Artikel dan Makalah tentang Selulosa, Eceng Gondok, Bahan Baku Papan Partikel - Eceng gondok (Eichhornia crassipes) termasuk flora air yang menyebar ke seluruh dunia dan tumbuh pada kawasan dengan ketinggian berkisar antara 0-1600 m di atas permukaan laut, pada iklim tropis dan sub tropis. Eceng gondok termasuk flora air yang sangat berkhasiat bila populasinya dapat dikendalikan. Sebaliknya, eceng gondok juga sanggup mengganggu lingkungan dan aktivitas insan bila populasinya tidak sanggup dikendalikan. Eceng gondok sangat sulit dikendalikan populasinya lantaran pertumbuhannya sangat cepat dan daya tahan hidupnya tinggi. Pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat memerlukan penanganan yang serius. Pemberantasan secara mekanik, kimia, dan biologi di beberapa negara tidak pernah memperlihatkan hasil yang optimal. Bahkan karena hal ini akan berdampak negatif (Amin dkk, 2002). Indonesia mempunyai lebih dari satu juta hektar danau alami dan danau buatan. Banyak dari perairan tersebut yang ditumbuhi eceng gondok sebagai gulma, terutama di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Bahkan Danau Sentani di Irian Jaya sebagian permukaannya telah tertutup eceng gondok (Tjondronegoro dan Pantjawarni, 1999). Hal ini memerlukan penanganan yang serius semoga populasi eceng gondok dapat dikendalikan.
Willy Saputra, Dedy Dwi Prasetyo
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
ABSTRAK
Eceng gondok termasuk flora air yang sangat berkhasiat bila populasinya dapat dikendalikan. Sebaliknya, eceng gondok juga sanggup mengganggu lingkungan dan acara insan bila populasinya tidak sanggup dikendalikan. Pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat memerlukan penanganan yang serius. Kandungan selulosa Cross and Bevan eceng gondok sebesar 64,51% dari berat total (Joedodibroto, 1983) memungkinkan eceng gondok sanggup dipakai sebagai materi baku pembuatan papan partikel. Pemanfaatan eceng gondok sebagai materi baku pembuatan papan partikel merupakan salah satu alternatif manfaat yang memperlihatkan nilai tambah eceng gondok bagi masyarakat. Dengan bertambahnya cara pemanfaatan eceng gondok maka populasinya diharapkan dapat dikontrol, sehingga permasalahan yang timbul sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya sanggup diatasi. Penlitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi resin dan ukuran partikel terhadap mutu papan berdasarkan standar SII 1983 dan SNI 1996 pada pembuatan papan partikel dari selulosa Cross and Bevan tangkai eceng gondok dan menganalisa prospek ekonominya. Persiapan penelitian dimulai dengan mengeringkan batang batang eceng gondok, memotongnya sepanjang 1 cm kemudian menggilingnya. Setelah itu dilakukan pemisahan partikel yang berukuran lebih dari 20 mesh dankurang dari 20 mesh. Selanjutnya mengoven partikel eceng gondok tersebut pada suhu 105 OC hingga kadar airnya 2-8%. Tahap simpulan dari persiapan materi ini ialah mempersiapkan perekat dengan adonan resin, air, kanji, dan hardener dengan perbandingan 100:80:50:6
Kata kunci: selulosa Cross and Bevan, enceng gondok, papan partikel
PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah penduduk menimbulkan kebutuhan kayu meningkat. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,2% pertahun. Produksi kayu lingkaran diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi defisit sebesar 45 juta m3 (Priyono, 2001 dalam Setyawati, 2004). Hal ini memperlihatkan bahwa daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu. Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan alam menjadi lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek pemanenan yang tidak efisien dan pengembangan infrastruktur lain yang diikuti oleh perambahan hutan. Kondisi ini menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana dan pengembangan produk-produk inovatif materi lain pengganti kayu.
Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dapat dilakukan dengan teknik laminasi. Dengan teknik laminasi, potongan-potongan kayu atau materi berligno-selulosa lainnya yang relatif kecil ukurannya dipadukan untuk memperoleh lembaran papan kayu yang lebih luas sebelum digunakan sebagai materi konstruksi. Produk laminasi yang ada antara lain berupa papan serat, papan partikel, kayu lapis, serta produk-produk perekatan lainnya (Fakhri, 2002).
Kandungan selulosa Cross and Bevan eceng gondok sebesar 64,51% dari berat total (Joedodibroto, 1983) memungkinkan eceng gondok sanggup dipakai sebagai materi baku pembuatan papan partikel. Kandungan ekstraktifnya rendah, yaitu sekitar 6% dari berat total, sehingga tidak mengganggu perekatan. Pemanfaatan eceng gondok sebagai materi baku pembuatan papan partikel merupakan salah satu alternatif manfaat yang memperlihatkan nilai tambah eceng gondok bagi masyarakat. Dengan bertambahnya cara pemanfaatan eceng gondok maka populasinya diharapkan sanggup dikontrol, sehingga permasalahan yang timbul sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya sanggup diatasi.
Tujuan dari penlitian ini ialah untuk mengetahui imbas komposisi resin dan ukuran partikel terhadap mutu papan berdasarkan standar SII 1983 dan SNI 1996 pada pembuatan papan partikel dari selulosa Cross and Bevan tangkai eceng gondok dan menganalisa prospek ekonominya.
Eceng Gondok
Winarno (1993) menyebutkan bahwa dekomposisi kimiawi eceng gondok dari berat total ialah 36,59 % materi organik, 21,23% C organik, 0,28% N, 0,0011% P, dan 0,016% K. Joedodibroto (1983) mengemukakan hasil analisis komponen kimia eceng gondok yang tidak digiling ternyata mengandung kadar bubuk 12% dan setelah digiling menjadi 5,77%. Kandungan zat ekstraktif juga mengalami penurunan sehabis digiling.
Tabel 1. Susunan Kimia Batang Eceng Gondok Dalam Keadaan Kering Tanur.
No | Analisa | Eceng gondok | |
Sebelum digiling (%) | Setelah digiling (%) | ||
1. | Abu | 12,00 | 5,77 |
2. | Silikat | 5,56 | 0,65 |
3. | Lignin | 7,69 | 8,93 |
4. | Pentosan | 15,61 | 18,14 |
5. | Selulosa Cross and Bevan | 64,51 | 72,63 |
Papan Partikel
Papan partikel ialah papan komposit yang dibentuk dari potongan-potongan kecil kayu, termasuk serbuk gergaji atau materi berligno-selulosa lain. Potongan-potongan tersebut direkatkan dengan perekat atau resin sintetis, kemudian ditekan sehingga membentuk papan dengan disain dan ukuran tertentu (Salomba dan Purwanto, 1995).
Geometri partikel, jumlah resin, densitas papan, dan proses pembuatan dapat dimodifikasi untuk menghasilkan produk yang sesuai pemakaian dan spesifikasi. Pada proses pembuatan, materi aditif sanggup ditambahkan semoga papan partikel memiliki karakteristik yang lebih stabil, tahan api, tahan kelembaban dan lebih kuat.
Papan partikel biasanya dibentuk dari pohon jarum (konifera). Papan partikel juga sanggup dibentuk dari serat selain kayu, contohnya ampas tebu, bambu, dan rami. Menurut Kolman dan Cote (1975), papan partikel sanggup digunakan untuk dinding, lantai, platform rumah, almari atau perabot lainnya yang memakai papan lebar.
Gambar 1. Papan Partikel. |
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel Bebas terdiri dari :
- Komposisi resin : 20 % (a1), 30 % (a2), 40 % (a3) berat partikel
- Ukuran partikel : > 20 mesh (b1) dan < 20 mesh (b2)
Variabel yang ditetapkan terdiri dari
- Komposisi materi perekat : resin, air, kanji, dan hardener dengan perbandingan 100:80:50:6
- Tekanan Kempa : 60 kg/cm2
- Suhu pengovenan papan : 110 OC
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan ialah alat press hidrolik, cetakan, oven, blender, dan ayakan berukuran 20 mesh. Bahan baku ialah eceng gondok yang diperoleh dari sungai di kawasan Gunung Sari, Surabaya. Bahan perekat yang digunakan berupa resin urea formaldehid, diperoleh dari Intan Wijaya Chemical Industries, Tangerang dengan brand dagang UFP 1001. Hardener menggunakan ammonium sulfat, dan materi pengisi memakai tepung kanji.
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan baku
Persiapan penelitian dimulai dengan mengeringkan batang batang eceng gondok, memotongnya sepanjang 1 cm kemudian menggilingnya. Setelah itu dilakukan pemisahan partikel yang berukuran lebih dari 20 mesh dankurang dari 20 mesh. Selanjutnya mengoven partikel eceng gondok tersebut pada suhu 105 OC hingga kadar airnya 2-8%. Tahap simpulan dari persiapan materi ini ialah mempersiapkan perekat dengan adonan resin, air, kanji, dan hardener dengan perbandingan 100:80:50:6
Pembuatan Papan partikel
Pembuatan papan partikel dimulai dengan mencampur partikel eceng gondok dengan perekat, sesuai variabel komposisi resin. Campuran yang telah dimasukan ke dalam cetakan yang telah diolesi mirror glaze, dikempa dengan tekanan 60 kg/cm2 selama 30 menit. Memasukkan adonan ke dalam panggangan yang bersuhu 110 OC selama 30 menit. Mendinginkan dan melepaskan papan partikel dari cetakan.
Pengujian Papan Partikel
Pada pengujian papan, papan diuji kekuatan lentur, Kerapatan, dan uji tahan kelembaban papan partikel berdasarkan standar SII 1983 dan SNI 1996.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dari penelitian ini dihasilkan papan uji berbentuk silinder dan papan berukuran 28 x 8 x 2,5 cm. Papan berbentuk silider digunakan untuk pengujian kerapatan papan dan pengembangan volume papan dalam air sedangkan papan berukuran 28 x 8 x 2,5 digunakan untuk pengujian kekuatan lentur.
Tabel 1. Hasil Pengujian
b1 ( > 20 mesh ) | Memenuhi standar | b2 ( <20 mesh ) | Memenuhi standar | |||
Ya | Tidak | Ya | Tidak | |||
a1 20% | -kekuatan elastis = 75.6 kg/cm2 | √ | -kekuatan elastis = 68,04 kg/cm2 | √ | ||
Resin | -kerapatan = 0,768 g/ml | √ | -kerapatan = 0,792 g/ml | √ | ||
-pengembangan volume 2 jam = 16,90 % | √ | -pengembangan volume 2 jam =26,46 % | √ | |||
-pengembangan volume 24 jam = 22,69 % | √ | -pengembangan volume 24 jam = 47,22 % | √ | |||
a2 30% | -kekuatan elastis = 105,84 kg/cm2 | √ | -kekuatan elastis =83,16 kg/cm2 | √ | ||
Resin | -kerapatan = 0,802 g/ml | √ | -kerapatan = 0,813 g/ml | √ | ||
-pengembangan volume 2 jam = 10,36 % | √ | -pengembangan volume 2 jam = 11,92 % | √ | |||
-pengembangan volume 24 jam = 12,37 % | √ | -pengembangan volume 24 jam = 29,56 % | √ | |||
a3 40% | -kekuatan elastis = 158,76 kg/cm2 | √ | -kekuatan elastis = 113,40 kg/cm2 | √ | ||
Resin | -kerapatan = 0,873 g/ml | √ | -kerapatan = 0,897 g/ml | √ | ||
-pengembangan volume 2 jam = 3,94 % | √ | -pengembangan volume 2 jam = 4,74 % | √ | |||
-pengembangan volume 24 jam = 7,41 % | √ | -pengembangan volume 24 jam = 8,23 % | √ |
Kekuatan Lentur Papan
Rata-rata kekuatan elastis papan partikel berada diantara 158.76 – 68.04 kgcm2. Berdasarkan standar SII 1983 menyebutkan bahwa persyaratan minimal kekuatan elastis papan ialah 100 kg/cm2. Dari tabel 1. sanggup menginformasikan bahwa papan yang memenuhi persyaratan minimum kekuatan elastis ialah papan dengan perlakuan a3b1, a3b2, dan a2b1.
Gambar 2. menginformasikan hasil penelitian bahwa kekuatan lentur papan meningkat dengan meningkatnya komposisi resin. Meningkatnya jumlah resin akan meningkatkan persen luasan kontak antar partikel, sehinga ikatan antar partikel semakin besar. Semakin besar ikatan antar partikel menimbulkan rongga antar partikel semakin kecil, sehingga papan semakin padat dan kompak. Fakhri (2002) menyampaikan bahwa semakin padat dan kompak ikatan antar partikel, maka sifat mekaniknya akan semakin baik.
Gambar 2. Grafik kekerabatan komposisi resin dan kelenturan papan. |
Gambar 2. juga menginformasikan imbas ukuran partikel terhadap kekuatan lentur. Partikel yang lebih kecil memiliki luasan permukaan kontak yang lebih besar dan membutuhkan banyak resin untuk melingkupi seluruh permukaan partikel, artinya semakin kecil ukuran partikel, kebutuhan resin semakin besar (Walker, 1997). Pada jumlah resin yang sama, papan dengan ukuran partikel lebih kecil akan memiliki persen kontak antar partikel semakin kecil. Lin dan Huang (2004) melaporkan bahwa semakin meningkatnya persen kontak antar partikel akan meningkatkan ikatan antar partikel. Jalaluddin, dkk (2004) melaporkan hasil penelitiannya wacana pembuatan papan partikel dari bambu bahwa semakin besar ukuran partikel, semakin anggun modulus of rupture dan modulus of elasticity. Hal inilah yang menimbulkan papan partikel struktural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan lebar (Walker, 1997).
Menurut Joedodibroto (1983), eceng gondok yang telah digiling dan disertai penyaringan sanggup menghilangkan sel-sel halus non serat. Sel-sel halus ini adalah sel parenkim yang memiliki susunan sedemikian sampai kadar bubuk dan ekstraktifnya tinggi. Penghilangan sel-sel parenkim memiliki implikasi positif untuk meningkatkan mutu papan partikel. Untuk mendapat papan partikel dengan kekuatan yang memadai, maka dibutuhkan ukuran papan yang tepat, kadar air yang tepat, kadar ekstraktif, dan bubuk yang kecil (Walker, 1997).
Kerapatan Papan Partikel
Gambar 3. menginformasikan bahwa komposisi resin mempengaruhi kerapatan papan. Kerapatan papan semakin besar sesuai dengan kenaikan komposisi resin. Semakin besar jumlah resin yang digunakan resin semakin kuat mengikat partikel dan mengisi rongga-rongga antar partikel, sehingga partikel semakin rapat. Pada semua perlakuan, kerapatan papan masih sesuai dengan standar yang diizinkan berdasarkan SNI 1996, yaitu antara 0,5 – 0,9 g/cm3.
Gambar 3. Grafik Hubungan Komposisi Resin Terhadap Kerapatan Papan. |
Gambar 3. juga menginformasikan bahwa ukuran partikel mempengaruhi massa jenis papan. Semakin besar ukuran partikel, maka kerapatan papan semakin kecil. Lin dan Huang (2004), menyebutkan bahwa semakin besar partikel, semakin besar fraksi rongga. Sedangkan semakin besar rongga antar partikel, massa jenisnya semakin kecil.
Persentase Pengembangan Volume dalam Air
Uji pengembangan dalam air bertujuan untuk mengetahui ketahanan papan terhadap air. Pengembangan volume papan ditetapkan sehabis pola uji direndam dalam air masbodoh / suhu kamar (30 OC selama 2 jam dan 24 jam. Pada perendaman dalam air selama 2 jam, hanya papan dengan komposisi resin 40% yang memenuhi SII 1983, yaitu maksimal pengembangan volumenya 10%. Sedangkan pada perendaman selama 24 jam, yang memenuhi standar adalah papan dengan perlakuan a3b1, a3b2, dan a2b1.
Gambar 4. Hubungan komposisi resin terhadap % pengembangan volume dalam air selama 2 jam. |
Hasil pengujian (gambar 4. dan 5.) memperlihatkan bahwa semakin besar komposisi resin, maka % pengembangan volume papan semakin kecil atau semakin tahan terhadap kelembaban. Carll (1997) menyimpulkan dari hasil penelitian sebelumnya bahwa pengembangan volume papan dalam air berkurang sesuai dengan bertambahnya jumlah materi perekat yang digunakan.
Gambar 5. Hubungan komposisi resin terhadap % pengembangan volume dalam air selama 24 jam. |
Ukuran partikel mempengaruhi terhadap pengembangan volume papan dalam air. Gambar IV.3. dan IV.4. memperlihatkan bahwa semakin besar ukuran partikel, maka % pengembangan volume dalam air semakin kecil. Semakin besar ukuran partikel, maka absorbsi air semakin kecil. Semakin kecil absorbsi air maka % pengembangan volume papan dalam air semakin kecil (Carll, 1997).
Aspek Ekonomi
Peluang Produksi
Saat ini cadangan sumber kayu semakin menipis lantaran luas hutan sebagai sumber kayu semakin berkurang (Massijaya, 2004). Fenomena ini terjadi karena manajemen hutan yang salah dan eksploitasi secara besar-besaran pada masa yang lalu. Pada beberapa tahun mendatang, produksi kayu dari hutan alam akan mengalami penurunan secara signifikan (Massijaya, 2004). Berkurangnya sumber kayu sanggup menimbulkan industri pengolahan kayu semakin menurun di masa yang akan datang. Keadaan ini sanggup menimbulkan sisa dari industri pengolahan kayu semakin berkurang. Berkurangnya sisa pengolahan kayu akan menimbulkan dampak negatif pada industri yang memanfaatkan sisa pengolahan kayu, ibarat industri papan partikel, MDF, dan lain sebagainya.
Sekitar 95% industri papan partikel memakai materi baku dari sisa pengolahan kayu, sedangkan sisanya dibentuk dari materi serat bukan kayu, seperti bagas dari tebu, rami, dan bambu. Penggunaan bahan-bahan, baik materi kayu maupun serat non kayu, seringkali mengalami hambatan jawaban terbatasnya persediaan materi baku. Bahan kayu penyediaannya terkendala lantaran produksi kayu yang semakin berkurang ibarat yang dipaparkan sebelumnya, sedangkan serat non kayu penggunaannya sangat terbatas lantaran tumbuhnya tergantung pada musim (Walker, 1997). Kesulitan dalam penyediaan materi baku turut mempengaruhi produksi papan partikel.
Kelayakan Bahan Baku
Kandungan selulosa Cross and Bevan tangkai eceng gondok sekitar 64,51% (Joedodibroto, 1983) memungkinkan eceng gondok sanggup dimanfaatkan sebagai materi baku pembuatan papan partikel. Purwanto dan Salomba (1995) mengatakan bahwa papan partikel merupakan komposit yang terbuat dari bahan berligno-selulosa. Kandungan ekstraktif eceng gondok juga sangat kecil, yaitu sekitar 6%, sehingga tidak mengganggu dalam proses perekatan. Bahkan dengan proses penggilingan, kandungan ekstraktif eceng gondok tersebut mengalami penurunan (Joedodibroto, 1983). Oleh lantaran itu, pemanfaatan eceng gondok sebagai materi baku pembuatan papan partikel sangat mungkin dilakukan.
Kelangsungan Produksi
Pertumbuhan eceng gondok perlu diperhatikan untuk menjaga kesinambungan penyediaan eceng gondok sebagai materi baku industri papan partikel. Kelangsungan produksi papan partikel dengan memakai materi baku eceng gondok sangat terjamin bila dilihat dari ketersediaan materi baku. Pertumbuhan eceng gondok sangat cepat, yaitu 0,45 - 0,3 kg/(hari . m3) (Roekmijati, 1986). Dalam waktu 6 hari populasi eceng gondok menjadi dua kali lipat (Batcher, 2004). Jika eceng gondok yang ada di Rawa Pening hanya dipertahankan 25% saja atau 20% permukaan perairan tertutup eceng gondok agar populasinya tidak mengganggu ekosistem di sekitarnya, maka perhari eceng gondok di Rawa Pening bisa diprediksikan bisa menghasilkan papan sebesar 5.750 lembar papan berukuran 1200 x 2440 x 12 mm perhari atau setara dengan 2.181.945 m3 perhari. Jumlah ini juga masih lebih besar bila dibandingkan dengan produksi total papan partikel Indonesia yang hanya 470.000 m3/tahun. Terlebih lagi, Indonesia masih memiliki banyak perairan-perairan luas yang ditumbuhi eceng gondok ibarat Danau Tondano (Sulwesi Utara), Danau Tempe (Sulawesi Selatan), Waduk Saguling (Jawa Barat), Rawa Jombor (Jawa Tengah), Danau Kerinci (Jambi), Waduk Batutulegi (Jambi), dan lain sebagainya.
Potensi Ekonomi
Perhitungan analisis ekonomi pada Lampiran 3 dilakukan dengan menghitung rate of return invesment (laju pengembalian modal), minimum pay out period (waktu minimal pengembalian modal), dan break even point (BEP). Perhitungan analisis ekonomi ini memakai data dari pabrik papan partikel di Padalarang, Bandung dengan kapasitas produksi 90.000 m3.
Rate of Return Invesment (laju pengembalian modal) hasil perhitungan adalah sebesar 72,65%. Angka ini jauh lebih besar dari suku bunga deposito yang hanya 6,5% (BNI, 3 Mei 2005). Informasi ini memperlihatkan bahwa modal lebih baik diinvestasikan dari pada disimpan di bank alasannya balasannya lebih menguntungkan.
Minimum pay out period (waktu minimal pengembalian modal) hasil perhitungan ialah sebesar 1,33 tahun. Jangka waktu ini menguntungkan karena modal sudah sanggup kembali minimal 1,33 tahun. Perhitungan BEP dilakukan untuk mengevaluasi jumlah produksi. BEP hasil perhitungan ialah sebesar 10,63%. BEP atau titik impas menunjukkan bahwa pada kondisi ini produksi tidak mengalami kerugian dan memperoleh keuntungan. BEP diperoleh dengan mengalikan perkiraan produksi awal (90.000 m3 pertahun) dengan BEP hasil perhitungan. Sehingga produksi papan partikel minimal harus diprodukasi sebanyak 9.576 m3/tahun.
Dari perhitungan secara ekonomis, pembuatan papan partikel dari eceng gondok masih menguntungkan. Apalagi bila diproduksi dalam jumlah besar, mengingat permintaan dunia akan produk papan partikel mengalami kenaikan tiap tahun. Hal ini lantaran papan partikel banyak digunakan untuk keperluan industri mebel, ubin lantai, pegangan tangga, pengemasan barang, dan kayu struktural.
Dengan adanya produksi papan partikel eceng gondok akan mempunyai keuntungan, yaitu menambah pendapatan daerah, menambah lapangan pekerjaan, dan menaikkan nilai ekonomi eceng gondok. Pemanfaatan eceng gondok secara besar-besaran dan kontinu sanggup mengendalikan perkembangan eceng gondok. Eceng gondok harus dimanfaatkan secara kontinu semoga pengendaliannya bisa dilakukan secara kontinu pula. Oleh lantaran itu, selain memikirkan cara pemberantasan eceng gondok, juga dibutuhkan penjajakan kemungkinan memanfaatkan eceng gondok untuk keperluan industri secara luas sebagai komoditas yang bernilai ekonomis, contohnya dengan memanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan partikel.
Pemanfaatan selulosa cross and bevan tangkai eceng gondok sebagai bahan baku papan partikel sangat potensial untuk diteliti lebih lanjut. Untuk penelitian lebih lanjut, penulis menyarankan proses pencampuran partikel eceng gondok dan resin perlu dilakukan dengan memakai mesin pencampur untuk mendapatkan adonan yang homogen. Pengempaan proses pembuatan papan partikel sebaiknya dilakukan dengan memakai pengempaan panas.
Anda kini sudah mengetahui Artikel dan Makalah mengenai Selulosa, Eceng Gondok, dan Papan Partikel. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment