Monday, December 9, 2019

Pintar Pelajaran Proses Dan Organ / Alat Reproduksi Pada Laki-Laki (Laki-Laki)

Sistem, Proses dan Organ / Alat Reproduksi pada Pria (Laki-laki) / Manusia - Pria mempunyai serangkaian alat reproduksi dan di dalam alat ini berlangsung pula proses pembentukan sperma. Dalam proses pembentukan sperma tidak lepas dari tugas hormon-hormon seksual. Simak uraian berikut biar sanggup memahami secara lebih lengkap. (Baca juga : Sistem Reproduksi pada Pria)

a. Alat Reproduksi Pria

Alat reproduksi laki-laki dibedakan menjadi dua, yakni alat kelamin bab luar dan alat kelamin bab dalam.  (Baca juga : Alat Reproduksi Luar Pada Pria dan Alat Reproduksi Dalam Pada Pria) Alat kelamin bab luar terdiri atas p*nis dan skrotum. Di dalam skrotum terdapat testis yang merupakan alat kelamin bagian dalam dan tidak tampak dari luar. Perhatikan sistem reproduksi laki-laki pada Gambar 1.
Pria mempunyai serangkaian alat reproduksi dan di dalam alat Pintar Pelajaran Proses dan Organ / Alat Reproduksi pada Pria (Laki-laki)
Gambar 1. Sistem reproduksi pada pria
P*nis berfungsi sebagai alat koitus (persetubuan). Pada alat ini terdapat kanal ej*kulasi yang berperan menyemprotkan semen sampai masuk dalam uretra dan disalurkan ke luar. Saluran uretra juga berfungsi menyalurkan urine dan dikeluarkan melalui lubang kecil di ujung p*nis. Pada ketika ej*kulasi, otot yang terdapat pada tempat keluarnya urine menutup sehingga urine tidak keluar bersama semen.

Skrotum merupakan kulit luar pembungkus testis. Skrotum berfungsi menjaga temperatur testis saat pembentukan sperma. Apabila temperatur terlalu tinggi, skrotum akan mengendor dan apabila temperatur menurun, skrotum mengerut. Di dalam testis terdapat kanal halus yang merupakan tempat pembentukan sperma, disebut tubulus seminiferus.

Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan epitelium dan jaringan ikat. Di dalam jaringan epitelium terdapat sel induk spermatozoa (spermatogen) dan sel sertoli. Sel sertoli berfungsi memberi nutrisi pada sperma. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisiil yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon kelamin jantan lainnya. Pada penampang lintang testis akan tampak daerah yang bersekat-sekat. Perhatikan Gambar 2. 
Pria mempunyai serangkaian alat reproduksi dan di dalam alat Pintar Pelajaran Proses dan Organ / Alat Reproduksi pada Pria (Laki-laki)
Gambar 2. Struktur testis
Ruang di antara sekat disebut lobulus. Setiap lobulus berisi kumpulan tubulus seminiferus yang berbelit-belit. Apabila dibentangkan panjang belitan tubulus seminiferus mencapai 1 km. Seluruh tubulus seminiferus menyatu membentuk vasa efferensia. Dari vasa efferensia muncul tubulus yang memanjang hingga 6 m disebut epididimis. Epididimis merupakan tempat penyimpanan sperma selama lebih kurang 18 jam. Dari epididimis, sperma menuju vesikula seminalis melalui vas deferens. Salah satu ujung vas deferens berakhir pada kelenjar prostat. Saluran ini bersatu di belakang kandung kemih membentuk duktus ej*kulatorius pendek dan berakhir di uretra. Uretra merupakan kanal tamat dari saluran reproduksi dan terdapat dalam p*nis. Saluran ini berfungsi sebagai alat pengeluaran urine dan sebagai saluran kelamin (yaitu kanal semen dari kantong mani). Duktus ej*kulatorius juga bekerjasama dengan kelenjar prostat yang menghasilkan cairan encer menyerupai susu dan bersifat alkalis sehingga sanggup menyeimbangkan keasaman residu urine di uretra. Cairan ini pribadi bermuara ke uretra.

2. Proses Pembentukan Sperma (Spermatogenesis)

Sebagaimana kita ketahui, tempat pembentukan sperma berada pada tubulus seminiferus di dalam testis. Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis. Pada tubulus seminiferus terdapat dinding yang terlapisi oleh sel germinal primitif yang meng alami kekhususan. Sel germinal ini disebut spermatogonium (jamak = spermatogonia). Setelah mengalami pematangan, spermatogonium memperbanyak diri sehingga membelah secara terus-menerus (mitosis). Sedangkan sebagian spermatogonium yang lain melakukan spermatogenesis.

Pada fase awal spermatogenesis, spermatogonium bersifat diploid (2n atau mengandung 23 pasang kromosom). Secara mitosis, spermatogonium akan bermetamorfosis spermatosit primer (2n). Berikutnya, spermatosit primer membelah menjadi spermatosit sekunder secara meiosis (biasa dinamakan meiosis I). Jumlah spermatosit sekunder ada dua, sama besar dan bersifat haploid (n = 23 kromosom). Melalui fase meiosis II, spermatosit sekunder membelah diri menjadi empat spermatid yang sama bentuk dan ukurannya. 

Selanjutnya, spermatid berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid (n). Setelah matang, sperma menuju kanal reproduksi yakni epididimis. Semua proses ini terjadi selama kurang lebih 17 hari. Sementara, energi yang digunakan untuk melaksanakan proses spermatogenesis berasal dari sel-sel sertoli. Perhatikan denah spermatogenesis pada Gambar 3.
Pria mempunyai serangkaian alat reproduksi dan di dalam alat Pintar Pelajaran Proses dan Organ / Alat Reproduksi pada Pria (Laki-laki)
Gambar 3. Spermatogenesis (proses pembentukan sperma)
Sperma yang sudah matang mempunyai bagian-bagian menyerupai kepala, leher, bab tengah, dan ekor. Bagian kepala sperma terlindungi suatu tubuh yang disebut akrosom. Bagian ini berinti haploid. Selain itu, tubuh ini juga mengandung enzim hialurodinase dan proteinase. Enzim ini berfungsi ketika proses penembusan lapisan sel telur. Pada bagian tengahnya terdapat mitokondria kecil yang berfungsi menyediakan energi untuk menggerakkan ekor sperma. Lihat Gambar 4.
Pria mempunyai serangkaian alat reproduksi dan di dalam alat Pintar Pelajaran Proses dan Organ / Alat Reproduksi pada Pria (Laki-laki)
Gambar 4. Sperma pria
Anda kini sudah mengetahui Proses Reproduksi pada Pria. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.

Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

No comments:

Post a Comment