Friday, November 8, 2019

Pintar Pelajaran Gangguan Tidur, Penyebab Kita Menendang Dan Memukul Ketika Tidur

Gangguan Tidur, Penyebab Kita Menendang Dan Memukul Saat Tidur - Merokok, cedera kepala, paparan pestisida dari pertanian dan pendidikan yang rendah mungkin merupakan faktor penyebab gangguan tidur yang jarang dialami oleh kebanyakan orang. Gangguan tidur tersebut berupa tindakan menendang atau meninju ketika tidur.

Temuan ini dijelaskan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan secara online (27/6/2012) di Jurnal Neurology ®, yaitu jurnal medis dari American Academy of Neurology.

Orang yang mengidap gangguan tidur REM, tidak mempunyai tensi otot yang normal selama masa REM / rapid eye movement (tidur sangat nyenyak namun gerakan mata sangat akif atau cepat), sehingga menjadikan seseorang melaksanakan gerakan  di luar kesadarannya. Gerakan tersebut kadang kala “berbahaya”, sehingga sanggup menjadikan cedera pada seseorang atau pasangan tidur mereka. Kelainan ini diperkirakan terjadi pada 0,5 persen orang dewasa.

“Sampai sekarang, kami tidak tahu banyak perihal faktor penyebab gangguan ini, namun kami mengetahui bahwa gangguan ini  lebih sering dialami oleh laki-laki dan orang tua,” kata Ronald B. Postuma, MD, MSc, peneliti dari Institut Penelitian McGill University Health Centre (MUHC) di Montreal dan anggota American Academy of Neurology. “Karena gangguan ini merupakan kelainan langka, sangat sulit untuk mengumpulkan gosip tanggapan terbatasnya jumlah pasien. Namun, kami telah bekerja sama dengan 13 forum di 10 negara untuk mendapat citra secara utuh mengenai gangguan tersebut.” Tambahnya.
 Penyebab Kita Menendang Dan Memukul Saat Tidur  Pintar Pelajaran Gangguan Tidur, Penyebab Kita Menendang Dan Memukul Saat Tidur
Merokok, cedera kepala, paparan pestisida dari pertanian dan pendidikan yang rendah mungkin merupakan faktor penyebab gangguan tidur yang jarang dialami oleh kebanyakan orang. Gangguan tidur tersebut berupa tindakan menendang atau meninju ketika tidur.(Foto: http://news.charlesayoub.com)
Gangguan ini juga sanggup menjadi pemicu terhadap penyakit neurodegeneratif menyerupai penyakit parkinson dan demensia. Penelitian telah mengatakan bahwa lebih dari 50 persen orang yang mengidap gangguan sikap tidur REM, akan sanggup mengidap gangguan neurodegeneratif pada beberapa tahun atau puluhan tahun kemudian.

“Karena adanya kekerabatan tersebut, kami ingin memeriksa apakah faktor-faktor penyebab gangguan sikap tidur tersebut serupa dengan penyakit Parkinson atau demensia,” kata Postuma.

Hasilnya sangat variatif. Kebiasaan merokok merupakan faktor pencegah terjadinya penyakit Parkinson, namun  orang yang merokok akan beresiko tinggi untuk mengidap gangguan sikap tidur REM. Menurut hasi ldari beberpa studi, orang yang sering minum kopi akan mempunyai resiko yang lebih rendah untuk mengidap  penyakit Parkinson, Namun studi ini tidak menemukan kekerabatan antara minum kopi dan gangguan sikap tidur REM. Sedangkan paparan pestisida merupakan faktor penyebab kedua gangguan tersebut (Parkinson dan  gangguan sikap tidur REM).

Studi ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dari 347 orang yang mempunyai gangguan sikap tidur REM dengan 347 orang yang tidak mengalami gangguan tersebut. Dari mereka, 218 mempunyai gangguan tidur lainnya dan 129 tidak mempunyai gangguan tidur.

Mereka yang mempunyai gangguan sikap tidur REM, 43 persennya ialah perokok, dan 64 persen dari mereka pernah merokok, sedangkan orang tanpa gangguan tidur ketika REM 56 persennya ialah perokok. Sebanyak 59 persen dari mereka telah mengalami cedera kepala sampai kehilangan kesadaran, 67 persen pernah bekerja sebagai petani dan telah terpapar pestisida lebih dari dua kali pada ketika bekerja. Mereka yang mempunyai gangguan tersebut rata-rata hanya mengenyam pendidikan selama 11,1 tahun dan mereka yang tidak mempunyai gangguan tersebut rata-rata mengenyam pendidikan selama 12,7 tahun.

Studi ini didukung oleh FRSQ, the Fonds de Recherche du Québec — Santé.

Referensi Jurnal :

R.B. Postuma, J.Y. Montplaisir, A. Pelletier, Y. Dauvilliers, W. Oertel, A. Iranzo, L. Ferini-Strambi, I. Arnulf, B. Hogl, R. Manni, T. Miyamoto, G. Mayer, K. Stiasny-Kolster, M. Puligheddu, Y. Ju, P. Jennum, K. Sonka, J. Santamaria, M.L. Fantini, M. Zucconi, S. Leu-Semenescu, B. Frauscher, M. Terzaghi, M. Miyamoto, M.M. Unger, V. Cochen De Cock, and C. Wolfson. Environmental risk factors for REM sleep behavior disorder: A multicenter case-control study. Neurology, 2012 DOI: 10.1212/WNL.0b013e31825dd383.

Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh American Academy of Neurology (AAN) via ScienceDaily (28 Juni 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment