Artikel dan Makalah wacana Sejarah Revolusi Rusia (Oktober / Bolsheviks), Peristiwa, Latar Belakang, Dampak Dan Akibat, Tujuan, Tokoh - Pasca Perang Dunia I, derajat kaum buruh meningkat alasannya yaitu mereka dianggap mempunyai andil besar. Kerja mereka sangat diharapkan dalam mencukupi kebutuhan selama perang berlangsung. Maka dari itu, golongan buruh semakin kuat kedudukannya. Keadaan ini terjadi pula di Rusia atau Uni Soviet yang mempunyai nama negara USSR (Union of Soviet Socialist Republics). (Baca juga : Dampak, Akibat, dan Pengaruh Revolusi Perancis, Amerika, dan Rusia Terhadap Pergerakan Nasional di Indonesia)
1. Latar Belakang Lahirnya Revolusi Rusia
Kekalahan tentara Rusia (Soviet) pada Perang Dunia II membawa Rusia ke dalam masa suram. Setelah tahun 1918, masyarakat Rusia kekurangan kuliner dan konflik tanah merupakan hal yang sukar diatasi. Pemerintahan dinilai terlalu lemah oleh kaum Bolsheviks. Pemerintahan pada waktu berada dalam kekuasaan kaum Mensheviks, kelompok lain dalam gerakan sosialis Rusia. Sementara itu, kaum Bolsheviks merupakan pecahan dari Partai Demokratik Sosialis Rusia, yang didirikan oleh Vladimir I Lenin yang ditunjuk sebagai pemimpin partai pada tahun 1898.
2. Peristiwa Bolsheviks 1917
Pada tahun 1903, Partai Demokratik Sosialis Rusia pecah menjadi dua: Mensheviks dan Bolsheviks. Pada 16-17 Juli 1917, kaum Bolsheviks mengadakan demonstrasi di bawah pimpinan Lenin melawan pemerintahan. Mereka menuntut pemerintahan Nicholas II untuk turun dan digantikan segera oleh pemerintahan darurat oleh Lvov. Pada tanggal 25 Oktober 1917, terjadilah huruhara terhadap pemerintahan Alexander Kerensky.
Pada hari yang sama berlangsung pula rapat umum yang dihadiri lebih banyak didominasi kaum buruh di Petrograd (sebelumnya berjulukan St. Petersburg dan kemudian menjadi Leningrad). Yang hadir pada rapat itu yaitu pemimpin Bolsheviks Lenin, Komisaris Luar Negeri Bolsheviks Trotsky, Komisaris Dalam Negeri Bolsheviks Aleksei Ivanovich Rykov, dan Komisaris Nasionalis Joseph Stalin. Program Lenin dalam revolusinya yaitu penyerahan tanah-tanah kepada petani, pembagian makanan, serta perdamaian.
Sejak 8 November 1917, sehabis Revolusi Oktober berhasil, Uni Soviet dipimpin oleh Vladimir Ilyich Ulyanov atau lebih dikenal dengan Lenin (1870-1924). Pada masa kepemimpinannya, Lenin menjalankan roda pemerintahan dengan tangan besi. Untuk merealisasikan idealismenya wacana kekuasaan, pada Desember 1917 Lenin mendirikan Cheka atau Polisi Rahasia yang dipakai untuk meneror lawan-lawan politiknya. Lenin dengan pemerintahan Bolsheviks-nya tidak segan-segan untuk membunuh siapa saja yang menjadi lawannya. Lenin sendiri menyampaikan bahwa kekuasasan yang ia pegang sebagai kekuasaan menurut kekuatan dan tidak dibatasi oleh aturan apapun.
Pada Juli 1918, Tsar (Kaisar) Nicholas II dan keluarganya dieksekusi mati oleh kaum Bolsheviks secara kejam. Kemudian pada 3 Maret 1918, Lenin menandatangani Perjanjian Brest-Litovsk. Tak lama, terjadilah perang saudara antara “tentara putih” yang didukung oleh anggota Kerajaan Rusia (sanak-saudara Nicholas), para pebisnis, tentara, pegawai pemerintahan, serta kaum gereja ortodoks Rusia melawan “tentara merah” yang didukung penuh oleh kaum komunis pimpinan Lenin. Dalam perang ini, tentara putih dibantu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jepang.
Akhirnya, perang saudara ini dimenangkan tentara merah pimpinan Leon Trotsky. Pada ketika itu juga terjadi peristiwa kemanusiaan, kelaparan yang menghebat di seluruh negeri. Lenin pun kemudian melaksanakan kejutan bagi kaum komunis, yakni menginzinkan adanya perusahaan-perusahaan milik pribadi serta toko-toko untuk melaksanakan bisnis kembali, guna mengatasi keadaan ekonomi darurat. Kehidupan Lenin berakhir di ranjang tidur akhir serangan jantung sebanyak tiga kali pada tanggal 21 Januari 1924. Lenin meninggal sebelum propaganda komunismenya berlanjut. Sementara itu Partai Bolsheviks berubah nama menjadi Partai Komunis Rusia.
3. Kehidupan Uni Soviet Pasca Lenin
Sepeninggal Lenin, terdapat tokoh komunis lain, yakni Leon Trostky. Namun, kesudahannya Uni Soviet diambil alih oleh seorang kader komunis lain yang tidak disukainya, Joseph Stalin. Dalam pandangan Lenin, abjad Stalin terlalu keras dan tidak terlalu berbakat menjadi seorang pemimpin komunis. Keberhasilan Stalin untuk meraih tampuk kepemimpinan yaitu dengan meminta derma dari dua anggota Politbiro Komunis yang sangat berpengaruh, yaitu Lev Kamanev dan Grigoni Zinoviev Trostky.
Setelah itu, Partai Komunis Uni Soviet dipimpin pribadi oleh Stalin. Kedudukannya semakin hari semakin kuat yang pada ujungnya menghantarkan Stalin menjadi seorang penguasa diktator pada 1929. Selama masa kekuasaannya, Stalin tidak kalah kejam dari Lenin. Stalin menciptakan kebijakan yang sangat kontroversial. Seluruh petani di Uni Soviet diwajibkan untuk bergabung ke dalam Kolkhozy, sebuah forum khusus petani yang didirikan oleh pemerintahan Stalin. Lembaga Kolkhozy kemudian wajib menjual seluruh komoditasnya kepada pemerintah dengan harga yang sangat rendah. Hasil dari taktik Stalin digunakannya untuk membiayai industri-industri yang sedang berkembang di Uni Soviet. Akibat dari taktik ini, selama 1932 hingga 1933, para petani menderita kelaparan alasannya yaitu miliknya dipakai untuk industri.
Kelaparan ini menewaskan 5 hingga 7 juta penduduk Uni Soviet. Petani-petani yang memberontak harus mengakhiri hidupnya di tangan pemerintah atau menjalani kerja paksa di Semenanjung Siberia dan dataran rendah Kaspia. Industri Uni Soviet melaju dengan pesat akhir sokongan para petani. Akan tetapi, perkembangan industri tersebut terhambat pribadi tatkala berlangsung Perang dunia II. Pasca PD II, industri kembali dilanjutkan. Stalin sendiri meninggal dunia pada tahun 1953 akhir serangan jantung.
4. Pengaruh Revolusi Bolsheviks terhadap Perkembangan Komunisme
Peristiwa Bolsheviks di Petrograd pada selanjutnya banyak mengilhami pergerakan kaum komunis di penjuru Asia lainnya, menyerupai yang terjadi di Cina dan Indonesia. Dengan semangat buruh (di Rusia) dan petani (di Cina), partai komunis di perbagai negara mengalami perkembangan yang relatif cepat alasannya yaitu sifatnya yang bernafsu lagi revolusioner.
Peristiwa perebutan kekuasaan ala Lenin cukup mengilhami petinggipetinggi di negara lainnya untuk melaksanakan kup politik berdarah. Dan sehabis perebutan kekuasaan politik berhasil dan para petinggi komunis tersebut naik jabatan, maka kebijakan-kebijakan negara pun bukannya ditujukan pada kemakmuran rakyat jelata (proletar) yang sebelumnya mereka perjuangkan. Sebaliknya, sejarah senantiasa mencatat bahwa pemerintahan komunis yang dicapai melalui perebutan kekuasaan berdarah, acap kali malah melupakan rakyat (petani dan buruh) yang dulu mendukungnya. Para pemimpin komunis cenderung memerhatikan partai komunis mereka ketimbang rakyat kecil.
Anda kini sudah mengetahui Revolusi Rusia. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.
No comments:
Post a Comment