Artikel dan Makalah wacana Perkembangan Seni Rupa, Sastra, dan Pertunjukan Pada Masa Kebudayaan Islam - Kedatangan pedagang-pedagang dari Parsi dan Gujarat ke Indonesia pada kala ke-13 merupakan tonggak sejarah masuknya fatwa agama Islam ke Indonesia. Masuknya fatwa Islam ke Indonesia telah kuat terhadap kebudayaan masyarakat Indonesia.
1) Perkembangan Seni Rupa
Pengaruh kebudayaan Islam yang menonjol ialah goresan pena kaligrafi, seni baca al-Qur’an, dan kesenian musik rebana/khazidahan. Pengaruh kebudayaan Islam terhadap perkembangan seni rupa Indonesia tidak terbatas pada lukisan (kaligrafi) melainkan juga pada seni bangunan (arsitektur). Seni bangunan yang merupakan bentuk peninggalan kebudayaan Islam ialah bangunan masjid. Seni arsitektur masjid di Indonesia pada umumnya tidak sepenuhnya memakai unsur kebudayaan Islam melainkan masih dipadukan dengan unsur-unsur etnis yang mewakili kebudayaan pra-Islam.
Hal itu tampak terang pada bangunan masjid kuno yang ada di Indonesia. Bangunan masjid Agung di keraton Surakarta, contohnya tetap mempertahankan unsur kebudayaan Jawa dalam bentuk atap limasan dan hiasan gesekan yang mengingatkan kita pada kebudayaan Hindu.
2) Perkembangan Seni Sastra
Perkembangan bidang seni sastra pada masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia sebagai berikut.
a) Pada kala ke-17, agama Islam telah berkembang di Sulawesi Selatan, sehingga kesusastraan Bugis dan Makassar ditulis dalam huruf Arab yang disebut huruf Serang.
b) Pada masa Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung (1613 – 1645) imbas kesusasteraan Islam terhadap kebudayaan Jawa tampak dalam bentuk perhitungan kalender yang dikenal sebagai “tahun Jawa”. Sistem kalender tersebut dihitung berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah) sesuai dengan perhitungan kalender Islam.
c) Perkembangan sastra pada masa awal penyebaran agama Islam di daerah Melayu (kawasan Sumatra dan sekitarnya) muncul sastra saduran yang bersumber pada karya-karya sastra Persia serta karya-karya sastra Jawa. Karya-karya sastra yang diterbitkan di daerah Melayu ditulis dalam huruf Arab, sedangkan karya sastra saduran yang diterbitkan di Jawa ditulis dengan huruf Jawa dan huruf Arab. Karya-karya sastra saduran dari Persia berkaitan dengan dongeng mengenai Bayan Budiman, Amir Hamzah, dan Cerita Seribu Satu Malam.
Beberapa karya sastra saduran pada masa itu, antara lain:
• Hikayat Bayan Budiman,
• Hikayat Ghulam,
• Hikayat Azbak,
• Hikayat Zadabaktin,
• Hikayat Amir Hamzah, dan
• Hikayat Bakhtiar.
Karya sastra saduran yang berlatar belakang sejarah kepahlawanan, antara lain:
• Hikayat Raja-Raja Pasai,
• Hikayat Hang Tuah,
• Sejarah Melayu, dan
• Hikayat Silsilah Perak.
Beberapa karya sastra saduran yang bersumber dari karya sastra kuno Jawa, antara lain:
• Hikayat Sri Rama,
• Hikayat Perang Pandawa Jaya, dan
• Hikayat Pandawa Lima.
d) Salah satu jenis sastra yang berkembang pesat pada masa awal pernyiaran agama Islam di Indonesia ialah jenis sastra yang disebut suluk. Istilah suluk berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan. Suluk merupakan jenis sastra gaib Islam atau tasawuf, sedangkan makna suluk merupakan jalan atau proses untuk mendekatkan diri dalam menemukan hakikat Ilahi. Karya-karya sastra suluk, antara lain:
• Suluk Sukarsa,
• Suluk Malang Sumirang,
• Syair Perahu,
• Suluk Wijil, dan
• Syair Si Burung Pingai, karya Hamzah Fansuri.
e) Karya-karya sastra saduran jenis suluk yang berkembang di Jawa, antara lain:
• Serat Rengganis,
• Serat Menak, merupakan saduran Hikayat Amir Hamzah,
• Serat Kanda, dan
• Serat Ambiya.
3) Perkembangan Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan khususnya di Jawa berkembang seiring dengan acara dakwah oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisanga dan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa, memakai media wayang kulit sebagai media dakwah.
Seni pertunjukan wayang kulit yang hingga kini tetap digemari oleh masyarakat Jawa (khususnya Jawa Tengah dan DIJ) sebenarnya merupakan hasil penyempurnaan yang dilakukan oleh Walisanga pada masa kerajaan Islam di Demak kala ke-17.
Dari wayang kulit inilah berkembang muncul aneka macam jenis wayang, antara lain wayang golek dan wayang tengul. Wayang golek dan wayang tengul merupakan jenis boneka kayu yang mengambil karakter tokoh dari wayang kulit, wayang krucil, dan wayang gedog.
Gambar 1. Cepot. Wayang golek, merupakan bentuk seni pertunjukan yang sangat digemari masyarakat Sunda. Wayang golek merupakan bentuk pengembangan wayang kulit. (Wikimedia Commons) |
Perkembangan agama Islam yang kian pesat di Indonesia telah memengaruhi terhadap contoh kebudayaan masyarakat, contohnya seni berpakaian. Dalam seni berpakaian, imbas kebudayaan Islam tampak dalam bentuk model baju koko pada kemeja pria dan aneka corak peci yang menerima imbas dari kebudayaan Timur Tengah.
Anda kini sudah mengetahui Perkembangan Seni Rupa, Sastra, dan Pertunjukan Pada Masa Kebudayaan Islam. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Indriyawati, E. 2009. Antropologi 1 : Untuk Kelas XII Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 194.
No comments:
Post a Comment