Sunday, November 17, 2019

Pintar Pelajaran Buaya Prasejarah Terbesar Ditemukan Di Afrika

Buaya Prasejarah Terbesar Ditemukan Di Afrika - “Ini yaitu buaya terbesar yang pernah diketahui,” kata Christopher Brochu, seorang professor di bidang geosains. “Buaya ini mungkin mempunyai panjang 27 kaki (± 9 meter) bahkan lebih. Sebagai perbandingan, buaya Nil yang merupakan buaya terbesar dikala ini hanya berukuran kurang dari 21 kaki (± 7 meter) dan sebagian besar jauh lebih kecil. ”Penelitian Brochu mengenai inovasi spesies buaya ini gres saja diterbitkan pada tanggal 3 Mei 2012 di Journal of Vertebrate Paleontology. Spesies buaya gres ini hidup antara 2 dan 4 juta tahun kemudian di Kenya. Buaya ini menyerupai  dengan sepupu hidupnya (buaya Nil) tetapi berukuran lebih besar.

Dia menemukan spesies buaya gres ini dari fosil yang telah beliau amati semenjak tiga tahun kemudian di Museum Nasional Kenya di Nairobi. Beberapa fosil buaya ini ditemukan di situs penting inovasi fosil manusia. ”Buaya ini hidup berdampingan dengan nenek moyang kita, dan mungkin memakan mereka,” kata Brochu. Dia menjelaskan bahwa meskipun fosil tidak mengandung bukti interaksi antara insan dan buaya, pada umumnya buaya akan memakan apapun yang dapat mereka telan, dan ukuran insan pada masa tersebut tidak lebih dari empat kaki (± 1,3 meter).
Buaya. (Wikimedia Commons)
“Kami tidak benar-benar mempunyai sisa-sisa fosil insan  dengan gigitan buaya, tapi buaya yang lebih besar dari buaya dikala ini dengan ukuran insan yang lebih kecil pada masa itu memungkinkan adanya interaksi antara insan dan buaya ,” kata Brochu.

Dia menambahkan bahwa ada kemungkinan  yang tinggi bagi insan pada masa itu menghadapi buaya. Hal itu sebab insan purba, bersama dengan binatang lainnya, masih harus mencari air di sungai dan danau di mana buaya tersebut berada.

Buaya ini diberi nama Crocodylus thorbjarnarsoni, nama tersebut diambil dari Yohanes Thorbjarnarson, spesialis buaya populer dan rekan Brochu  yang meninggal sebab malaria pada dikala melaksanakan pengamatan di lapangan beberapa tahun lalu.

“Buaya ini yaitu raksasa di habitatnya, sehingga masuk nalar untuk menawarkan nama raksasa padanya,” kata Brochu.

Di antara keterampilan yang diharapkan bagi seseorang untuk menemukan spesies gres yaitu mata yang jeli.

Para mahir lainnya telah melihat fosil tersebut tanpa menyadari itu yaitu spesies baru. Brochu mengagumi  koleksi fosil di Nairobi yang ”indah” dan mempunyai banyak fosil yang belum dipelajari secara lengkap. ”Begitu banyak inovasi belum dapat dibuat,” katanya.

Bahkan, ini bukan pertama kalinya bagi Brochu menciptakan inovasi yang melibatkan fosil dari Afrika timur. Pada tahun 2010, ia menerbitkan sebuah makalah perihal inovasi seekor buaya pemakan insan bertanduk dari Tanzania berjulukan Crocodylus anthropophagus, spesies buaya ini berkaitan dengan inovasi terbaru Brochu.

Brochu menyampaikan Crocodylus thorbjarnarsoni tidak pribadi bekerjasama dengan buaya Nil masa kini. Hal ini memperlihatkan bahwa buaya Nil yaitu spesies yang cukup muda dan bukan merupakan “fosil kuno hidup” menyerupai yang dipercaya banyak orang. ”Kami benar-benar tidak tahu dari mana buaya Nil berasal,” kata Brochu, “buaya Nil muncul sesudah beberapa buaya raksasa prasejarah mati.”

Referensi Jurnal :

Christopher A. Brochu, Glenn W. Storrs. A giant crocodile from the Plio-Pleistocene of Kenya, the phylogenetic relationships of Neogene African crocodylines, and the antiquity of Crocodylusin Africa. Journal of Vertebrate Paleontology, 2012; 32 (3): 587 DOI: 10.1080/02724634.2012.652324

Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh  phys.org. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment