, spesialis alergi di Johns Hopkins Children’s Center.
Untuk memperjelas hubungan antara biro antimikroba dan peningkatan alergi, para peneliti merencanakan studi jangka panjang pada bayi yang terpapar materi antibakteri pada dikala lahir, dan mengikuti serta mengamati perkembangan bayi tersebut.
Referensi Jurnal:
Jessica H. Savage, Elizabeth C. Matsui, Robert A. Wood, Corinne A. Keet. Urinary levels of triclosan and parabens are associated with aeroallergen and food sensitization. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 2012; DOI: 10.1016/j.jaci.2012.05.006.
Artikel ini merupakan terjemahan goresan pena ulang dari materi yang disediakan oleh Johns Hopkins Medicine, via Science Daily (19 Juni 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment