Artikel dan Makalah ihwal Pengaruh Agama Islam Terhadap Seni Tari dan Musik di Indonesia - Dalam bidang seni tari dan musik, budaya Islam sampai kini begitu terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, kebudayaan Islam sebelum masuk ke wilayah Indonesia telah dahulu bercampur dengan kebudayaan lain, contohnya kebudayaan Afrika Utara, Persia, anak Benua India, dan lain-lain. Dan telah menjadi aturan alam, bahwa setiap tarian memerlukan iringan musik. Begitu pula seni tari Islami, selalu diiringi alunan musik sebagai penyemangat sekaligus sebagai sarana perenungan. Lazimnya tarian-tarian ini dipraktikkan di kawasan pesisir maritim yang imbas Islamnya kental, alasannya ialah kawasan pesisir merupakan tempat pertama kali Islam berkembang, baik sebagai kekuatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Catatan Sejarah :
Selain musik penyemangat, ada pula tarian dan musik yang bersifat sufistik, yakni seni meleburkan diri dengan sang Pencipta. Biasanya anutan sufi ini lahir dari tarekat-tarekat yang didirikan oleh ulama. Pada era ke-11, di Turki telah lahir gerakan tarekat yang didirikan Jalaluddin Ar-Rumi yang memperkenalkan tarian berputar atau tarian darwis. Darwis dalah sebutan bagi orang yang tengah menjalani anutan sufisme. Di Indonesia memang tari darwis ini kurang berkembang, meski bukannya tidak ada.
a. Debus
Kesenian ini sesungguhnya telah ada sebelum Islam lahir. Tarian debus berkembang di kawasan yang nuansa Islamnya cukup kental, menyerupai Banten, Minangkabau, dan Aceh. Pertunjukan debus ini diawali dahulu oleh nyanyian atau pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an serta salam (salawat) kepada Nabi Muhammad. Pada puncak acara, para pemain debus menusuk-nusukkan benda tajam ke hampir seluruh badannya, namun tetap kebal sehingga benda tajam tidak mempan menusuk atau mengiris tubuhnya.
b. Seudati
Tari seudati berkembang di Aceh, derah di Indonesia yang pertama dipengaruhi budaya Islam. Kata “seudati” berasal dari kata syaidati, yang artrinya permainan orang-orang besar. Tarian seudati sering disebut saman (yang berarti delapan) alasannya ialah permainan ini mula-mula dilakukan oleh delapan pemain. Dalam tari seudati, para penari menyanyikan lagu tertentu yang isinya berupa salawat terhadap Nabi.
c. Zapin
Selain tari seudati dan debus, ada sebuah jenis tarian yang hampir ada di seluruh Nusantara, terutama kawasan yang imbas unsur Islam sangat kuat, di antaranya tari zapin yang dipraktikkan di Deli, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Di Pulau Jawa, tarian zapin ini dilakukan oleh masyarakat Jakarta, Pekalongan, Tuban, Gresik, Bondowoso, Yogyakarta, Madura, Nusa Tenggara. Di samping Sumatera dan Jawa, kawasan Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Seram, dan beberapa kawasan di Maluku. Setiap kawasan tersebut menyebarkan tarian zapin ini berdasarkan tradisinya masing-masing.
Kata zapin sendiri ditafsir berasal dari kata Arab, zafin yang berarti melangkah atau langkah. Bisa pula dari kata zaf (alat petik berdawai 12 pengiring tarian) atau dari al-zafn (mengambil langkah atau mengangkat satu kaki). Tari ini dibawa oleh pedagang Arab, Persia, dan India pada era ke-13.
Anda kini sudah mengetahui Pengaruh Agama Islam Terhadap Seni Tari dan Musik di Indonesia. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.
No comments:
Post a Comment