Sistem Reproduksi pada Pria (Laki-laki) - Manusia, baik laki-laki maupun perempuan diberikan kemampuan untuk bereproduksi. Seandainya insan tidak bisa bereproduksi, tentu keberadaan insan di muka bumi akan punah. Sistem reproduksi pria dan perempuan saling melengkapi, sehingga insan sanggup menghasilkan keturunan. Masih ingatkah kalian wacana definisi sistem organ? Sistem organ adalah kumpulan dari beberapa organ yang secara bahu-membahu melakukan satu fungsi. Jadi, yang dimaksud sistem reproduksi yaitu kumpulan dari beberapa organ yang bahu-membahu melaksanakan fungsi reproduksi. (Baca juga : Sistem Reproduksi pada Manusia)
Sistem reproduksi laki-laki terdiri atas alat-alat reproduksi, proses pembentukan sel sperma (spermatogenesis), dan banyak sekali hormon yang ikut berperan dalam sistem reproduksi. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak uraian berikut.
1. Proses dan Alat Reproduksi pada Pria (Laki-laki)
Sel sperma yang menjadi alat perkembangbiakan insan dan menjadi alat pembuahan sel telur betina merupakan sel kelamin yang diproduksi oleh pria. Sel sperma diproduksi di bab testis yang terlindung oleh sebuah jaringan ikat berbentuk kantung yang disebut skrotum. Tempat tersebut cukup nyaman bagi testis untuk melaksanakan perkembangan sel sperma (Gambar 1).
Di dalam testis, terdapat kumparan daerah sel sperma diproduksi yang disebut tubulus seminiferus. Jika direntangkan, panjang terusan tersebut sanggup mencapai 20 meter. Di antara tubulus-tubulus tersebut, terdapat sel interstitial (sel Leydig) yang menyintesis hormon testosteron. Di dalam dinding tubulus seminiferus terdapat bakal sel sperma yang disebut spermatogonia. Selain itu, terdapat juga sel yang berukuran lebih besar yang disebut dengan sel sertoli. Sel ini bertugas memperlihatkan pasokan nutrisi untuk pertumbuhan spermatogonia. Untuk menjadi sel sperma, spermatogonia yang diploid harus mengalami beberapa kali pembelahan sel sampai karenanya menghasilkan 4 sel sperma yang haploid, proses ini disebut spermatogenesis.
Dalam perjalanan keluarnya sperma dari dalam badan pria, terdapat beberapa struktur saluran. Struktur dimulai dari epididimis yang merupakan campuran dari beberapa tubulus seminiferus. Epididimis akan bemuara di sebuah terusan yang disebut vas deferens. Saluran vas deferens membawa sel sperma keluar dari skrotum ke rongga perut. Epididimis dan vas deferens ini merupakan salah satu kantung cadangan yang menyimpan sel sperma sementara waktu dan daerah pendewasan sel sperma sebelum dikeluarkan. Vas deferens akan berlanjut di terusan yang sama dengan terusan ekskresi, yaitu uretra di kandung kemih. Di pertemuan dua terusan tersebut, terdapat prosedur yang mengatur pembuangan urine dan berfungsi juga dalam penyaluran sel sperma. Uretra berujung di p*nis. Proses keluarnya sel sperma dari p*nis disebut ej*kulasi. P*nis merupakan organ reproduksi eksternal yang berfungsi dalam senggma untuk mengantarkan sperma ke dalam badan wanita.
Sel sperma yang menjadi alat perkembangbiakan insan dan menjadi alat pembuahan sel telur betina merupakan sel kelamin yang diproduksi oleh pria. Sel sperma diproduksi di bab testis yang terlindung oleh sebuah jaringan ikat berbentuk kantung yang disebut skrotum. Tempat tersebut cukup nyaman bagi testis untuk melaksanakan perkembangan sel sperma (Gambar 1).
Gambar 1. Bagian-bagian alat reproduksi pria. |
Gambar 2. Sel Leydig memproduksi testosteron yang mengatur spermatogenis. |
Gambar 3. Anatomi sperma manusia. (Wikimedia Commons) |
2. Proses Pembentukan Sperma (Spermatogenesis)
Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid sehingga sehabis pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid. Pembelahan mitosis hanya terjadi pada spermatogonia untuk memperbanyak bakal sel sperma menjadi spermatosit primer. Mulai dari spermatosit, terjadi pembelahan meiosis yang pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder. Selanjutnya, terjadi pembelahan meiosis yang kedua dan menghasilkan sel spermatid. Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan menjadi sel sperma (Gambar 2).
Produksi sel sperma di badan laki-laki dilakukan sepanjang hidupnya, siklus waktunya yaitu tiga hari. Proses pematangan sel sperma dipicu oleh hadirnya hormon testosteron di testis, tepatnya di bab sel interstitial. Setiap hari, seorang laki-laki sampaumur memproduksi 100 juta sel spermatid yang disimpan di duktus epididimis, kemudian menuju vas deferens untuk mengalami pematangan. Pematangan sel spermatid pada manusia, umumnya terjadi dalam waktu sekitar dua minggu.
3. Kontrol Hormonal pada Sistem Reproduksi Pria
Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan hormon testosteron. Mari cermati.
a. Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bab depan (anterior) supaya mengeluarkan hormon FSH dan LH.
b. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH dihasilkan oleh hipofisa anterior. Hormon ini berfungsi menghipnotis dan merangsang perkembangan tubulus seminiferus dan sel sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang memacu pembentukan sperma.
c. LH (Luteinizing Hormone)
LH dihasilkan oleh hipofisa anterior. Hormon ini berfungsi merangsang sel-sel interstitial (sel leydig) supaya mensekresi hormon testosteron (androgen).
d. Hormon Testosteron
Hormon testosteron dihasilkan oleh testis. Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada ketika embrio, menghipnotis perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta mendorong spermatogenesis.
Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid sehingga sehabis pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid. Pembelahan mitosis hanya terjadi pada spermatogonia untuk memperbanyak bakal sel sperma menjadi spermatosit primer. Mulai dari spermatosit, terjadi pembelahan meiosis yang pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder. Selanjutnya, terjadi pembelahan meiosis yang kedua dan menghasilkan sel spermatid. Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan menjadi sel sperma (Gambar 2).
Gambar 2. Spermatogenesis terjadi di dalam testis yang karenanya menghasilkan spermatozoa. |
Gambar 3. Spermatogenesis terjadi di testis. |
Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan hormon testosteron. Mari cermati.
a. Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bab depan (anterior) supaya mengeluarkan hormon FSH dan LH.
b. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH dihasilkan oleh hipofisa anterior. Hormon ini berfungsi menghipnotis dan merangsang perkembangan tubulus seminiferus dan sel sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang memacu pembentukan sperma.
c. LH (Luteinizing Hormone)
LH dihasilkan oleh hipofisa anterior. Hormon ini berfungsi merangsang sel-sel interstitial (sel leydig) supaya mensekresi hormon testosteron (androgen).
d. Hormon Testosteron
Hormon testosteron dihasilkan oleh testis. Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada ketika embrio, menghipnotis perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta mendorong spermatogenesis.
Anda kini sudah mengetahui Sistem Reproduksi pada Pria. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo. 2009. Mudah Belajar Biologi 2 : untuk kelas 12 Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 250.
Rachmawati, F. N. Urifah, dan A. Wijayati. 2009. Biologi : untuk SMA/ MA Kelas XI Program IPA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 193.
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.
No comments:
Post a Comment