Gen Yang Berpotensi Untuk Pencegahan Patah Tulang - Penelitian berskala internasional telah mengidentifikasi gen khusus yang mengatur kepadatan dan kekuatan tulang. Gen ini sanggup dipakai sebagai penanda risiko untuk patah tulang dan membuka peluang untuk pencegahan patah tulang. Penelitian yang dipimpin oleh Akademi Sahlgrenska, University of Gothenburg, Swedia tersebut telah dipublikasikan di jurnal PLoS Genetics.
Penelitian yang melibatkan lebih dari 50 peneliti dari Eropa, Amerika Utara dan Australia tersebut dipimpin oleh Associate Professor Mattias Lorentzon dan Profesor Claes Ohlsson dari Akademi Sahlgrenska, University of Gothenburg, Penelitian ini mengacu pada analisis genetik yang ekstensif terhadap bahan genetik dari 10.000 pasien dan studi eksperimental pada tikus.
Melalui penggabungan hasil studinya, para peneliti telah berhasil mengidentifikasi gen khusus, yaitu Wnt16, yang berkaitan akrab dengan kepadatan tulang atau yang disebut ketebalan tulang kortial yang berfungsi untuk memilih kekuatan tulang.
Tulang lutut yang diberi titan nail. (foto: Wikipedia Commons) |
Variasi genetik yang telah dipelajari oleh jaringan peneliti internasional tersebut sanggup memprediksi, contohnya patah tulang lengan pada sejumlah besar kelompok pasien yang terdiri dari perempuan berusia lanjut.
“Pada studi eksperimental, kami sanggup tetapkan bahwa gen sanggup mempunyai efek krusial terhadap ketebalan dan kepadatan tulang paha. Tikus yang tidak mempunyai gen Wnt 16, ternyata kekuatan tulang pahanya lebih rendah sampai 61 persen.” Kata Mattias Lorentzon, peneliti dari Institut of Medicine, Akademi Sahlgrenska, University of Gothenburg.
Penemuan ini membuka peluang untuk mengambangkan obat gres untuk mencegah kebanyakan kasus patah tulang.
“Massa tulang kortial yang rendah merupakan faktor penentu pada kasus, contohnya patah tulang lengan bawah dan pinggul. Sayangnya, pengobatan yang dikala ini dipakai untuk mengatasi kerapuhan tulang, ternyata mempunyai efek yang kecil terhadap massa tulang kortial. Ungkap Mattias Lorentzon.
“Jika kami sanggup mencar ilmu mengenai cara menstimulasi rute sinyal dari gen Wnt16, maka kami sanggup memperkuat skeleton (rangka) pada tempat tersebut. Hal ini sanggup mencegah kebanyakan kasus patah tulang yang serius. Oleh alasannya yaitu itu, inovasi gen Wnt16 dan regulasinya terhadap massa tulang kortial merupakan hal yang sangat penting.” Tambah Mattias Lorentzon.
Referensi Jurnal :
Hou-Feng Zheng, Jon H. Tobias, Emma Duncan, David M. Evans, Joel Eriksson, Lavinia Paternoster, Laura M. Yerges-Armstrong, Terho Lehtimäki, Ulrica Bergström, Mika Kähönen, Paul J. Leo, Olli Raitakari, Marika Laaksonen, Geoffrey C. Nicholson, Jorma Viikari, Martin Ladouceur, Leo-Pekka Lyytikäinen, Carolina Medina-Gomez, Fernando Rivadeneira, Richard L. Prince, Harri Sievanen, William D. Leslie, Dan Mellström, John A. Eisman, Sofia Movérare-Skrtic, David Goltzman, David A. Hanley, Graeme Jones, Beate St. Pourcain, Yongjun Xiao, Nicholas J. Timpson, George Davey Smith, Ian R. Reid, Susan M. Ring, Philip N. Sambrook, Magnus Karlsson, Elaine M. Dennison, John P. Kemp, Patrick Danoy, Adrian Sayers, Scott G. Wilson, Maria Nethander, Eugene McCloskey, Liesbeth Vandenput, Richard Eastell, Jeff Liu, Tim Spector, Braxton D. Mitchell, Elizabeth A. Streeten, Robert Brommage, Ulrika Pettersson-Kymmer, Matthew A. Brown, Claes Ohlsson, J. Brent Richards, Mattias Lorentzon. WNT16 Influences Bone Mineral Density, Cortical Bone Thickness, Bone Strength, and Osteoporotic Fracture Risk. PLoS Genetics, 2012; 8 (7): e1002745 DOI: 10.1371/journal.pgen.1002745
Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh University of Gothenburg via Science Daily (18 September 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment