Artikel dan Makalah wacana Fungi : Struktur Sel, Dinding Sel, Organel, Contoh, Hifa, Yeast, Khamir, Kapang, Cendawan, Bentuk - Fungi berasal dari bahasa Latin yaitu fungus sedangkan dari bahasa Jerman yaitu sphongos (sponge). (Alexopoulos et al., 1996). Fungi merupakan makhluk hidup yang sangat bermacam-macam jenisnya, mencapai lebih kurang 1.000 spesies yang telah teridentifikasi baik ada yang bersifat uniseluler dan multiseluler. Pembagian fungi ada yang yang bersifat uniseluler menyerupai yeast dan ada juga yang bersifat multiseluler menyerupai kapang dan jamur makroskopis. Secara filogenetik, bentuk fungi berbeda dari organisme lainnya, namun relatif lebih berdekatan atau berkerabat dengan binatang (Madigan et al., 2012).
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Fungi merupakan organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, mengambil nutrisi secara absorpsi. Pada umumnya reproduksi dilakukan secara seksual dan aseksual serta strukturnya terdiri atas filamen yang bercabang – cabang, dinding selnya terdiri atas khitin, selulosa ataupun keduanya (Alexopoulos et al., 1996). Fungi sanggup hidup sebagai parasit, saprofit maupun bersimbiosis dan hidup di lingkungan yang lembab dengan suhu antara 20 – 30 oC (Hogg, 2005). Sebagian besar fungi merupakan organisme terrestrial dan bersifat benalu pada tumbuhan serta beberapa fungi juga bersifat pathogen pada hewan. Namun, ada beberapa fungi yang bersimbiosis dengan tanaman, termasuk dalam hal memperoleh mineral dari tanah. Selain itu, fungi juga banyak bermanfaat untuk manusia, dimana membantu dalam proses fermentasi dan biosintesis antibiotik (Madigan et al., 2012).
Dalam makalah ini akan di bahas bagaimana susunan struktur sel dari fungi. Struktur tersebut yang membedakan fungi dengan organisme dan tiap golongan dalam fungi. Fungi yang merupakan organisme eukariotik mempunyai struktur yang lebih kompleks dibandingkan kuman dan archaea yang merupakan organisme prokariotik.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
- Untuk mengetahui struktur organisasi sel fungi.
- Untuk mengetahui karakteristik secara morfologi dan fisiologi fungi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Cara Hidup Fungi
Fungi merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil dan bereproduksi dengan spora (Carris dan Lori, 2009). Fungi bersifat khemoorganotrof dan memperoleh nutrisinya secara peresapan dengan proteksi enzim ekstraseluler untuk memecah biomolekul kompleks menyerupai karbohidrat, protein, dan lemak menjadi monomernya yang akan diasimilasi menjadi sumber karbon dan energi (Madigan et al., 2012). Bahan makanan ini akan diurai dengan proteksi enzim yang diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang sanggup diserap dan dipakai untuk tumbuh dan berkembang (Sinaga, 2000). Penyerapan makanan dilakukan oleh hifa yang terdapat pada permukaan tubuh fungi (Lockwood, 2011).
Fungi termasuk organisme saprofit sangat menguntungkan bagi manusia. Fungi tersebut akan menghancurkan sisa flora dan binatang yang kompleks dan menguraikannya menjadi zat kimia yang lebih sederhana, kemudian mengembalikannya ke dalam tanah dan selanjutnya sanggup meningkatkan kesuburan tanah tersebut. Fungi juga sanggup hidup dalam bentuk dismorfisme, yang berarti bahwa organisme tersebut sanggup ada dalam bentuk uniseluler (Khamir) dan bentuk benang/filamen (Kapang). Fase khamir timbul bila organisme tersebut berperan sebagai benalu atau patogen dalam jaringan sedangkan bentuk kapang kalau organisme tersebut merupakan saprofit (Pelczar, 1986).
Fungi menempati lingkungan yang sangat bermacam-macam yang berasosiasi secara simbiotik dengan aneka macam macam organisme. Meskipun paling sering ditemukan pada habitat darat, fungi juga hidup di lingkungan akuatik, dimana fungi tersebut berasosiasi dengan organisme bahari dan air tawar serta bangkainya. Lichen, perpaduan antara fungi dan alga, banyak terdapat di aneka macam tempat dan ditemukan pada beberapa tempat yang tidak sesuai dengan habitatnya. Fungi simbiotik lainnya hidup dalam jaringan flora yang sehat dan spesies lain membentuk mutualisme-mutualisme pengkomsumsi selulosa dengan serangga, semut dan rayap (Campbell et al., 2010).
Basidiomycetes merupakan golongan fungi yang sanggup mendekomposisi kayu, baju, kertas, dan produk lainnya yang berasal dari alam. Lignin ialah senyawa polimer kompleks yang tersusun oleh komponen fenolik dan sangat penting dalam tumbuhan berkayu. Lignin yang berasosiasi dengan selulosa sanggup memperlihatkan bentuk kaku terhadap tumbuhan berkayu tersebut. Lignin tersebut sanggup didekomposisi oleh Basidiomycetes yang merupakan jenis fungi yang sangat penting dan mempunyai jumlah paling banyak di alam (Madigan et al., 2012). Golongan fungi yang termasuk hidup dalam air ialah oomycota dan chytridiomycota, sedangkan golongan fungi yang hidup di darat (tanah) misalnya, Mucorales, Ascomycota, deuteremycetes dan beberapa Peronosporales (Gunawan et al., 2004).
2.2. Bentuk Fungi
Berdasarkan struktur dasarnya, fungi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu khamir (yeast), kapang (mold) dan cendawan (mushroom).
a. Khamir (Yeast)
Yeast merupakan sel tunggal (uniseluler) yang membentuk tunas dan pseudohifa (Webster dan Weber, 2007). Hifanya panjang, sanggup bersepta atau tidak bersepta dan tumbuh di miselium. Yeast mempunyai ciri khusus bereproduksi secara aseksual dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa khamir sanggup bereproduksi secara seksual dengan membentuk aski atau basidia dan dikelompokkan ke dalam Ascomycota dan Basidiomycota. Dinding sel yeast ialah struktur yang kompleks dan dinamis dan berfungsi dalam menanggapi perubahan lingkungan yang berbeda selama siklus hidupnya (Hoog et al., 2007).
Gambar 2. Gambar 2. Sel Yeast (Madigan et al., 2012). |
b. Kapang (mold)
Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian besar mempunyai tekstur yang tidak terperinci dan biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang membusuk atau hangat, dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang berreproduksi secara aseksual, tetapi ada beberapa spesies yang bereproduksi secara seksual dengan menyatukan dua jenis sel untuk membentuk zigot dengan produk uniselular sel (Viegas, 2004).
Talusnya terdiri dari filamen panjang yang bergabung bersama membentuk hifa. Hifa sanggup tumbuh banyak sekali, hifa fungi tunggal di oregon sanggup mencapai 3,5 mm. Sebagian besar kapang, hifanya bersepta dan bersifat uniseluler. Hifanya disebut hifa bersepta. Pada beberapa kelas fungi, hifanya tidak bersepta dan di sepanjang selnya terdapat banyak nukleus yang disebut coenocytic hyphae.
Gambar 3. Rhizopus sp. |
c. Cendawan (Mushroom)
Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang biasa disebut dengan mushroom. Cendawan (mushroom) ialah fungi makroskopis yang mempunyai tubuh buah dan sering dipakai untuk konsumsi. Cendawan sedikit berbeda. Cendawan mempunyai penggalan yang disebut dengan tubuh buah. Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau penggalan yang melekat pada substrat, lamella, dan pileus (Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), cendawan merupakan organisme yang berinti, bisa menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil alasannya itu jamur mengambil nutrisi secara absorbsi. Pada umumnya berreproduksi secara seksual dan aseksual, struktur somatiknya terdiri dari filamen yang bercabang-cabang. Cendawan mempunyai dinding sel yang terdiri atas kitin atau selulosa ataupun keduanya.
Gambar 4. Struktur Cendawan (Mushroom). |
2.3. Karakteristik Morfologi Dan Fisiologi (Struktur Sel) Fungi
a. Hifa
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak berseptat dan bersifat vegetatif biasanya mempunyai banyak inti sel yang tersebar di dalam sitoplasmanya. Fungi menyerupai ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang disebut miselium. Hifa sanggup berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya mempunyai pori yang sangat besar biar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus sanggup mengalir dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang gres (Campbell et al., 2010).
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia yang melekat pada ujung hifa menyerupai serbuk dan sanggup menyebar ke tanah dengan proteksi angin. Beberapa fungi yang makroskopis mempunyai struktur yang disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga sanggup menyebar dengan proteksi angin, hewan, dan air (Madigan et al., 2012).
Kavanagh (2011) melaporkan bahwa sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran, menyerupai pada Cythridomycetes dan Sacharomyces cerreviceae. Hifa mengandung struktur akar menyerupai rhizoid yang berkhasiat sebagai sumber daya nutrisi.
Gambar 5. Struktur Dasar Hifa. |
Hifa sanggup dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada yang mempunyai hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota merupakan jenis fungi yang mempunyai hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang tersebar di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan hifa berseptat yang mempunyai satu atau dua nuklei pada masing-masing segmen (Webster dan Weber, 2007).
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, mempunyai sel yang panjang sehingga sitoplasma dan organel-organelnya sanggup bergerak bebas dari satu tempat ke tempat lainnya dan setiap elemen hifa sanggup mempunyai beberapa nukleus. Hifa juga sanggup diklasifikasikan menurut fungsinya. Hifa vegetatif (miselia), bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berubah menjadi reproduktif atau hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora (Campbell et al., 2010).
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma. Filamen dari hifa menghasilkan tempat permukaan yang relatif luas terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya peresapan nutrien. (Willey et al., 2009).
b. Dinding Sel
Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang sanggup memperkuat dan mempertebal dinding sel. Beberapa polisakarida lainnya, menyerupai manann, galaktosan, maupun selulosa sanggup menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin, penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak, polifosfat, dan ion anorganik yang sanggup mempererat ikatan antar matriks pada dinding sel (Madigan et al., 2012) .
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut sanggup memperlihatkan bentuk, kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel fungi juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi. Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi ialah antigenik glikoprotein dan aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam. Pigmen tersebut bersifat resisten terhadap enzim lisis, memperlihatkan kekuatan mekanik dan melindungi sel dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan) (Kavanagh, 2011).
Gambar 6. Struktur dinding sel Fungi,dan tabel perbedaan komponen dinding sel pada setiap kelas Fungi. |
c. Nukleus
Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, mempunyai ukuran 1-3 mm, di dalamnya terdapat 3 – 40 kromosom.
Membrannya terus berkembang selama pembelahan Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi sebagai pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis. Nucleus pada fungi juga menghipnotis kerja kutub benang spindel dan sentriol.
d. Organel-organel Sel Lainnya
Fungi mempunyai mitokondria yang bentuknya rata atau flat menyerupai krista mitokondria. Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal.
Pada struktur sel fungi juga mempunyai ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, tubuh lipid, glikogen partikel penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.
Gambar 7. Struktur sel fungi. |
2.4. Struktur Sel Kelas-Kelas Fungi
Menurut Maligan et al. (2012), fungi secara filogenetik dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu chytridiomycetes, zygomycetes, glomeromycetes, ascomycetes, dan basidiomycetes. Pembagian kelompok tersebut menurut cara reproduksi.
Gambar 8. Pohon Filogenetik Fungi (Madigan et al., 2012) |
a. Chytridiomycota
Sel berflagela pada minimal satu siklus hidupnya, bisa mempunyai satu atau lebih flagela. Dinding sel mengandung kitin dan β-1,3-1,6-glukan; glikogen sebagai bentuk cadangan karbohidrat. Reproduksi seksual sering menghasilkan satu zigot yang sporangium; saprofit atau parasit.
Gambar 9. Chytridiomycota |
b. Zygomycota
Talus biasanya filamentus dan nonseptat, tanpa silia, reproduksi seksual menghasilkan zigospora berdinding tebal yang berornamen.
Gambar 10. Apophysomyces sp. |
c. Ascomycota
Reproduksi seksual meiosis dengan nukleus diploid dalam askus, berubah menjadi askospora, sebagian besar juga mengalami reproduksi aseksual dengan pembentukan konidiospora dengan hifa aerial khusus disebut konidiopora. Banyak yang memproduksi aski dengan tubuh buah kompleks disebut askokarp. Termasuk saprofit, parasit, sebagian mutualisme dengan mikroba fototropik membentuk liken. Dinding sel terbuat dari kitin.
Gambar 11. Struktur sel Ascomycotina. |
d. Basidiomycota
Umumnya termasuk cendawan. Reproduksi seksual mencakup pembentukan basidium dengan basidiospora haploid. Umumnya 4 spora per basidium tapi kadang 1 – 8. Reproduksi seksual dengan fusi membentuk miselium dikariotik menghasilkan sepasang nukleus induk tapi tidak berfungsi.
Gambar 12. Struktur sel Basidiomycota |
e. Glomeromycota
Filamentus, sebagian besar endomikoriza, arbuskular, tidak bersilia, bentuk spora aseksual di luar inang, tidak bersentriol, konidia dan spora aerial.
Gambar 13. Glomus claroideum. |
f. Microsporidia
Microsporidia ialah benalu obligat intraseluler berukuran kecil yang awalnya dianggap protozoa eukariot primitif tetapi kini diklasifikasikan sebagai fungi. Tidak mempunyai mitokondria, peroksisom, kinetosom, silia dan sentriol; spora mempunyai dinding dalam kitin dan dinding luar protein, produksi tabung untuk penetrasi inang. Contoh : Enterocytozoon bieneusi dan E. intestinalis. Fungi ini diketahui bertanggungjawab pada masalah diare pasien penderita AIDS dan pasien pencangkokan (Verweij et al., 2007).
BAB III
KESIMPULAN
Fungi merupakan mikroorganisme eukariota yang sebagian besar bersifat multiseluler. Fungi atau cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Secara umum Fungi hidup dengan 3 cara yaitu sebagi saprofit, parasitik dan diomorfis. Fungi ialah heterotrof yang mendapat nutriennya melalui penyerapan (absorpsi).
Fungi menempati lingkungan yang sangat bermacam-macam yang berasosiasi secara simbiotik dengan banyak organisme baik di darat maupun di air. Sebagian besar fungi ialah organisem multiseluler dengan hifa yang dibagi menjadi sel-sel oleh dinding yang bersilangan atau septa. Dinding sel pada fungi dilindungi olehSelulosa dan Kitin (polisakarida yang mengandung unsur N). Fungi sanggup berkembang biak dengan dua cara yaitu cara seksual dan aseksual.
Fungi secara filogenetik dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu chytridiomycetes, zygomycetes, glomeromycetes, ascomycetes, dan basidiomycetes. Pembagian kelompok tersebut menurut cara reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus, C. J, C. W. Mims and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology 4rd edition. John Willey, New York.
Campbell, N.A.,J.B.Reece., 2010. Biology 8th Edition. Pearson Education,Inc. San Fransisco.
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Mikologi. Alumni, Bandung.
Hoog, J.L., Schwartz C., Noon A.T., O’toole E.T., Mastronarde DN, McIntosh JR, Antony C. 2007. Organization of interphase microtubules in fission yeast analyzed by electron tomography. Dev Cell. 12(3): 349-61.
Kavanagh, K. 2011. FUNGI: Biology and Application, Wiley Press., USA.
Lockwood’s, T. 2011. Fungi. http://www.kklinedesigns.com/mkline /Fungi.pdf. Diakses pada 29 September 2011.
Lori, C. 2009. General Mycology. http://classes.plantpath.wsu.edu/plp521/General_Micology. Diakses pada 30 September 2011.
Madigan, M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl, and D.P. Clark. 2012. Brock Biology of Microorganisms. Pearson Education, Inc., San Francisco.
Schlegel, H. G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi umum. UGM Press, Yogyakarta.
Verweij, J.J., R. Hove., E.A.T. Brienen, L. Lieshout. 2007. Multiplex Detection of Enterocytozoon bieneusi and Enchephalitozoon spp. in fecal samples using real time PCR. Diagnostic molekuler and Infectious Disease 57 (2): 163-167
Viegas, J. 2004. Fungi and Mold. The Rosen Publishing Group, New York.
Webster, J. and R. Weber. 2007. Introduction to Fungi. Cambridge University Press, New York.
Willey J.M., L.M. Sherwood, C.J. Woolverton. 2009. Prescott’s Principles of Microbiology. 2009. McGraw-Hill International Edition.
Anda kini sudah mengetahui Fungi : Struktur Sel, Dinding Sel, Organel, Contoh, Hifa, Yeast, Khamir, Kapang, Cendawan, Bentuk. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Anda kini sudah mengetahui Fungi : Struktur Sel, Dinding Sel, Organel, Contoh, Hifa, Yeast, Khamir, Kapang, Cendawan, Bentuk. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment