Artikel dan Makalah tentang Dampak Pembangunan Mal, Resapan dan Limpasan Air - Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Propinsi Jawa Timur setelah Surabaya mempunyai luas wilayah sebesar 110,06 km². Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir Kota Malang telah mengalami perkembangan cukup pesat. Hal ini sanggup dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan perubahan tata guna lahan di Kota Malang. Sebagai konsekuensi dari pembangunan perkotaan ialah meluasnya area terbangun. Padatnya bangunan menimbulkan semakin luasnya penutupan tanah yang menimbulkan ketidak-seimbangan lingkungan, contohnya proses-proses yang melibatkan pergerakan air ibarat limpasan permukaan, abrasi dan resapan air ke dalam lapisab kedap air.
Chairul Maulidi, Anjarwati S, Asia Ameliya S
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, Malang
ABSTRAK
Kecamatan Klojen yang merupakan sentra Kota Malang mempunyai kondisi resapan paling kritis dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Malang. Air hujan yang teresap ke dalam tanah di Kecamatan Klojen hanya sebesar 1,61% dari curah hujan seluruhnya, sedangkan 98,39% lainnya menjadi limpasan. Hal ini disebabkan sedikitnya luasan lahan resapan dan luasnya penutupan permukaan tanah oleh lapisan kedap air. Luas area resapan Kecamatan Klojen akan semakin berkurang dengan adanya planning pembangunan Mal Olympic Garden (MOG) seluas 8,408 hektar. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa pembangunan MOG akan menimbulkan volume limpasan sebesar 148.818,05 m3 tiap tahunnya. Salah satu alternatif solusi untuk mengurangi dampak negatif terhadap resapan dan limpasan ialah dengan pembangunan bak resapan.
Kata kunci: Resapan, limpasan, mal olympic garden.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecamatan Klojen yang merupakan sentra Kota Malang mempunyai kondisi resapan yang paling kritis dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Malang. Di samping itu, Kecamatan Klojen juga merupakan kecamatan dengan luas lahan terbangun terbesar. Pada tahun 2002 daerah terbangun telah mencapai 91,56% dari total luas kecamatan. (RDTRK Kecamatan Klojen 2003-2008). Berdasarkan prosentase tersebut, lahan yang sanggup dimanfaatkan baik sebagai cadangan perkembangan kota maupun sebagai fungsi lindung ialah sebesar 8,44%.
Air hujan yang teresap ke dalam tanah di Kecamatan Klojen hanya sebesar 1,61% dari curah hujan seluruhnya, sedangkan 98,39% lainnya menjadi limpasan (Azizah, 2001). Besarnya limpasan permukaan Kecamatan Klojen dirasakan dampaknya pada Minggu sore tanggal 29 Januari 2006, banjir melanda 146 rumah yang terletak di Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen.. Penyebab terjadinya banjir dikarenakan sistem drainase Kecamatan Klojen tidak bisa menampung limpasan permukaan dari daerah sekitarnya (Malang Post, 30 Januari 2006).
Luas area resapan Kecamatan Klojen akan semakin berkurang dengan adanya planning pembangunan Mal Olympic Garden (MOG). Pembangunan yang akan dilaksanakan di atas lahan seluas 8,408 hektar ini, terdiri atas mal, hipermarket, hotel, wisma atlet, gedung perkantoran serta bak renang. Dengan adanya MOG maka luasan permukaan tanah yang tertutup lapisan tidak tembus air akan bertambah sehingga sanggup diperkirakan akan semakin menurunkan resapan air hujan serta meningkatkan limpasan air permukaan yang melebihi daya tampung akses drainase utama dan memperparah permasalahan banjir di Kecamatan Klojen.
Penulisan ini disusun untuk mengetahui seberapa besar penurunan volume resapan dan peningkatan volume limpasan dan asumsi dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Mal Olympic Garden. Hasil perhitunganan dan analisa dampak selanjutnya dipergunakan dalam penyusunan saran untuk minimalisir dampak negatif resapan dan limpasan dari pembangunan MOG.
Ruang Lingkup Penulisan
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka pembahasan dibatasi dalam ruang lingkup konsep hidrologi pada aspek resapan dan aspek limpasan. Sedangkan lokasi studi ialah lokasi planning Pembangunan MOG, yaitu kawasan Stadion Gajayana dan wilayah sekitarnya yang berada dalam satu area daerah aliran sungai (DAS). Menurut batas administratif, meliputi Kelurahan Kauman dan Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang
METODE PENDEKATAN
Pendekatan Masalah
Penulisan memakai pendekatan konsep hidrologi aspek resapan dan limpasan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan teresap ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kapiler dalam suatu aliran resapan. Pertama-tama air akan meresap ke dalam tanah untuk meningkatkan kelembaban tanah, selanjutnya akan turun menjadi air tanah. Namun, jikalau permukaan tanah telah mencapai klimaks kelembabannya dan hujan terus berlangsung. Maka air hujan tidak lagi sanggup teresap melainkan mengalir di atas permukaan tanah ke alur sungai terdekat
Penelitian ini dimulai dengan melaksanakan pengukuran volume resapan dan limpasan yang terjadi di lokasi studi sebelum pembangunan. Volume resapan setelah pembangunan MOG diperoleh dari rumus yang sama tetapi menggunakan variabel luas daerah tangkapan yang diperoleh dari pengukuran site plan. Selanjutnya, penghitungan peningkatan volume limpasan sehabis pembangunan MOG diperoleh dengan menambahkan selisih volume resapan sebelum dengan volume resapan sehabis pembangunan ke angka volume limpasan sebelum pembangunan MOG.
Asumsi yang dipakai dalam melaksanakan pengukuran volume resapan dan limpasan ialah sebagi berikut :
- Pada dikala terjadi hujan, air yang diuapkan melalui proses eveporasi dan transpirasi dianggap nol, lantaran dikala itu udara dalam keadaan jenuh uap air (tekanan uap air telah maksimum).
- Sisa air yang tertinggal di daerah terbuka (tergenang) dimasukkan sebagai bagian air yang teresapkan ke dalam tanah.
Alat dan Bahan
Dua buah silinder infiltrometer mempergunakan kaleng plastik yang dipotong menjadi silinder. Silinder pertama berdiamter kurang lebih 20 cm dan silinder kedua berdiamter kurang lebih 35 cm. Peralatan lainnya ialah penggaris besi, galon, gayung, dan gelas berskala. Peta hasil foto udara dipergunakan untuk memilih batasan DAS lokasi studi dan untuk analisa lokasi yang akan terkena dampak dari peningkatan limpasan.
Tahapan Penulisan
Penulisan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu, tahap pengumpulan data, pengolahan data dan analisa sintesis.
Pengumpulan Data
Survei primer dilakukan untuk memperoleh angka laju resapan tanah di lokasi planning pembangunan MOG. Pengukuran laju resapan dilakukan dengan menggunakan infiltrometer. Infiltrometer ialah sebuah tabung pendek yang bergaris tengah lebar, atau perbatas kedap lainnya yang mengelilingi suatu luasan tanah. Kedua cincin dipakai secara sepusat ibarat pada gambar 1. Cincin digenangi air hingga kedalaman 5 mm di atas permukaan tanah dan diisi kembali terus-menerus untuk mempertahankan kedalaman tadi, dan pemasukan air ke tabung yang tengah diukur. Tabung yang diluar berfungsi untuk meniadakan pengaruh resapan ke arah samping oleh tanah yang lebih kering.
Gambar 1. Model Infiltrometer (Ersin, 1990) |
Survei sekunder berupa pengumpulan teori-teori ruang terbuka hijau, resapan, limpasan permukaan, dan penanggulangan limpasan permukaan, serta gambaran umum mengenai karakteristik fisik dasar Kecamatan Klojen dan peta hasil foto udara. Sumber dan jenis data yang diharapkan sanggup dilihat pada tabel berikut;
Tabel 1. Sumber dan Jenis Data
No | Sumber Data | Jenis Data | |
1 | Buku | • | Teori wacana ruang terbuka hijau |
• | Teori wacana resapan dan limpasan permukaan | ||
• | Teori wacana penanggulangan resapan | ||
2 | Jurnal, thesis, skripsi | • | Penelitian terdahulu mengenai limpasan permukaan Kota Klojen |
• | Teknik penghitungan resapan dan limpasan | ||
• | Teknik penanggulangan limpasan permukaan | ||
3 | RDTRK | • | Karakteristik fisik dasar Kecamatan Klojen |
4 | Bakosurtanal | • | Peta topografi lokasi studi |
Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri atas peghitungan koefisien resapan (C), volume resapan (I), dan volume limpasan (R) sebelum dan sehabis pembangunan MOG..
1. Penghitungan koefisien resapan (C)
Untuk penghitungan koefisien memerlukan data curah hujan dan data laju resapan hasil pengukuran lapangan dan mempergunakan rumus berikut; Rumus :
C = (I x 365 x A) / (P x A)
Keterangan :
I : laju resapan (baseflow) (mm/hari)
A: luas daerah tangkapan air (m²) P: curah hujan tahunan (mm/tahun)
2. Penghitungan volume resapan (I)
Selanjutnya angka koefisien resapan hasil perhitungan (C) dipergunakan untuk mendapat angka volume air hujan yang teresap. Rumus :
Ia = CH(βA) / 1000
Keterangan :
Ia : imbuhan alami/ air hujan yang teresap (m3/tahun)
C : angka koefisien resap
H : curah hujan tahunan (mm/tahun)
βA: luas daerah terbuka (m²)
3. Penghitungan volume limpasan (R)
Penghitungan volume limpasan mempergunakan rumus yang dikemukan oleh Linsley (1982);
Ro = P – I
Keterangan :
Ro : limpasan permukaan (mm)
P : curah hujan (mm)
I : resapan (mm)
Analisa Sintesis
Volume resapan dan limpasan hasil pengolahan data dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisa dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan MOG. Analisa dampak berupa angka yang memperlihatkan seberapa besar penurunan volume resapan dan peningkatan volume limpasan yang akan terjadi setelah pembangunan MOG. Selanjutnya, analisa dilakukan untuk memilih solusi alternatif yang sanggup meminimalisir dampak yang ditimbulkan.
HASIL
Pembangunan Mal Olympic Garden
Pembangunan Mal Olympic Garden dilaksanakan oleh PT. Mustika Taman Olympic di atas lahan ruang terbuka hijau daerah Stadion Gajayana seluas 8,408 hektar. Pembangunan meliputi kemudahan olah raga lainnya seperti kolam renang, lapangan tenis indoor dan outdoor, lapangan sepak bola luar, mal, hotel bintang empat dan taman. Site planning pembangunan MOG menunjukkan bahwa pembangunan MOG akan memperkecil luasan ruang terbuka hijau yang semula 8,408 hektar menjadi 1,6 hektar.
Kondisi Umum Lokasi Studi
Lokasi studi terbagi menjadi dua lokasi yang mempunyai karakteristik fisik yang berbeda, yaitu lokasi pembangunan MOG yang terletak di Kelurahan Kauman dan Kelurahan Bareng. Kawasan Stadion Gajayana yang merupakan lokasi planning pembangunan Mal Olympic Garden terletak di Kelurahan Kauman Kecamatan Klojen. Kelurahan ini terletak pada ketinggian 413 – 500 di atas permukaan maritim dengan kemiringan 0 – 15 %. Sedangkan Kelurahan Bareng yang berada di sebelah selatan Kawasan Stadion Gajayana merupakan dataran paling rendah di Kecamatan Klojen dengan kemiringan hingga 40 %.
Kelurahan Kauman dan Kelurahan Bareng berada dalam satu area DAS dengan akses drainase utamanya ialah Sungai Kasin. Saluran drainase sekunder dari lokasi studi seluruhnya mengalir ke Sungai Kasin. Sungai yang berfungsi sebagai akses pembuangan dari tengah Kota Malang ini mengalir dari arah utara ke selatan.
Temperatur rata-rata di Kecamatan Klojen berkisar pada suhu 24,4 oCdengan curah hujan setahun 1.989 mm dan curah hujan rata-rata 82 mm. Pada bulan Desember hingga Mei pada siang hari temperatur rata-rata Kecamatan Klojen berkisar antara 20 – 25 oC. Bulan Juni hingga agustus pada siang hari berkisar antara 20 – 28 oC. Bulan September hingga dengan November pada siang hari berkisar antara 20 – 25 oC.
Kecamatan Klojen sebagai sentra kepingan wilayah Kota Malang memiliki intensitas acara yang padat. Pelayanan kemudahan yang terdapat di Kecamatan Klojen menduduki hirarkhi tertinggi di Kota Malang dengan skala baik lokal maupun regional. Berdasarkan Evaluasi RTRW Kota Malang tahun 2001 – 2010, pemanfaatan lahan di Kecamatan Klojen diarahkan pada ;
- sentra perdagangan regional
- sentra pemerintahan Kota Malang
- sentra pendidikan skala nasional
- sentra pelayanan kesehatan skala regional
- perumahan
Penggunaan lahan Kelurahan Kauman didominasi oleh sarana perdagangan dan jasa. Sedangkan Kelurahan Bareng merupakan daerah permukiman penduduk menengah ke bawah.
Penghitungan Resapan dan Limpasan
Penghitungan mempergunakan data dasar berupa data curah hujan, angka laju resapan, dan luasan daerah tangkapan. Lokasi studi mempunyai curah hujan rata-rata sebesar 1.989 mm/tahun dan mempunyai angka laju resapan tanah sebesar 3 mm/hari. Sebelum pembangunan MOG daerah tangkapan lokasi studi seluas 8,408 hektar, sedangkan sehabis pembangunan MOG daerah tangkapan hanya sebesar 1,607 hektar.
Tabel 2. Data Volume Resapan dan Limpasan
Variabel | Sebelum pembangunan | Setelah pembangunan | Sumber |
Luas daerah tangkapan (m2) | 84.080 | 16.075,5 | Data sekunder |
Volume resapan (m3/tahun) | 96.327,43 | 18.417,12 | Perhitungan rumus |
Volume limpasan (m3/tahun) | 70.907,74 | 148.818,05 | Perhitungan rumus |
PEMBAHASAN
Dampak Pembangunan MOG Terhadap Resapan
Pembangunan MOG mengharuskan perubahan fungsi guna lahan Kawasan Stadion Gajayana sebagai ruang terbuka hijau menajadi lahan terbangun. Lahan ruang terbuka hijau seluas 8,408 hektar berkurang menjadi 1,607 hektar karena tertutupi oleh aneka macam kemudahan olah raga, gedung, mall dan hotel serta bahan pengeras lainnya ibarat aspal dan paving block. Berkurangnya lahan yang mampu meresapkan air, akan menimbulkan semakin parahnya kondisi lahan resapan Kecamatan Klojen yang kritis, yang mana pada tahun 2001 nilai resapan Kecamatan Klojen hanya sekitar 1,61% dari seluruh curah hujan yang jatuh (Azizah, 2001).
Berkurangnya nilai resapan berakibat pada penurunan kuantitas ketersediaan air tanah Kecamatan Klojen. Sebelum pembangunan MOG, lokasi studi bisa meresapkan air ke dalam tanah sebesar 96.327,43 m3/tahun. Sedangkan sehabis adanya pembangunan MOG, lokasi studi hanya mampu meresapkan air kedalam tanah sebesar 18.417,12 m3/tahun.
Dampak Pembangunan MOG Terhadap Limpasan
Pembangunan MOG di daerah Stadion Gajayana akan mengakibatkan peningkatan limpasan seiring dengan penurunan resapan Kecamatan Klojen. Air hujan yang semula sanggup diresapkan akan bermetamorfosis limpasan karena tertutupnya permukaan tanah oleh lapisan kedap air. Peningkatan volume air limpasan yang akan terjadi di Kecamatan Klojen jawaban perubahan guna Lahan ruang terbuka hijau Kawasan Stadion Gajayana menjadi Mal Olympic Garden diperkirakan sebesar 148.818,05 m3 tiap tahunnya.
Air limpasan dari daerah Stadion Gajayana akan mengalir di permukaan tanah ke lokasi yang lebih rendah. Hasil permodelan aliran permukaan terhadap garis ketinggian (kontur) memperlihatkan limpasan akan mengalir ke Kelurahan Bareng (lihat gambar 2). Permodelan ini diperkuat oleh keadaan eksisting bahwa saluran drainase dari Kawasan Stadion Gajayana mengalir ke Sungai Kasin melalui Kelurahan Bareng. Peningkatan volume limpasan yang mengalir ke Kelurahan Bareng, akan membebani sistem drainase kelurahan yang didominasi oleh guna lahan sebagai permukiman kelas menengah ke bawah ini.
Gambar 2. Aliran Limpasan di Lokasi. |
Saluran drainase dari wilayah Taman Gayam, APP, Simpang Ijen, Jalan Kawi (lokasi studi) dan Jl. Raya Langsep mengalir ke akses di Kelurahan Bareng khusunya RW08/RT14. kondisi ini menjadikan RT 14 sebagai salah satu lokasi titik merupakan lokasi rawan banjir Kota Malang. Pada tanggal 29 Januari 2006 yang kemudian RT 14 telah mengalami banjir genangan sehabis hujan deras selama 2 jam (Malang Post, 30 Januari 2006). Rampungnya pembangunan MOG yang diperkirakan akan menimbulkan peningkatan volume limpasan yang Kolam Resapan Sebagai Alternatif Solusi
Sebagaimana hasil perhitungan sebelumnya, dengan terselesaikannya pembangunan Mal Olympic Garden, sanggup diperkirakan limpasan Kecamatan Klojen akan meningkat hingga 148.818,05 m3 tahun. Limpasan akan mengalir ke kawasan permukiman penduduk menengah ke bawah yang terletak di Kelurahan Bareng. Limpasan tersebut tentu akan merugikan masyarakat Kelurahan Bareng karena memperbesar bahaya terjadinya banjir di daerah tersebut.. Selain itu, Kecamatan klojen akan kehilangan pengisian cadangan air tanah sebanyak 148.818,05 m3 tiap tahunnya sehingga menggangu kelestarian air tanah. Oleh lantaran itu diharapkan upaya untuk meminimalisir dampak peningkatan limpasan dan penurunan resapan yang diakibatkan oleh pembangunan MOG. Satu cara yang sanggup meminimalisir dua dampak negatif tersebut ialah dengan memasukkan air hujan ke dalam tanah dengan menggunakan sumur resapan. Sumur resapan ditujukan untuk sanggup menampung air hujan sebanyak 148.818,05 m3 dalam waktu yang lebih usang sehingga lebih banyak waktu untuk meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi limpasan.
Pembangunan MOG sangat perlu untuk disertai oleh penyediaan sumur resapan. Mal Olympic Garden yang direncanakan bernuansa taman kota sangat cocok mempergunakan metode sumur resapan kolektif berupa bak resapan. Yaitu satu atau dua sumur resapan yang berbentuk bak taman berkapasitas 148.818,05 m3 untuk menampung aliran air hujan dari seluruh daerah MOG. Supaya air mengalir dengan lancar, bak resapan sebaiknya diletakkan pada lahan yang paling rendah diantara daerah yang dilayani.
Gambar 3. Model Kolam Resapan. |
KESIMPULAN
- Pembangunan Mal Olympic Garden diperkirakan sanggup menurunkan resapan dari 96.327,43 m3 menjadi 18.417,12 m3 tiap tahunnya dan meningkatkan volume limpasan Kecamatan Klojen dari 70.907,74 m3 menjadi 148.818,05 m3 tiap tahunnya.
- Penurunan resapan menimbulkan penurunan kuantitas air tanah. Sedangkan peningkatan limpasan akan memperparah duduk kasus banjir di Kelurahan Bareng.
- Kolam resapan diharapkan untuk menampung air hujan agar sanggup meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi limpasan permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Azizah, S. 2001. Akibat Perkembangan Kota, Thesis, tidak diterbitkan
Linsley, R.K. 1996. Hidrologi untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta
Malang Post. Ratusan Rumah Terendam. Senin 30 Januari 2006
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-dasar Hidrologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta
Sosrodarsono, S. 1985. Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pradnya Paramita, Jakarta
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta
Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik, ITB, Bandung
Anda kini sudah mengetahui Artikel dan Makalah mengenai Dampak Pembangunan Mal, Resapan Air, Limpasan Air. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment