Keanekaragaman Flora Dan Fauna Di Dunia dan Indonesia - Biosfer ialah zona bersahabat permukaan bumi, yang cocok bagi kehidupan dalam satu bentuk ke bentuk lainnya. Biosfer sanggup dibagi menjadi tiga cuilan lingkungan atau biocycle, yaitu air asin (lautan), air tawar (sungai, danau, dan kolam), dan daratan (tanah dan udara yang bersentuhan dengan tanah).
A. Faktor-faktor Geografi yang Memengaruhi Perubahan Flora dan Fauna
Bentuk muka bumi ternyata mempunyai efek terhadap jenis dan persebaran tumbuhan dan fauna. Faktor-faktor yang memengaruhi itu ialah sebagai berikut.
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang banyak memengaruhi jenis dan persebaran tumbuhan dan fauna, antara lain:
a. suhu yang tinggi menjadikan asimilasi asam arang dan transpirasi. Hal ini kuat terhadap rumah tangga air pada tumbuhan;
b. udara yang berair dan kering sanggup kuat terhadap transpirasi dan pembuahan, tetapi sebaliknya dapat melemahkan pertumbuhan;
Sifat-sifat tanah, menyerupai teksturnya, strukturnya, kadar udara dan kadar air, suhunya, kadar kimiawi, serta unsur biologinya sangat menentukan jenis tumbuhan yang tumbuh di tempat itu.
3. Relief
Makhluk hidup (hewan dan manusia) sanggup memengaruhi kehidupan di suatu tempat. Hewan, contohnya sapi, dengan cara memakan rumput, binatang itu sanggup menggundulkan padang rumput dan mengubahnya menjadi padang pasir. Hal ini seperti yang terjadi di Pulau Sumba. Campur tangan insan terhadap tumbuhan dan binatang sanggup berakibat negatif dan positif, misalnya:
a. penebangan pohon yang sembarangan serta pemburuan binatang secara liar sanggup memengaruhi kelestarian dan keseimbangan alam,
b. insan sanggup mengusahakan penyebaran jenis tumbuhtumbuhan serta membudidayakannya,
c. insan pun sanggup membantu terhadap kelestarian hewan, seperti membuat cagar alam dan suaka margasatwa.
B. Jenis serta Persebaran Flora dan Fauna di Dunia
Menurut habitatnya, jenis serta persebaran tumbuhan dan fauna dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu jenis persebaran tumbuhan dan fauna di darat dan di air. Kelompok-kelompok inilah yang dikenal dengan bioma. Bioma ialah sekelompok binatang dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu di permukaan bumi.
Adanya variasi bioma di permukaan bumi disebabkan oleh adanya variasi iklim. Pola iklim dipengaruhi oleh energi cahaya matahari yang masuk ke permukaan bumi.
Pengaruh sinar matahari pada atmosfer, tanah, udara, dan penguapan air merupakan faktor pembentukan variasi iklim pada daerah dengan lintang yang berbeda. Sinar akan banyak diterima pada lintang 23° LU dan 23,5° LS atau pada wilayah tropis sehingga wilayah tropis adalah wilayah yang paling banyak mendapatkan cahaya matahari setiap tahunnya bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perbedaan musiman cahaya matahari terus-menerus meningkat ke kutub. Kutub merupakan daerah yang paling sedikit mendapatkan cahaya matahari.
Hal ini terjadi lantaran bumi berevolusi dan beredar mengelilingi matahari. Pada posisi bumi di ujung paling bersahabat dengan matahari, maka terjadilah penyinaran matahari dengan intensitas yang besar, dan sebaliknya apabila kedudukan matahari berada jauh dari bumi, terjadilah penyinaran matahari yang minim. Perhatikan gambar berikut.
Iklim ditentukan oleh faktor letak geografis, intensitas cahaya matahari, ketinggian tempat dan letak lintang, serta aliran massa udara. Unsur-unsur iklim terdiri dari suhu, curah hujan, penyinaran, angin, dan kelembapan.
1. Suhu
Gambar 3. Peredaran bumi pada porosnya mengakibatkan adanya pola persebaran Flora dan fauna. (Sumber: Biologi 3) |
Gambar 4. Mekanisme pembentukan keanekaragaman ekosistem. |
Suhu mempunyai arti yang penting lantaran suhu menentukan kecepatan reaksi-reaksi dan kegiatan kimia dalam kehidupan. Perubahan suhu udara pada satu tempat dengan tempat lainnya bergantung pada ketinggian tempat dan letak lintang. Perbedaan suhu lantaran perbedaan ketinggian jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan perubahan suhu lantaran perbedaan letak lintang. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara semakin rendah. Setiap ketinggian 100 m, suhu berubah sekitar 0,5° C - 1° C. Tumbuhan dan binatang sangat bergantung pada suhu. Tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan pembiasaan terhadap keadaan suhu. Ada tumbuhan dan binatang yang menyukai habitat yang panas dan ada tumbuhan dan binatang yang menyukai habitat yang dingin.
2. Curah Hujan
Air sangat diharapkan oleh tumbuhan dan binatang untuk proses perkembangan dan metabolisme. Ketersediaan air di permukaan bumi memilih jenis vegetasi. Semakin sedikit air, maka akan semakin banyak tumbuhan berjenis xeromorf (tumbuhan dengan sifat menghambat air), sedangkan untuk daerah yang mempunyai kecukupan air akan mempunyai tumbuhan berjenis mesofita (tumbuhan yang membutuhkan kecukupan air). Air yang ada di permukaan bumi berasal dari hujan. Sebaran curah hujan di setiap tempat berbeda-beda. Hujan sepanjang tahun hanya terdapat di beberapa cuilan tempat tropis. Semakin jauh dari khatulistiwa, maka curah hujan semakin berkurang.
3. Cahaya
Cahaya diharapkan tumbuhan untuk fotosintesis dan beberapa proses reproduksi. Cahaya pada suatu tempat ditentukan oleh lamanya penyinaran, kemiringan sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi, keadaan awan, dan keadaan permukaan bumi itu sendiri. Penyinaran di suatu tempat dengan tempat lainnya berpengaruh terhadap suhu. Penerimaan cahaya matahari sangat bervariasi berdasarkan tempat dan waktu. Menurut tempat, disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Menurut waktu, perbedaan radiasi terjadi dalam sehari maupun secara musiman. Semakin usang suatu tempat disinari matahari, maka tempat itu akan semakin panas, contohnya di daerah tropis. Sedangkan bila suatu tempat hanya sedikit disinari matahari, maka tempat tersebut akan mempunyai pemanasan yang lebih rendah. Tumbuhan mempunyai pembiasaan tertentu terhadap kedinginan dan kekeringan.
4. Angin
Angin mempunyai efek pribadi terhadap vegetasi, terutama dalam menumbangkan pohon-pohon atau dengan mematahkan dahan-dahan atau cuilan lainnya. Angin mempunyai pengaruh yang sama terhadap tanah, biasanya bersifat mengeringkan, atau membawa udara yang lebih berair yang menurunkan transpirasi dan evaporasi, dan menyebabkan turunnya hujan. Udara mempercepat tumbuhan kehilangan air dengan membawa udara yang belum jenuh dengan air sehingga bersentuhan dengan daun-daun dan tunas-tunas yang masih muda. Secara mekanik angin juga sanggup mengakibatkan terjadinya erosi tanah dan erosi vegetasi melalui partikel-partikel yang dibawanya. Dan dari segi fisiologi, sanggup mengurangi kecepatan pertumbuhan dengan mengganti udara yang berair dengan udara yang kering, dan alhasil meningkatkan transpirasi.
5. Kelembapan
Kelembapan udara berbeda-beda lantaran temperatur di permukaan bumi berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian, dan waktu (pagi, siang, dan malam). Semakin ke utara atau ke selatan khatulistiwa, kelembapan udara semakin menurun. Kelembapan merupakan faktor dari curah hujan dan suhu yang memilih ada atau tidaknya beberapa tumbuhan dan binatang dalam habitat tertentu. Perbedaan unsur-unsur iklim yang telah diterangkan di atas menyebabkan adanya keanekaragaman bioma. Berikut ini biomabioma yang ada di permukaan bumi.
1. Bioma di Darat
Di darat, jenis serta persebaran tumbuhan dan fauna terbagi menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
a. Bioma Gurun Pasir
Ciri-ciri Bioma gurun pasir ialah :
- Vegetasi yang hidup, yaitu tumbuhan musiman, segera akan tumbuh bila hujan turun, umumnya relatif pendek, tetapi bijinya tahan lama; tumbuhan menahun, dengan ciri-ciri: berdaun kecil atau tidak berdaun, berakar panjang, batangnya mempunyai jaringan sehingga sanggup menyimpan air, umumnya terdiri dari bermacam-macam kaktus.
- Jenis binatang umumnya bertubuh kecil, hidup di lubang-lubang, dan mencari mangsa pada malam/pagi hari. Contohnya kalajengking, ular, kadal, serangga, dan laba-laba. Gurun yang panas merupakan daerah-daerah dalam wilayah iklim tropis dan subtropis yang mempunyai curah hujan yang rendah. Curah hujan ratarata kurang 20 cm setiap tahun dan intensitas matahari yang tinggi. Gurun mempunyai suhu permukaan 60°C selama siang hari. Gurun merupakan suatu daerah yang memiliki sifat tanah berupa batuan atau lempung, biasanya gampang pecah-pecah. Sering kali tanah menjadi berkerikil, berpasir, bergeluh atau berbatu, tetapi selalu bersifat kering. Bioma hutan gurun hanya sanggup dihuni oleh tumbuhan dan binatang yang mempunyai pembiasaan yang tepat terhadap lingkungan. Tumbuhan gurun mengikuti keadaan dengan berbagai cara menyerupai mempunyai daun yang kecil (berduri) dan mempunyai akar yang panjang. Dengan struktur menyerupai itu, tumbuhan sanggup mengurangi penguapan dan mendapatkan air dari tempat yang dalam. Bioma gurun banyak ditemukan di Sahara Afrika, Gurun Gobi di Mongolia, dan di Australia.
Gambar 5. Bioma gurun pasir. (Wikipedia Commons) |
b. Bioma Padang Rumput
Ciri-ciri bioma padang rumput ialah :
- Vegetasi yang hidup: di daerah basah (rumputnya sanggup mencapai ketinggian 3 cm, misalnya Blustem dan Indian grasses), di daerah kering, (rumputnya pendek, contohnya Grama dan Buffalo grasses).
- Jenis hewan, yaituyang merupakan konsumen primer herbivora dan bertubuh besar, contohnya bison di Amerika, zebra di Afrika, serta kanguru di Australia; sebagai predator herbivora, menyerupai singa dan anjing liar; dan binatang jenis lain: ular, belalang, rodentina, dan bermacam-macam burung.
Padang rumput yang terdapat di daerah tropis dan subtropis biasanya berbentuk sabana yang terdiri dari pepohonan yang tersebar berjauhan. Padang rumput tropis berbeda dari padang rumput daerah iklim sedang
yang sering tidak berpohon, kecuali di sepanjang batang air. Yang penting bagi padang rumput ialah ekspresi dominan kemarau, kebakaran sering terjadi, dan pemakanan rumput oleh mamalia besar mengakibatkan pencegahan pembentukan semak berkayu dan pohon-pohon. Kelangkaan pepohonan dan berlimpahnya rerumputan, ditambah dengan hujan dan kekeringan yang bersifat musiman memilih jenis hewan di padang rumput. Hewan pepohonan jarang ditemukan. Walaupun ada, berjumlah sedikit dan terbatas pada belukar dan lahan hutan yang terpencil. Berlimpahnya dan keragaman rerumputan mengakibatkan padang rumput merupakan tempat ideal untuk herbivora. Hewan Herbivora yang besar tidak mampu hidup terus-menerus sepanjang tahun dan harus berpindah-pindah selama ekspresi dominan panas untuk mendapatkan air atau mencari daerah yang baru. Herbivora yang lebih kecil harus mengikuti keadaan dengan cara yang lain, menyerupai tidur selama masa ekspresi dominan dingin.
c. Bioma Hutan Basah
Gambar 6. Bioma padang rumput. (Wikipedia Commons) |
Ciri-ciri bioma hutan berair (hutan hujan tropis) ialah :
- Vegetasi yang hidup, yaitu tumbuhan berkayu, tingginya 20 - 40 m dengan cabang dan daun yang lebat, dan membentuk suatu tudung yang menyebabkan hutan menjadi gelap; tumbuhan perdu, rotan, tumbuhan epifit, dan higrofit.
- Jenis hewannya yaitu, yang hidup di atas tumbuhan, menyerupai kera, tupai, dan aneka burung; yang hidup di bawah, menyerupai babi, kucing hutan, dan lain-lain; binatang karnivora, seperti macan tutul di Asia/ Afrika dan jaguar di Amerika.
Bioma hutan berair merupakan jenis hutan yang paling subur. Bioma hutan berair terdapat di daerah tropis yang berair dengan curah hujan yang tinggi dan tersebar sepanjang tahun, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup seperti di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Australia Timur Laut. Pohon pada bioma ini sanggup cepat dikenali dengan adanya kanopi pada cuilan atas pohon. Kanopi seringkali rapat sehingga menyulitkan cahaya matahari untuk mencapai tanah yang ada di bawahnya, ketika kanopi terbuka maka akan banyak pohon atau tumbuhan merambat yang berkayu bersaing untuk mendapatkan sinar matahari.
Dalam hutan ini pohonnya tinggi-tinggi, dan umumnya berdaun lebar dan selalu hijau, mempunyai banyak sekali jenis tanaman. Sering terdapat paku-paku pohon, tanaman merambat berkayu lianan yang sering sanggup mencapai puncak pohon-pohon yang tinggi, dan epifit menyerupai paku-pakuan, anggrek, dan lain-lain. Hutan ini kaya akan jenis-jenis hewan invertebrata dan vertebrata.
d. Bioma Hutan Gugur
Gambar 7. Bioma hutan hujan tropis (Wikipedia Commons) |
Ciri-ciri bioma hutan gugur ialah :
- Vegetasi yang hidup yaitu tumbuhan tropis yang dapat mengikuti keadaan dengan ekspresi dominan dan tumbuhan yang tumbuhnya tidak terlalu rapat.
- Jenis hewan, menyerupai serigala, rusa, beruang, rubah, bajing, dan burung pelatuk.
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim kontinen sedang dengan ekspresi dominan masbodoh yang keras, seperti di ujung selatan Benua Amerika, Amerika Serikat bagian Timur, kepulauan Inggris, dan Australia. Jumlah tumbuhan di bioma hutan gugur jumlahnya sedikit dan tidak terlalu rapat. Pohon-pohon yang lebih banyak didominasi adalah pohon-pohon yang berdaun lebar yang menggugurkan daunnya pada ekspresi dominan dingin, ketika suhu yang ada terlalu rendah untuk melaksanakan fotosintesis dan kehilangan air melalui transpirasi tidak dengan mudah digantikan dari tanah yang beku. Curah hujan di daerah ini berkisar antara 750 mm - 1.000 mm. daerah ini mempunyai 4 ekspresi dominan yaitu ekspresi dominan panas, ekspresi dominan gugur, musim dingin, dan ekspresi dominan semi. Hewan-hewan banyak tetapi aktivitasnya bermusim.
e. Bioma Taiga
Gambar 8. Bioma hutan gugur (Wikimedia Commons) |
Ciri-ciri bioma taiga ialah :
- Vegetasi yang hidup umumnya berupa tumbuhan konifer, misalnya: picea, alnus, betula, dan juniperus.
- Jenis hewan, misalnya moose, beruang hitam, ajag, dan marten.
Bioma taiga terdiri dari jenis-jenis konifer. Bentuk daun dari tumbuhan ini menyerupai jarum dan berlapis zat lilin untuk tahan terhadap kekeringan.Sebagian besar hutan taiga didominasi oleh satu atau beberapa jenis pohon. Taiga ialah bioma teristerial terbesar di atas bumi yang meluas dalam suatu wilayah yang lebar melintasi Amerika Utara cuilan Utara dan Eurasia hingga perbatasan selatan tundra Arktik. Taiga mengalami hujan salju yang lebat selama ekspresi dominan dingin. Di daerah ini ekspresi dominan masbodoh cukup panjang, sedangkan musim kemarau yang panas sangat singkat.
f. Bioma Tundra
Gambar 9. Bioma Taiga (Wikipedia Commons) |
Ciri-ciri bioma tundra ialah :
- Vegetasi yang hidup umumnya berupa lumut dari jenis Sphagnum dan Lichenes (lumut kerak).
- Jenis binatang umumnya berbulu dan berambut tebal, menyerupai beruang, reider, walrus, seal, dan pinguin.
Istilah tundra bermakna dataran tanpa pepohonan. Suhu yang sangat masbodoh dan angin yang sangat kencang menjadi faktor penentu tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi lainnya di tundra Arktik dan di Alaska Tengah. Walaupun mendapatkan curah hujan yang sedikit, tetapi wilayah tundra tetap membeku dan tandus. Hal ini disebabkan oleh air hujan tidak sanggup menembus tanah cuilan bawahnya dan akan menumpuk di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal selama musim panas yang pendek. Tundra menutupi luas yang sangat besar di Arktik, yaitu mencapai 20% permukaan tanah bumi. Kecepatan angin yang tinggi dan suhu yang dingin menciptakan komunitas tumbuhan yang sama, yang disebut tundra alpina. Bioma tundra terdapat hampir di seluruh Arktik dan pulau-pulau kecil bersahabat Antartika.
2. Bioma di Air
Gambar 10. Bioma tundra di Siberia (Wikimedia Commons) |
Gambar 11. Peta Persebaran Bioma di Permukaan Bumi (Sumber: Biologi 3) |
Berdasarkan salinitasnya (kadar garamnya), habitat air (akuatif) dibedakan menjadi tiga, yaitu habitat air tawar, habitat pantai, dan habitat laut.
a. Habitat Air Tawar
Yang termasuk habitat air tawar ialah sungai, kolam, danau, dan rawa.
Ciri-ciri bioma air tawar ialah :
- Vegetasi yang hidup yaitu eceng gondok, teratai, dan aneka jenis alga.
- Jenis binatang yaitu aneka jenis ikan tawar, seperti mujair, ikan mas, gurame, dan sebagainya.
Habitat air tawar merupakan kehidupan yang terdapat di perairan tawar. Habitat air tawar kebanyakan berupa air pedalaman. Kadar garam dalam habitat ini sangat rendah sehingga sering diabaikan. Tumbuhan dan binatang telah tersesuaikan dengan air tawar.
Penyesuaian tumbuhan dalam air tawar berupa:
Gambar 12. Danau, bioma air tawar (Wikimedia Commons) |
- terbentuknya rongga udara besar yang dipisahkan olehdiafragma yang berfungsi untuk menyimpan gas;
- tumbuhan air biasanya tidak terdapat rambut akar, hal ini dimaksudkan biar tumbuhan tidak menyerap air;
- tumbuhan air pada umumnya terapung dan bobot tumbuhan air disangga oleh airnya;
- tumbuhan air mempunyai daun yang sangat tipis dengan kloroplas di dalam sel epidermisnya, hal ini berfungsi untuk memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis.
Tumbuhan air tawar sanggup dibagi menjadi empat jenis yaitu:
- jenis tumbuhan apung,
- jenis daun apung,
- jenis timbul,
- jenis terendam.
Sedangkan penyesuaian binatang dalam air tawar berupa:
- daya apung,
- pengaturan osmosis,
- pembiakan,
- pemencaran.
b. Habitat Laut
Habitat ini dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Fotik, ialah daerah yang cukup mendapat cahaya.
a) Vegetasi yang hidup pada umumnya berupa jenis rumput-rumputan.
b) Jenis hewan, contohnya aneka ragam ikan dan udang-udangan.
2) Afotik, adalah daerah yang kurang mendapat cahaya.
Di wilayah ini organisme yang hidup berupa fitoplankton dan zooplankton atau hewan-hewan yang berukuran kecil, contohnya binatang bentos. Luas lautan meliputi 70% dari luas permukaan bumi. Habitat laut berbeda dengan habitat air tawar. Hal ini sanggup dibuktikan dengan tumbuhan laut. Jika ditempatkan di air tawar, maka tumbuhan tersebut akan mati, begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang memengaruhi organisme yang ada di maritim ialah cahaya, naik turunnya suhu udara, kondisi fisik laut, dan salinitas.
Zat-zat padat yang terlarut dalam air maritim yaitu NaCl, MgCl, MgSO4, zat-zat tersebut sangat melimpah dalam air laut. Air laut merupakan larutan penyangga dan mengatakan ketahanan terhadap alkalinitas. Tersedianya karbon dioksida dalam jumlah yang besar untuk fotosintesis tidak pernah mengganggu keadaan air laut sebagai penyangga dan alkalitas yang rendah memungkinkan organisme hidup untuk mengambil kalsium karbonat (CaCO3) dan zat lainnya. Hal ini sering terjadi di maritim panas sehingga sering ditemukan cangkang-cangkang kapur, kerikil karang, dan lain-lain. Air maritim mengandung semua unsur kimia yang penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan protoplasma sehingga air laut merupakan habitat yang cocok untuk sel-sel hidup dengan syarat sel-sel tersebut diubahsuaikan dengan konsentrasi garamnya.
Gambar 13. Habitat Laut (Wikipedia Commons) |
c. Habitat Pantai
Ciri-ciri bioma air tawar ialah :
1) Vegetasi yang hidup cirinya yaitu tumbuh: menjalar dengan geragih yang panjang, berakar besar, contohnya ubi, rumput angin, pandan pantai, bakung pantai, dan sebagainya.
2) Jenis hewan, contohnya ikan bandeng dan udang.
Habitat pantai merupakan habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Organisme pada pantai harus mempunyai pembiasaan terhadap terpaan gelombang. Terpaan gelombang dan ombak memindahkan partikel lumpur dan pasir, dan beberapa alga besar atau tumbuhan pada habitat ini. Banyak hewan, menyerupai cacing dan remis pemakan suspensi serta krutasea pemangsa, membenamkan dirinya di dalam pasir atau Lumpur. Hewan di habitat ini akan mengambil kuliner ketika air pasang. Sedangkan binatang lain, menyerupai kepiting dan burung pantai, adalah pemakan bangkai atau pemangsa organisme lain.
D. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
Gambar 14. Habitat Pantai (Wikipedia Commons) |
Sejarah geologi kepulauan Indonesia memengaruhi keanekaragaman tumbuhan dan fauna di Indonesia. Kepulauan Indonesia secara geologi merupakan pertemuan antara lempeng Asia dan lempeng Australia. Pada zaman glasial, kedua lempengan ini merupakan suatu daratan yang bersatu dengan Asia dan Australia. Kepulauan Indonesia yang bersatu dengan Asia ialah Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan daratan ini disebut Dangkalan Sunda.
Kepulauan Indonesia yang bersatu dengan Australia ialah Papua dan daratan ini disebut Dangkalan Sahul. Sedangkan kepulauan Indonesia yang tidak termasuk lempeng Asia dan Australia adalah Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Pada dikala itu binatang sanggup bermigrasi dengan bebas dari Asia ke Dangkalan Sunda dan dari Australia ke Dangkalan Sahul. Begitu pula dengan tumbuhan. Tumbuhan sanggup bermigrasi melalui angin atau dibawa oleh hewan.
Ketika zaman glasial berakhir, permukaan air maritim bertambah sehingga banyak daratan rendah yang terendam air dan akhirnya pulau-pulau yang ada di Indonesia terpisahkan oleh air dan kepulauan Indonesia tidak bersatu lagi dengan Asia ataupun dengan Australia. Dengan berakhirnya zaman glasial, banyak flora dan fauna yang dulunya bermigrasi menjadi terisolasi. Hal inilah yang mengakibatkan keanekaragaman tumbuhan dan fauna di Indonesia.
Selain lantaran faktor sejarah geologi, keanekaragaman flora dan fauna ditentukan juga oleh faktor perbedaan iklim yang terdiri dari unsur-unsur suhu, curah hujan, angin, dan kelembapan udara. Indonesia ialah daerah beriklim tropis, tetapi waktu terjadinya dan intensitas curah hujan di Indonesia berbeda-beda. Semakin ke barat maka intensitas curah hujan semakin besar, maka Indonesia cuilan timur akan menerima curah hujan yang lebih kecil dibandingkan Indonesia cuilan barat.
Berdasarkan peta penyebaran curah hujan di Indonesia, sanggup dilihat perbedaan curah hujan yang ada di Indonesia. Perbedaan curah hujan ini menentukan perbedaan bioma yang ada di Indonesia. Perhatikan tabel berikut.
Gambar 15. Peta Persebaran Curah Hujan di Indonesia (Sumber: BMKG) |
Tabel 1.1 Tipe Bioma di Indonesia
Bioma | Subbioma | |
Nama | Iklim | Nama |
I. Hutan Hujan | Selalu berair hingga kering tengah tahun; 0<60,0 (tipe A,B,C): curah hujan per tahun 1300-7100 mm. | Hutan Hujan tanah kering Hutan Hujan tanah rawa (permanen atau musiman) |
II. Hutan Musim | Sangat kering tengah tahun; 0 > 60,0 (tipe D-F); curah hujan per tahun 700 – 2900 mm. | Hutan Musim |
III. Savana | Selalu berair hingga sangat kering tengah tahun; Q = 0-3000(tipe A – F); curah hujan per tahun 700-7.100 mm. | Sabana |
IV. Padang Rumput | Selalu berair hingga sangat kering tengah tahun; Q = 0 – 300 (tipe A–F); curah hujan per tahun 700-7.100 mm. | Padang rumput iklim berair Padang rumput iklim kering |
D. Jenis dan Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
1. Vegetasi Alam
Sesuai dengan iklim dan posisinya, yaitu berada di antara kontinen Asia dan Australia, maka vegetasi yang ada di Indonesia adalah vegetasi peralihan. Karena banyaknya curah hujan, maka pengaruh vegetasi Asia lebih dominan, sedangkan dari Australia jumlahnya relatif sedikit dan hanya terbatas di daerah kering, seperti NTB dan NTT.
Ciri-ciri utama vegetasi alam Indonesia adalah:
a. selalu hijau, walaupun ada di antaranya yang gugur pada musim kering, contohnya jati;
b. jumlah spesiesnya banyak dan jumlah tipe endemiknya pun relatif besar;
c. terdapat banyak tumbuhan epifit serta tumbuhan memanjat, misalnya rotan; dan
d. di daerah hutan hujan tropis, terdapat jenis tumbuhan yang menghasilkan getah, contohnya getah perca.
Secara garis besar, vegetasi alam di Indonesia sanggup dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
1) Vegetasi Hutan Hujan Tropis
Ciri-cirinya:
a) merupakan hutan lebat,
b) terdiri dari banyak sekali jenis pohon yang variatif,
c) ketinggian pohonnya ada yang mencapai 60 m,
d) banyak terdapat jenis pohon panjat dan palem,
e) banyak pula jenis pohon pakis dan anggrek.
Hutan hujan tropis terbesar di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, serta Irian Jaya.
2) Vegetasi Hutan Musim
Ciri-cirinya:
a) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis,
b) daun-daunnya banyak yang gugur di musim kemarau, contohnya pohon jati,
c) jenisnya homogen.
Hutan ekspresi dominan terdapat di daerah menyerupai Jawa Tengah dan Jawa Timur.
3) Vegetasi Hutan Bakau
Ciri-cirinya:
a) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis dan
b) mempunyai akar tunjang.
Kalimantan dan Sumatra merupakan teladan pulau yang mempunyai hutan bakau yang luas.
4) Vegetasi Daerah Sabana dan Stepa
Ciri-cirinya:
a) terdapat di daerah yang beriklim kering,
b) sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pohon-pohon, terdapat di Pulau Madura dan sebagian kepulauan Nusa Tenggara,
c) stepa merupakan daerah yang seluruhnya padang rumput, contohnya di pulau Sumba, Flores, Sumbawa, dan Timor.
2. Fauna Indonesia
Jenis dan persebaran fauna di Indonesia dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Kelompok Hewan Asia
Tersebar di wilayah Indonesia cuilan barat yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Contoh fauna:
- mamalia, terdiri atas gajah, rino bercula satu, tapir, rusa, banteng, kerbau, monyet, orang utan, macan, tikus, bajing, beruang, kijang, ajag, kelelawar, landak, babi hutan, kancil, dan kukang;
- reptil, terdiri atas; buaya, kura-kura, kadal, ular, tokek, biawak, bunglon, dan trenggiling;
- burung, terdiri atas; burung hantu, elang, jalak, merak, kutilang, berbagai macam unggas, dan lain-lain;
- berbagai macam serangga;
- berbagai macam ikan air tawar dan pesut, yaitu sejenis lumba-lumba dari Sungai Mahakam.
b. Kelompok Hewan Australia
Terdapat di pulau Irian Jaya dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Contoh fauna:
- mamalia, terdiri atas kanguru, walaby, beruang, nokdiak (landak Irian), oposum layang (pemanjat berkantung), kuskus, kanguru pohon, kelelawar;
- reptilia, terdiri atas buaya, biawak, ular, kadal, kurakura;
- amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang, katak air;
- burung, terdiri atas: nuri, raja udang, cendrawasih, kasuari, namudur;
- berbagai jenis ikan;
- berbagai macam serangga.
c. Kelompok Hewan Peralihan
Tersebar di pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, NTB, dan NTT. Contoh fauna;
- mamalia, terdiri atas anoa, babi rusa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, beruang, tarsius, monyet seba, kuda, sapi, banteng;
- reptil, terdiri atas: biawak komodo, kura-kura, buaya, ular, soa-soa;
- amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang dan katak air;
- berbagai macam burung, antara lain burung dewata, maleo, mandar, raja udang, burung pemakan lebah, rangkong, kakatua, nuri, merpati, angsa.
Di antara ketiga pembagian jenis dan persebaran fauna itu dibatasi oleh garis Wallace dan garis Weber. Garis Wallace memisahkan antara kelompok hewan Asia dengan kelompok hewan peralihan.
Garis Weber memisahkan antara kelompok hewan peralihan dengan kelompok hewan Australia.
Gambar 16. Batas Garis Weber dan Wallace (Sumber: Geografi X) |
E. Usaha-usaha Pelestarian Flora dan Fauna
1. Pelestarian dan Konservasi Alam
Indonesia dikenal dengan negara yang mempunyai keanekaragaman genetik, baik tumbuhan maupun fauna. Namun, sekarang ini banyak populasi tumbuhan dan fauna berkurang jumlahnya disebabkan acara manusia. Aktivitas insan seperti penebangan pohon, pembangunan industri, dan pemukiman telah merusak ekosistem. Dengan rusaknya ekosistem, habitat flora dan fauna berkurang. Untuk menjaga keberlangsungan hidup flora dan fauna, diharapkan perjuangan untuk melestarikan biar mereka tidak punah. Upaya yang dilakukan melalui konservasi. Konservasi adalah suatu proses pengelolaan yang baik untuk mendukung ekosistem dalam melestarikan spesies. Konservasi dilakukan dengan membuka daerah berupa hutan lindung, suaka margasatwa, taman nasional, dan cagar alam.
Manfaat adanya konservasi bisa dirasakan oleh masyarakat menyerupai adanya sumber air sehingga masyarakat sanggup mengairi sawahnya, menjaga tanah tidak terjadi erosi dan longsor, menjaga kesuburan tanah, menjaga keragaman genetik, menjamin penggunaan jenis-jenis ekosistem yang menunjang kehidupan masyarakat dan industri sehingga kawasan konservasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat yang ada di sekitarnya. Upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung konservasi ialah sebagai berikut.
a. Tidak melaksanakan penebangan hutan,
b. mencegah pencurian kayu,
c. memperbaiki kondisi hutan,
d. tidak melaksanakan pemburuan liar,
e. memperbaiki tumbuhan yang dibudidayakan.
2. Perlindungan Alam
Perlindungan alam meliputi dua usaha, yaitu sebagai berikut:
a. Perlindungan alam umum atau cagar alam, ialah perlindungan untuk melestarikan segala jenis tumbuhan dan fauna yang terdapat di suatu daerah. Usaha ini sanggup dibedakan menjadi:
- perlindungan alam ketat, suatu daerah dibiarkan apa adanya, sesuai dengan keadaan aslinya;
- perlindungan alam terbimbing, adanya tenaga andal yang mengawasi dan menganalisis daerah itu;
- National Park, di samping daerahnya luas, hutan lindung, hutan lindung ini pun sanggup dipakai sebagai tempat rekreasi.
b. Perlindungan alam dengan tujuan tertentu, sanggup dibedakan menjadi:
- perlindungan alam botani, melindungi jenis tumbuhan tertentu yang langka.
- perlindungan alam zoologi, melindungi jenis hewan tertentu yang hampir musnah dan langka; dan
- perlindungan pemandangan alam, melindungi keindahan pemandangan alam.
F. Daerah-daerah Perlindungan Flora dan Fauna di Indonesia
1. Karakteristik Wilayah Jawa
Pulau Jawa merupakan pulau yang mempunyai penduduk terbanyak di Indonesia. Jumlah penduduk di Pulau Jawa pada tahun 2005 sekitar 118 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata Pulau Jawa tidak mempunyai sumber daya mineral yang banyak. Namun, kondisi alamnya banyak mengandung kantung-kantung minyak dan gas yang sanggup ditemukan di lipatan-lipatan dan sesaran-sesaran batuan-batuan sedimen yang kondisinya memenuhi syarat. Kantung-kantung minyak dan gas ini terdapat, baik di sisi utara maupun selatan rangkaian pegunungan yang melintasi Pulau Jawa, tetapi hanya yang berada di sisi utara yang saat ini sudah dieksploitasi.
2. Karakteristik Wilayah Sumatra
Gambar 17. Taman Nasional di pulau Jawa (Sumber: www.dephut.go.id) |
Kondisi hutan di Sumatra sangat memprihatinkan. Sekarang jarang ditemukan adanya perkebunan di sepanjang daerah aliran sungai. Hutan dialihfungsikan menjadi kebun. Budaya tumbang, tebas dan bakar selalu terjadi setiap tahun sehingga pemandangan asap menjadi hal yang biasa di wilayah ini. Kawasan hutan alam berubah menjadi daerah kelapa sawit. Banyaknya perubahan ini akan berdampak pada musnahnya beberapa keragaman hayati yang dimiliki Sumatra.
Penyempitan areal hutan disebabkan oleh perluasan area perkebunan (terutama sawit dan akasia), penebangan kayu berskala besar, baik secara legal maupun tidak, kebakaran hutan, kegiatan pertambangan dan industri karena Sumatra merupakan penghasil minyak terbesar di Indonesia serta mempunyai kandungan
Gambar 18. Taman Nasional di Sumatra (Sumber: www.dephut.go.id) |
gas alam dan kerikil bara yang cukup besar. Penyempitan hutan berdampak pada keseimbangan ekosistem dan alam tidak terjaga baik, menyerupai ratusan gajah merusak kebun, hama babi hutan menggasak tanaman muda dan pada akhirnya akan musnahnya keanekaragaman hayati yang dimiliki Pulau Sumatra.
3. Karakteristik Wilayah Kalimantan
Kalimantan merupakan daerah bercurah hujan konstan dan bersuhu tinggi sepanjang tahun. Oleh lantaran itu, pulau ini memiliki beberapa habitat tropis tersubur di muka bumi dan mempunyai hutan berair tropis terluas di kawasan Indonesia. Pulau ini kaya akan keragaman hayati. Kalimantan berperanan penting dalam pengembangan ekonomi Indonesia dan merupakan salah satu penghasil devisa utama. Kekayaan ini bukan berasal dari produk industri, juga bukan dari hasil pertanian dan perkebunan, melainkan lantaran besarnya cadangan sumber daya alam: hutan, minyak, gas, kerikil bara, dan mineral-mineral lain.
Kalimantan merupakan daratan dengan sungai-sungai besar, seperti Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Kahayan, Sungai Kayan, dan Sungai Mahakam. Sungai-sungai ini merupakan jalur masuk utama ke pedalaman pulau dan daerah pegunungan tengah. Semakin ke hulu, sungai semakin sempit. Sungai tersebut mengalir melalui hutan-hutan perbukitan, berarus deras, dan airnya jernih.
Gambar 19. Taman Nasional di Kalimantan (Sumber: www.dephut.go.id) |
Kebanyakan sungai-sungai utama di Kalimantan terdapat di jajaran pegunungan tengah. Sungai-sungai itu semakin lebar dan semakin besar volumenya menuju ke maritim lantaran ada tambahan air dari bawah umur sungainya yang membentuk sungai utama yang mengalirkan air dari daerah aliran sungai yang luas. Debit air bervariasi berdasarkan musim. Kecepatan arus, kedalaman air, dan komposisi substrat bervariasi berdasarkan panjang aliran dan lebar sungai, dan ini mempengaruhi biota yang sanggup hidup di dalamnya.
Pulau ini kaya akan fauna yang berasal dari Asia, misalnya, keluarga rusa, sapi liar, babi, kucing, monyet, kera, tupai, dan banyak keluarga burung Asia. Banyak fauna Borneo yang serupa dengan fauna daratan Asia dan pulau-pulau Sunda lainnya, tetapi keserupaan dengan Sulawesi dan pulau-pulau di sebelah timur hanya sedikit lantaran komposisi faunanya agak berbeda.
4. Karakteristik Wilayah Sulawesi
Pulau Sulawesi berdiri di atas lahan seluas 227.654 km2, terutama terdiri dari empat semenanjung panjang. Pulau Sulawesi terbagi ke dalam empat kabupaten, yakni Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Hutan yang terancam eksploitasi pertambangan di Pulau Sulawesi seluas 1.181.062 ha. Kawasan ini ialah daerah yang kaya keragaman hayati, daerah tangkapan air, tempat tinggal dan tempat mata pencaharian masyarakat lokal, serta situs-situs warisan utama dunia, misalnya, Tahura Poboya di Sulteng.
Gambar 20. Taman Nasional di Sulawesi (Sumber: www.dephut.go.id) |
5. Karakteristik Wilayah Bali dan Nusa Tenggara
Kepulauan Nusa Tenggara tersebar sepanjang 2.850 km2 dari barat ke timur Pulau Pamana di lepas pantai Pulau Roti di Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di cuilan paling selatan Indonesia, posisinya sempurna di 110°LS. Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, menyerupai Jawa dan Sumatra.
Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam pembentukan pulau-pulau masih terjadi hingga kini dan sangat memengaruhi posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Provinsi Bali terletak pada 8° 03’40" - 8° 50’48" Lintang Selatan dan 114° 25’53" - 115° 42’40" Bujur Timur, dengan luas wilayah 563.286 ha. Di Bali terdapat 4 buah danau (Beratan, Batur, Buyan, Tamblingan) dan 24 buah gunung. Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Bali dengan ketinggian 3.142.000 m.
Gambar 21. Taman Nasional di Bali dan Nusa Tenggara (Sumber: www.dephut.go.id) |
Diperkirakan sekitar 31.817,75 hektar atau 25 persen dari luas keseluruhan hutan daratan di Bali, yaitu 127.271,01 hektar, mengalami konversi (perubahan) fungsi lahan. Perubahan fungsi lahan hutan tersebut disebabkan beberapa hal, antara lain perambahan daerah hutan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang berdiam di bersahabat hutan dan penggunaan daerah hutan untuk pembangunan di luar sektor kehutanan dan penebangan liar.
Berdasarkan fungsinya, hutan di Bali digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu hutan lindung, hutan konservasi, dan hutan produksi. Hutan lindung berfungsi sebagai dukungan tata air dan tanah serta sebagai pendukung kehidupan habitat tumbuhan dan fauna. Fungsi lainnya ialah sebagai pendukung pariwisata (ekowisata).
Hutan produksi di Bali terkonsentrasi di daerah Bali Barat, seperti di Kabupaten Buleleng seluas 4.731,95 hektar dan di Kabupaten Jembrana seluas 2.993,30 hektar sementara di kabupaten lainnya relatif kecil. Jenis pohon yang ditanam di hutanhutan produksi tersebut antara lain pohon jati, pinus, ampupu, sonokeling, dan pohon lainnya yang bernilai ekonomis.
Vegetasi hutan di Bali diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu hutan bervegetasi lebat seluas 71.349,5 hektar atau sekitar 56,1%, hutan bervegetasi belukar atau semak seluas 35.518 hektar atau seluas 25,5%, dan hutan kritis atau sangat rawan seluas 23.403,3 hektar atau sekitar 18,4%.
6. Karakteristik Wilayah Papua
Papua meliputi cuilan barat pulau New Guinea dan merupakan satu dari tiga wilayah Rimba Belantara Tropis Utama. Wilayah Papua masih berupa habitat alam. Karena proses biogeografi dan keadaan topografi, daerah hutan Papua diduga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Setidaknya 24 spesies gres ditemukan, termasuk 6 spesies binatang bertulang belakang. Penelitian lain di Sungai Wapoga menemukan 93 spesies baru. Empat di antaranya jenis gres dari genus Eviota, Apogon, dan Hemiscyllium.
Selain keanekaragaman jenis yang tinggi, Papua juga memiliki ekosistem yang beragam. Mulai dari terumbu karang, hutan bakau, savana, hutan tropis dataran rendah, pegunungan, hingga ekosistem alpin.
Gambar 22. Taman Nasional di Papua (Sumber: www.dephut.go.id) |
Ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan habitat alam Papua sudah mulai terlihat dampaknya. Papua yang juga kaya akan deposit mineral dan minyak bumi menarik para investor untuk melakukan eksploitasi tambang dan gas secara besar-besaran. Ancaman lainnya antara lain rencana pembangunan wilayah seperti pembangunan area industri berskala besar di Mamberamo, perluasan perkebunan kelapa sawit, pembangunan jalan Trans- Papua, dan konsesi hutan.
G. Konsep Cagar Biosfer
Cagar biosfer ialah ekosistem daratan dan pesisir/ maritim atau kombinasi daripadanya, yang secara internasional diakui berada di dalam kerangka Program Manusia atau Biosfer dari UNESCO (Statutory Framework of The World Network, of Biosphere Reserves – Kerangka Hukum Jaringan Cagar Biosfer Dunia).
Usulan penetapan cagar biosfer diajukan oleh pemerintah nasional :
- setiap calon cagar harus memenuhi kriteria tertentu dan sesuai dengan persyaratan minimum sebelum dimasukkan ke dalam Jaringan Dunia,
- setiap cagar biosfer diharuskan memenuhi tiga fungsi yang saling menunjang, yaitu fungsi konservasi; untuk melestarikan sumber daya genetik, jenis, ekosistem dan lansekap; fungsi pembangunan, untuk memacu pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, dan fungsi pendukung logistik, untuk mendukung proyek percontohan, pendidikan dan pelatihan lingkungan, serta penelitian dan pemantauan yang berhubungan dengan masalah-masalah konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal, nasional, dan dunia.
Secara fisik, setiap cagar biosfer harus terdiri atas tiga elemen, yaitu: satu atau lebih zona inti, yang merupakan daerah dilindungi bagi konservasi keanekaragaman hayati, pemantauan ekosistem yang mengalami gangguan, dan melaksanakan kegiatan penelitian yang tidak merusak serta kegiatan lainnya yang berdampak rendah (seperti pendidikan); zona penyangga yang ditentukan dengan jelas, yang biasanya mengelilingi atau berdampingan dengan zona inti, dan dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan kolaborasi yang tidak bertentangan secara ekologis, termasuk pendidikan lingkungan, rekreasi, ekoturisme dan penelitian terapan dan dasar; dan zona transisi, atau zona pelatihan, yang mungkin berisi kegiatan pertanian, pemukiman dan pemanfaatan lain dan di mana masyarakat lokal, forum manajemen, ilmuwan, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat adat, pemerhati ekonomi dan pemangku kepentingan lain bekerja sama untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya secara berkelanjutan. Walaupun semula dilihat sebagai rangkaian bulat konsentris, ketiga zona tersebut diterapkan ke dalam banyak sekali pendekatan yang berbedabeda untuk memenuhi kebutuhan dan kondisi setempat.
Sesungguhnya, salah satu kekuatan terbesar dari konsep cagar biosfer ialah fleksibilitas dan kreativitasnya yang telah dibakukan dalam banyak sekali situasi.
Beberapa negara telah memutuskan undang-undang khusus bagi pembentukan cagar biosfer. Di banyak negara lainnya, zona inti dan zona penyangga ditetapkan (seluruhnya atau sebagian) sebagai zona yang dilindungi berdasarkan undang-undang nasional.
Sejumlah cagar biosfer sekaligus mempunyai daerah dilindungi yang dikelola dengan sistem lain (seperti taman nasional atau cagar alam) dan situs lain yang diakui secara internasional (seperti situs Warisan Dunia dan Ramsar).
Pengaturan kepemilikan juga bermacam-macam. Zona inti cagar biosfer kebanyakan merupakan tanah negara, tetapi dapat juga dimiliki secara pribadi atau milik organisasi nonpemerintah. Dalam banyak hal, zona penyangga merupakan milik perseorangan atau masyarakat tertentu, dan kondisi ini pada umumnya ditemukan pula pada daerah transisi. Strategi Seville bagi cagar biosfer merefleksikan kondisi ini secara luas.
Rangkuman :
- Bentukan muka bumi, seperti: iklim, tanah, dan relief mempengaruhi terhadap jenis dan persebaran makhluk hidup (flora juga fauna).
- Di darat jenis dan persebaran tumbuhan dan fauna dikelompokkan ke dalam enam bioma, yaitu: bioma gurun pasir, bioma padang rumput, bioma hutan basah, bioma hutan gugur, bioma taiga, dan bioma tundra.
- Berdasarkan salinitasnya, habitat air dibedakan menjadi habitat air tawar, habitat laut, dan habitat pantai.
- Vegetasi alam Indonesia dikelompokkan atas: vegetasi hutan hujan tropis, vegetasi hutan musim, vegetasi hutan bakau, dan vegetasi daerah sabana dan stepa.
- Berdasarkan jenis dan persebarannya, fauna Indonesia sanggup dikelompokkan ke dalam tiga wilayah, yaitu: fauna Asia, fauna Australia, dan fauna peralihan.
- Usaha-usaha pelestarian tumbuhan dan fauna, yaitu antara lain dengan usaha menyebarluaskan kesadaran lingkungan, pembuatan cagar alam, dan suaka marga satwa.
- Usaha-usaha dukungan terhadap tumbuhan dan fauna meliputi hampir di setiap daerah di Indonesia.
Anda kini sudah mengetahui Keanekaragaman Flora Dan Fauna. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Dewi, N. 2009. Geografi 2 : untuk Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 122.
No comments:
Post a Comment