Minyak Bumi dan Minyak Mentah : Proses Pembentukan, Pengolahan, Manfaat, Dampak - Salah satu senyawa hidrokarbon yang sangat penting bagi manusia saat ini yakni gas alam (natural gas) dan minyak bumi (petroleum). Minyak bumi sebagai sumber energi tidak absurd lagi bagi negara-negara Arab, termasuk Indonesia. Minyak bumi tidak hanya digunakan sebagai bahan bakar mesin industri dan alat transportasi, tetapi juga sebagai materi dasar untuk produk-produk rumah tangga, ibarat plastik dan kosmetik. Bagaimanakah proses pembentukan minyak bumi? Bagaimanakah teknik pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi? Apakah kegunaan dari produk-produk hasil pengolahan minyak bumi? Anda sanggup mengetahui semua jawaban tersebut dengan mempelajari penggalan ini.
A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi
Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil binatang dan flora yang ditemukan dalam kulit bumi berupa gas alam, batubara, dan minyak bumi.
1. Pembentukan dan Eksplorasi
Minyak bumi terbentuk dari fosil-fosil binatang dan flora kecil yang hidup di maritim dan tertimbun selama berjuta-juta tahun lampau. Ketika hewan dan flora maritim mati, jasad mereka tertimbun oleh pasir dan lumpur di dasar laut. Setelah ribuan tahun tertimbun, akhir pengaruh tekanan dan suhu bumi yang tinggi, lapisan-lapisan lumpur dan pasir berubah menjadi batuan. Akibat tekanan dan panas bumi, fosil hewan dan flora yang terjebak di lapisan batuan secara perlahan berubah menjadi minyak mentah dan gas alam. Kedua materi tersebut terperangkap di antara lapisan-lapisan batuan dan tidak sanggup keluar (perhatikan Gambar 1).
Gambar 1. Pembentukan minyak bumi berasal dari fosil yang tertimbun di dasar laut |
Sekarang, minyak bumi banyak dijumpai di dasar maritim erat lepas pantai sehingga dibangun anjungan minyak bumi lepas pantai seperti pada Gambar 2 dan daratan yang tidak jauh dari pantai. Hal ini akibat adanya gerakan kerak bumi yang menimbulkan pergeseran pada lapisan batuan, ibarat gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Gambar 2. Anjungan minyak bumi lepas pantai brazil (Wikimedia Commons) |
Untuk mengetahui sumber minyak bumi diharapkan pengetahuan geologi dan pengalaman. Pekerjaan ini merupakan kiprah dan tanggung jawab para insinyur pertambangan dan geologi.
Tahap pertama eksplorasi minyak bumi yakni mencari petunjuk di permukaan bumi ibarat adanya lipatan-lipatan batuan. Lipatan-lipatan itu akhir tekanan gas dan minyak bumi yang merembes ke dalam batuan berpori sehingga minyak bumi sanggup naik ke permukaan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi lantaran tertahan oleh lapisan batuan lain.
Berdasarkan hasil pengamatan dan petunjuk struktur permukaan bumi, area selanjutnya diselidiki memakai pancaran gelombang seismik. Pancaran gelombang seismik digunakan untuk menentukan struktur batuan pada lapisan kulit bumi.
Gelombang seismik diciptakan memakai ledakan kecil. Ledakan ini akan menghasilkan gelombang dan mengirimkannya hingga kedalaman tertentu. Jika ada struktur batuan yang menggelembung (anti cline), gelombang akan dipantulkan kembali. Pantulan ini sanggup dideteksi oleh sensor sehingga sanggup diketahui secara akurat posisi minyak bumi (perhatikan Gambar 3).
Gambar 3. Eksplorasi minyak bumi dengan memakai sensor penangkap radar lipatan batuan. |
Untuk mengeluarkan minyak bumi dan gas alam dari lapisan batuan diharapkan pemboran lapisan bumi hingga mencapai ke dasar lapisan batuan yang mengandung minyak bumi. Kedalamannya sanggup mencapai ratusan meter. Setelah dibor, pada awalnya minyak bumi akan memancar sendiri akhir tekanan lapisan bumi yang tinggi, tetapi makin ke atas tekanan ini makin lemah sehingga diharapkan tekanan dari luar. Ini dilakukan dengan cara memompa memakai air atau udara hingga minyak bumi sanggup dipompa keluar. Pengangkutan minyak mentah sanggup dilakukan dengan memakai kapal tanker ibarat pada Gambar 4.
Gambar 4. Supertanker AbQaiq yang mengangkut sekitar 2 juta barel minyak mentah. (Wikimedia Commons) |
2. Komposisi Minyak Bumi
Gas alam merupakan adonan dari alkana dengan komposisi bergantung pada sumbernya. Umumnya, mengandung 80% metana (CH4), 7% etana (C2H6), 6% propana (C3H8), 4% butana dan isobutana (C4H10), dan 3% pentana (C5H12). Gas alam yang dipasarkan sudah diolah dalam bentuk cair, disebut LNG (liquid natural gas).
Minyak bumi hasil pertambangan yang belum diolah dinamakan minyak mentah (crude oil). Minyak mentah merupakan adonan yang sangat kompleks, yaitu sekitar 50–95% yakni hidrokarbon, terutama golongan alkana dengan berat molekul di atas 100–an; sikloalkana; senyawa aromatik; senyawa mikro, seperti asam-asam organik; dan unsur-unsur anorganik ibarat belerang.
Hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas hidrokarbon jenuh, alifatik, dan alisiklik. Sebagian besar komponen minyak mentah adalah hidrokarbon jenuh, yakni alkana dan sikloalkana. Di Indonesia, minyak bumi terdapat di penggalan utara pulau Jawa, bagian timur Kalimantan dan Sumatra; kawasan Papua; dan penggalan timur pulau Seram. Minyak bumi juga diperoleh di lepas pantai utara Jawa dan pantai timur Kalimantan.
Minyak bumi yang ditambang di Indonesia umumnya banyak mengandung senyawa hidrokarbon siklik, baik sikloalkana maupun aromatik. Berbeda dengan minyak dari Indonesia, minyak bumi dari negara-negara Arab lebih banyak mengandung alkana dan minyak bumi Rusia lebih banyak mengandung sikloalkana.
Catatan :
Orang yang kali pertama menambang minyak bumi adalah Edwin Drake pada 1859 di Titusville, Pensilvania.
B. Pengolahan Minyak Mentah
Minyak mentah merupakan adonan yang sangat kompleks maka perlu diolah lebih lanjut untuk sanggup dimanfaatkan. Gambar 5 merupakan tempat pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi minyak bumi, ibarat yang ada di SPBU dilakukan melalui penyulingan (distillation) bertingkat.
Gambar 5. Tampilan kilang minyak Shell/Valero Martinez |
1. Penyulingan Minyak Bumi
Minyak yang ditambang masih berupa minyak mentah yang belum dapat digunakan. Untuk sanggup dimanfaatkan sebagai materi bakar dan aplikasi lain, minyak mentah perlu diolah di kilang-kilang minyak melalui penyulingan bertingkat dengan teknik fraksionasi.
Hidrokarbon yang mempunyai titik didih paling rendah akan terpisah lebih dulu, disusul dengan hidrokarbon yang mempunyai titik didih lebih tinggi. Jadi, secara bertahap, senyawa hidrokarbon sanggup dipisahkan dari campuran minyak mentah.
Tabel 1 Proses Penyulingan Minyak Mentah Menjadi Fraksi-Fraksi Minyak Bumi
Distilat | Jumlah Atom C | Aplikasi |
Gas | 1 – 4 | Bahan bakar gas, plastik,bahan kimia |
Gasolin | 5 – 10 | Bahan bakar cair (bensin), Bahan kimia |
Kerosin | 11 – 15 | Bahan bakar pesawat, materi bakar kompor, materi kimia |
Diesel | 16 – 20 | Bahan bakar diesel, materi kimia |
Pelumas | 21 – 40 | Pelumas, lilin, malam (wax) |
Residu | > 50 | Aspal, zat anti bocor(waterproof) |
Fraksi minyak mentah yang pertama keluar dari penyulingan adalah senyawa hidrokarbon dengan massa molekul rendah, kurang dari 70 sma. Fraksi ini dikemas dalam tabung bertekanan hingga mencair. Hasil pengolahan pada fraksi ini dikenal dengan LPG (liquid petroleum gas). Setelah semua fraksi teruapkan, fraksi berikutnya yang keluar adalah fraksi gasolin. Suhu yang diterapkan untuk mengeluarkan fraksi ini berkisar antara 40 – 200 °C.
Pada suhu tersebut, hidrokarbon mulai dari pentana hingga oktana dikeluarkan dari penyulingan (lihat titik didih pentana hingga oktana). Pada suhu kamar, wujud dari fraksi ini yakni cairan tak berwarna hingga agak kuning dan gampang menguap. Demikian seterusnya hingga semua fraksi sanggup dipisahkan secara bertahap menurut perbedaan titik didihnya. Hasil fraksionasi itu menyisakan residu yang disebut aspal berwarna hitam pekat.
2. Perengkahan Minyak Bumi
Untuk memenuhi kebutuhan produk tertentu, hidrokarbon yang berantai panjang sanggup dipecah menjadi lebih pendek melalui proses perengkahan (cracking). Sebaliknya, hidrokarbon rantai pendek dapat digabungkan menjadi rantai yang lebih panjang (reforming).
Untuk meningkatkan fraksi bensin sanggup dilakukan dengan cara memecah hidrokarbon rantai panjang menjadi fraksi (C5–C9) melalui perengkahan termal. Proses perengkahan ini dilakukan pada suhu 500 °C dan tekanan 25 atm.
Hidrokarbon jenuh rantai lurus ibarat kerosin (C12H26) dapat direngkahkan ke dalam dua buah fragmen yang lebih pendek menjadi senyawa heksana (C6H14) dan heksena (C6H12).
(500 °C 25 atm) | ||
C12H26(l) | → | C6H14(l) + C6H12(l) |
Keberadaan heksena (alkena) dari hasil perengkahan termal dapat meningkatkan bilangan oktan sebesar 10 satuan. Akan tetapi, produk dari proses perengkahan ini umumnya kurang stabil kalau disimpan dalam kurun waktu lama.
Oleh lantaran produk perengkahan termal umumnya kurang stabil maka teknik perengkahan termal diganti dengan perengkahan katalitik menggunakan katalis yang dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi. Perengkahan katalitik, contohnya alkana rantai panjang direaksikan dengan campuran silikon (SiO2) dan alumina (Al2O3), ditambah gas hidrogen atau katalis tertentu.
Dalam reforming, molekul-molekul kecil digabungkan menjadi molekul-molekul yang lebih besar. Hal ini dilakukan guna meningkatkan produk bensin. Misalnya, butana dan propana direaksikan membentuk heptana. Persamaan reaksinya:
C4H10(g) + C3H8(g) → C7H16(l) + H2(g)
Sekilas Kimia
Perengkahan (Cracking) Alkana
Ketika alkana dipanaskan sampai temperatur tinggi dalam udara vakum, alkana akan pecah atau terpecah menjadi molekul yang lebih kecil. Perengkahan metana (CH4) menghasilkan serbuk karbon murni, ibarat yang digunakan pada ban mobil; pembentukan pelapis intan buatan; dan menghasilkan hidrogen, sebagai materi mentah untuk industri kimia.
CH4(g) → C(s) + 2H2(g)
Perengkahan etana menghasilkan etena, salah satu materi mentah yang penting dalam industri kimia (terutama dalam pembuatan plastik) sama halnya ibarat hidrogen.
C2H6(g) → CH2=CH2(g) + H2(g)
(Sumber: Heinemann Advanced Science: Chemistry, 2000)
3. Bilangan Oktan
Fraksi terpenting dari minyak bumi yakni bensin. Bensin digunakan sebagai materi bakar kendaraan bermotor. Sekitar 10% produk distilasi minyak mentah yakni fraksi bensin dengan rantai tidak bercabang. Dalam mesin bertekanan tinggi, pembakaran bensin rantai lurus tidak merata dan menimbulkan gelombang kejut yang mengakibatkan terjadi ketukan pada mesin. Jika ketukan ini dibiarkan sanggup mengakibatkan mesin cepat panas dan gampang rusak.
Ukuran pemerataan pembakaran bensin supaya tidak terjadi ketukan digunakan istilah bilangan oktan. Bilangan oktan yakni bilangan perbandingan antara nilai ketukan bensin terhadap nilai ketukan dari campuran hidrokarbon standar.
Campuran hidrokarbon yang digunakan sebagai standar bilangan oktan adalah n-heptana dan 2,2,4-trimetilpentana (isooktana). Bilangan oktan untuk campuran 87% isooktana dan 13% n-heptana ditetapkan sebesar 87 satuan. Terdapat tiga metode pengukuran bilangan oktan, yaitu:
a. pengukuran pada kecepatan dan suhu tinggi, balasannya dinyatakan sebagai bilangan oktan mesin;
b. pengukuran pada kecepatan sedang, balasannya dinamakan bilangan oktan penelitian;
c. pengukuran hidrokarbon murni, dinamakan bilangan oktan road index.
Beberapa hidrokarbon murni ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bilangan Oktan Hidrokarbon
Hidrokarbon | Bilangan Oktan Road Indeks |
n-heptana | 0 |
2-metilheptana | 23 |
n-heksana | 25 |
2-metilheksana | 44 |
1-heptena | 60 |
n-pentana | 62 |
1-pentena | 84 |
1-butena | 91 |
Sikloheksana | 97 |
2,2,4-trimetil pentana | 100 |
Sumber: Principles of Modern Chemistry, 1987 |
Makin tinggi nilai bilangan oktan, daya tahan terhadap ketukan makin berpengaruh (tidak terjadi ketukan). Ini dimiliki oleh 2,2,4-trimetilpentana (isooktana), sedangkan n-heptana mempunyai ketukan tertinggi. Oleh lantaran 2,2,4-trimetilpentana mempunyai bilangan oktan tertinggi (100) dan n-heptana terendah (0) maka adonan kedua senyawa tersebut dijadikan standar untuk mengukur bilangan oktan.
Untuk memperoleh bilangan oktan tertinggi, selain berdasarkan komposisi adonan yang dioptimalkan juga ditambah zat aditif, seperti tetraetillead (TEL) atau Pb(C2H5)4. Penambahan 6 mL TEL ke dalam satu galon bensin sanggup meningkatkan bilangan oktan 15–20 satuan. Bensin yang telah ditambah TEL dengan bilangan oktan 80 disebut bensin premium. Metode lain untuk meningkatkan bilangan oktan yakni termal reforming. Teknik ini digunakan untuk mengubah alkana rantai lurus menjadi alkana bercabang dan sikloalkana. Teknik ini dilakukan pada suhu tinggi (500–600 °C) dan tekanan tinggi (25–50 atm).
C. Aplikasi dan Dampak Lingkungan
Minyak bumi selain digunakan untuk materi bakar juga dapat digunakan sebagai materi baku untuk banyak sekali aplikasi, ibarat polimer, karet sintetik, pupuk, detergen, pelarut, fiber, dan obat-obatan. Akan tetapi, selain bermanfaat, penggunaan minyak bumi juga mempunyai dampak negatif pada lingkungan kalau produk samping yang dihasilkan melebihi ambang batas tertentu.
1. Aplikasi Lain Minyak Bumi
Sekitar 75% minyak mentah dimurnikan untuk kepentingan bahan bakar. Sisanya tetap sebagai minyak bumi untuk kepentingan pelarut, industri pelumas, dan obat-obatan. Minyak bumi dari golongan aromatik dan alifatik tidak jenuh yang memiliki massa molekul rendah sering disebut dengan nama nafta. Fraksi nafta ini banyak digunakan untuk materi baku banyak sekali aplikasi.
Senyawa aromatik digunakan sebagai materi baku untuk obat-obatan, detergen, zat warna, dan kosmetik. Beberapa senyawa aromatik banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya embel-embel (sakarin), pengawet (BHA, BHT, dan propilgalat), pewarna (indigotin biru, amaran merah, tartrazin kuning, dan eritrosin).
Senyawa alifatik tidak jenuh banyak digunakan untuk materi baku polimer, pelarut, karet sintetik, dan juga fiber sintetik. Aplikasi lain dari fraksi nafta yakni sebagai materi baku untuk menciptakan aerosol, antibeku, detergen, pigmen, alkohol, lem, peledak, herbisida, dan insektisida.
Sekilas Kimia
Heinz Heinemann
(1913-2005)
Selama 60 tahun karirnya dalam industri kimia, Heinemann berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan 14 macam proses bahan bakar fosil secara komersil. Dia menemukan proses reforming metana sebagai komponen utama gas alam yang dikonversikan menjadi bensin.
2. Dampak Lingkungan
Pembakaran bensin yang mengandung zat aditif TEL akan membentuk timbel oksida (PbO). Senyawa ini sanggup tertimbun dalam mesin. Agar PbO tidak tertimbun dalam mesin, biasanya ke dalam bensin ditambahkan 1,2-dibromometana. Ketika pembakaran bensin di dalam mesin, PbO yang terbentuk bereaksi dengan 1,2-dibromometana menghasilkan PbBr2 yang mudah menguap dan dibebaskan ke udara. Senyawa PbBr2 yang dibebaskan dari pembakaran bensin menjadi polutan bagi udara di sekitarnya lantaran senyawa timbel tergolong beracun pada batas ambang tertentu (logam B3 atau materi beracun dan berbahaya).
Pencemaran lain dari dampak pembakaran minyak bumi yakni jika pembakaran tidak tepat akan terbentuk gas CO dan jelaga. Jelaga sebagai hasil samping dari pembakaran minyak bumi sanggup mencemari lingkungan lantaran berupa partikulat yang sanggup masuk ke dalam paru-paru dan merusak sistem jaringan.
Beberapa polutan yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna minyak bumi antara lain karbon monoksida, oksida belerang, dan partikulat hidrokarbon.
a. Karbon Monoksida
Gas CO yang dibebaskan dari pembakaran kalau terhirup dapat menimbulkan lelah dan pusing, bahkan pingsan. Hal ini berkaitan dengan reaktifitas sel darah merah terhadap gas CO. Jika di udara banyak gas CO dan terhirup, haemoglobin akan mengikat gas CO daripada gas O2. Akibatnya, orang yang menghirup CO akan kekurangan oksigen dalam darah. Jika keadaan ini terus berlanjut sanggup menimbulkan kematian.
Konsentrasi CO 5% dalam darah sudah menimbulkan kelainan pada mekanisme kerja jantung dan paru-paru. Kadar CO 10 ppm di udara dapat menimbulkan penyakit bagi yang menghirupnya dan kadar gas CO
1300 ppm selama 30 menit sanggup menimbulkan kematian. Ciri-ciri orang yang menghirup gas CO dari udara, di antaranya timbul rasa lelah, sakit kepala, serta hilangnya keterampilan berpikir maupun ketangkasan tubuh. Oleh lantaran itu, pengendara bermotor sering cepat merasa lelah dan pusing.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), merekomendasikan kadar ratarata gas CO di udara sebesar 9 ppm selama 8 jam atau 32 ppm selama 1 jam. Artinya, udara masih dianggap segar (sehat) kalau selama 8 jam kadarnya < 9 ppm. Jika kadarnya 32 ppm, udara dinyatakan segar hanya dalam waktu 1 jam.
Catatan :
Gejala keracunan gas CO :
Tahap 1: pusing-pusing, mual, dan lemah.
Tahap 2: sesak napas, serangan jantung dan otak, pingsan.
Tahap 3: maut disertai bibir membiru.
b. Oksida Belerang
Selain timbal dan gas CO, masih terdapat satu jenis gas yang juga bersifat racun, yaitu terbentuknya gas SO2. Gas ini timbul disebabkan dalam bensin masih mengandung belerang. Belerang dioksida yakni gas yang tidak berwarna dan tidak gampang terbakar. Pada konsentrasi antara 0,3–1,0 ppm di udara sanggup menimbulkan bacin yang tidak sedap. Gas SO2 dapat berkembang menjadi gas SO3. Pada kelembapan tinggi sanggup terbentuk asam sulfat yang sangat korosif terhadap banyak sekali material logam maupun nonlogam, ibarat bangunan dan cat rumah.
Gas SO2 juga sanggup menimbulkan reaksi fotokimia yang berakibat menurunnya daya penglihatan (visibilitas) lantaran terbentuk smog (kabut asap). Pada 1950, di London terjadi tragedi maut paling sedikit 4.000 orang akhir kabut asap.
Pada konsentrasi 0,20 ppm selama 24 jam di udara terbuka dapat menimbulkan gangguan pada sistem pernapasan, ibarat penyakit kanker dan bronchitis akut. Pengaruh ini timbul lantaran SO2 yang dihirup bereaksi dengan uap air pada akses pernapasan dan terbentuk asam sulfit (H2SO3).
Persamaan kimianya :
SO2(g) + H2O(l) → H2SO3(aq)
Gas SO2 juga mengganggu pertumbuhan sejumlah tanaman. Pada konsentrasi rendah mengakibatkan terhambatnya pembentukan klorofil. Pada konsentrasi tinggi mengakibatkan kematian. Kadar SO2 sebanyak 0,22 – 0,25 ppm sanggup mematikan tumbuhan apel, sedangkan pada konsentrasi 0,20–0,23 ppm sanggup mematikan tumbuhan kentang.
Ketika terjadi hujan, gas SO2 dapat terbawa oleh air hujan dalam bentuk asam sulfit, H2SO3. Selain itu, gas SO2 dapat teroksidasi menjadi gas SO3 dan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat.
SO2(g) + H2O(l) → H2SO3(aq)
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
Peristiwa tersebut dinamakan hujan asam.
Hujan asam sanggup dideteksi dari kualitas air hujan. Di Jakarta misalnya, pH air hujan berada dalam kondisi asam. Ambang batas pH air hujan 5,5. Jika pH air hujan di bawah 5 maka hampir semua vertebrata, invertebrata, dan mikroorganisme air akan mati.
Oleh lantaran asam bereaksi dengan logam dan juga karbonat, hujan asam sanggup mengakibatkan korosif, baik terhadap material logam maupun bangunan. Contohnya keramik dan watu kapur, materi utamanya kalsium karbonat (CaCO3), akan hancur dengan adanya hujan asam.
c. Hidrokarbon (CnHx)
Hidrokarbon yakni adonan senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen dalam banyak sekali komposisi. Pada umumnya, senyawa hidrokarbon dianggap pencemar kalau terdapat dalam konsentrasi cukup tinggi. Terdapat dua golongan besar berkaitan dengan pencemaran udara, yaitu deret olefin dan deret aromatik.
Sumber utama polutan hidrokarbon yakni proses pembakaran yang kurang tepat dari materi bakar minyak bumi serta dari proses penguapan minyak bumi. Beberapa uap hidrokarbon berbau tidak sedap dan hidrokarbon lain berperan pada proses fotokimia. Beberapa senyawa aromatik benzena dan turunannya diduga sanggup mengakibatkan kanker, sedangkan olefin pada konsentrasi rendah tidak membahayakan bagi hewan, tetapi pada beberapa jenis tumbuhan sanggup menghambat pertumbuhan.
Hidrokarbon di udara sanggup membentuk reaksi yang sangat kompleks, mengakibatkan bertambahnya konsentrasi ozon di udara dan terbentuknya senyawa organik ibarat peroksiasetil nitrat (PAN), peroksibenzoil nitrat (PBzN), dan asam nitrat. Senyawa-senyawa tersebut berkerumun membentuk kabut. Oleh lantaran zat yang dihasilkan berasal dari reaksi fotokimia maka kabut yang terbentuk disebut kabut fotokimia.
Catatan :
- Hidrokarbon : Terjadi akhir pembakaran tidak sempurna, menyebabkan pemanasan global.
- Karbon monoksida :Terjadi akhir pembakaran BBM tidak sempurna, bersifat racun yang mengakibatkan kepala terasa pusing.
- Oksida nitrogen : Menyebabkan mesin cepat panas dan hujan asam.
- Partikel halus timbal : Menyebabkan kerusakan otak, khususnya pada anak-anak.
- Belerang dioksida : Menyebabkan hujan asam.
- Asap : Dibangun dari partikel karbon yang tidak terbakar. Partikel ini menyebabkan radang paru-paru.
Rangkuman :
- Minyak bumi terbentuk jutaan tahun lampau dari hewan dan flora yang mati melalui proses tekanan dan panas bumi.
- Eksplorasi minyak bumi dilakukan melalui tahap-tahap: (1) survei permukaan bumi sebagai petunjuk awal; (2) survei lapisan batuan melalui gelombang seismik yang dihasilkan dari ledakan kecil; (3) pengeboran sumber minyak bumi.
- Dalam minyak bumi terdapat adonan hidrokarbon alifatik dan aromatik. Sekitar 50%–95%-nya adalah hidrokarbon alkana dengan berat molekul sedang, sikloalkana, dan senyawa aromatik.
- Fraksi minyak bumi diperoleh melalui penyulingan (distilasi) bertingkat yang didasarkan pada perbedaan titik didih fraksi minyak bumi mentah.
- Perengkahan (cracking) yakni proses pengubahan minyak bumi rantai panjang menjadi rantai pendek untuk meningkatkan produksi gasolin (bensin).
- Mutu bensin dinyatakan dengan bilangan oktan. Makin tinggi bilangan oktan, makin baik materi bakar tersebut, dalam arti tidak terjadi ketukan yang menyebabkan panas tinggi dan kerusakan pada mesin.
- Minyak bumi selain sebagai sumber energi materi bakar, juga sanggup digunakan untuk materi baku berbagai aplikasi, ibarat pupuk, polimer, detergen, obat-obatan, pelarut, pewarna, dan pengawet makanan.
- Hasil pembakaran minyak menyisakan berbagai masalah lingkungan. Pencemar yang dihasilkan dari pembakaran minyak bumi yakni timbel, jelaga, gas CO, gas SO2, dan partikulat hidrokarbon.
Anda kini sudah mengetahui Minyak Bumi dan Minyak Mentah. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Sunarya, Y. dan A. Setiabudi. 2009. Praktis dan Aktif Belajar Kimia 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 226.
No comments:
Post a Comment