Monday, November 25, 2019

Pintar Pelajaran Imbas Agama Islam Terhadap Perkembangan Kebudayaan Dan Seni Di Indonesia

Artikel dan Makalah Pengaruh Agama Islam Terhadap Perkembangan Kebudayaan dan Seni Di Indonesia - Berbicara kebudayaan Islam tentunya akan selalu bersinggungan dengan budaya Arab dan Timur-Tengah. Perlu dicatat bahwa tidak semua masyarakat Timur Tengah merupakan orang Arab. Orang Iran, misalnya, yaitu orang bangsa Persia, yang mempunyai bahasa serta budaya tersendiri meskipun dalam ha-hal tertentu ada kesamaan dengan budaya Arab. Maka dari itu, menghubungkan budaya Islam dengan hanya budaya Arab tentunya kurang adil. Apalagi, persebaran Islam di Indonesia dilakukan bukan hanya oleh satu bangsa saja, melainkan oleh banyak sekali bangsa yang berdagang di Indonesia: orang Arab sendiri, Persia, Moor, India, bahkan Cina.

Catatan Sejarah :

Bangsa Moor (Latin: Mauri) yaitu keturunan orang-orang Arab dengan orang-orang Barbar yang berdiam di Afrika Utara. Oleh orang Eropa istilah “moor” ini diidentikkan dengan orang Islam secara keseluruhan.

Persebaran Islam di Indonesia tak serempak terjadi dalam waktu yang sama, melainkan berproses melalui aktifitas dagang dan sosial. Oleh sebab itu, kekentalan imbas budaya dan anutan Islam di tiap-tiap kawasan di Indonesia tentunya berbedabeda. Ada masyarakat yang nuansa Islamnya kental, ibarat Aceh atau Banten; adapula masyarakat yang nilai “kefanatikan” Islamnya tidak begitu kentara, ibarat di Jawa. Dalam bidang kebudayaan, imbas Islam begitu kental sekali, baik dalam bahasa, kesusastraan, arsitektur, seni kaligrafi, nama-nama hari dan orang, seni tarian dan musik. Bagi orang santri, cara berpakaian pun sangat kental nuansa Timur- Tengahnya.

1. Huruf, Bahasa, dan Nama-Nama Arab

Al-Quran, sebagai kitab suci Islam, memakai bahasa Arab, bahasa-ibu Nabi Muhammad. Dalam perkembangannya, bahasa Arab digunakan juga oleh para muslim yang non-Arab dalam banyak sekali acara agama, terutama shalat dan mengaji (membaca Al-Quran). Tak jarang seorang muslim yang terpelajar membaca Al-Quran dakam bahasa Arab namun ia kurang atau tidak mengerti arti harfiah teks-teks dalam kitab suci tersebut. Dan memang salah satu hadis menyatakan bahwa sangat diwajibkan bagi setiap muslim untuk membaca Alquran meski orang bersangkutan tak mengetahui arti dan makna ayat-ayat yang dibacakan (kecuali ia membaca terjemaahannya).

Dari kebiasaan tersebut, imbas bahasa Arab lambat bahari merambat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Persebarah bahasa Arab ini lebih cepat dari pada persebaran bahasa Sansekerta sebab dalam Islam tak ada pengkastaan, sebab itu dari raja sampai rakyat jelata bisa berbahasa Arab. Pada mulanya memang hanya kaum darah biru saja yang terpelajar meulis dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun pada selanjutnya rakyat kecil pun bisa berbahasa Arab, setidaknya membaca dan menulis Arab kendati tak begitu paham akan maknanya.

Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada kerikil nisan di Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang darah biru Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, imbas huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra di wilayah-wilayah yang keislamannya tidak mengecewakan berpengaruh ibarat di Sumatera, Sulawesi, Makassar, dan Jawa. Penggunaan bahasa Arab pun berkembang di pesantren-pesanten Islam.

Penulisan huruf Arab berkembang pesat dikala karya-karya yang bercorak Hindu-Buddha disusupi unsur-unsur Islam. Huruf yang lebih banyak dipergunakan yaitu huruf Arab gundul (pegon), yakni abjad arab yang ditulis tanpa tanda bunyi. Sedangkan bahasanya masih memakai bahasa setempat ibarat Melayu, Jawa, dan bahasa-bahasa ibu lainnya. Sebelum bersentuhan dengan budaya Eropa (Portugis dan Belanda}, kitab-kitab (sastra, hukum, sejarah) ditulis dengan huruf pegon ini. Di samping melalui kesusatraan, penggunaan bahasa dan huruf Arab terjadi di kalangan pedagang. Dalam kalender Masehi, nama-nama hari yang berjumlah tujuh dalam seminggu, di Indonesia memakai nama-nama Arab, yakni Senin (Isnain), Selasa (Sulasa), Rabu (Rauba’a), Kamis (Khamis), Jumat (Jum’at), Sabtu (Sabt). Enam dari tujuh hari tersebut semuanya berasal dari bahasa Arab, kecuali Minggu (bahasa Arabnya: Ahad) yang berasal dari Flaminggo dari bahasa Portugis. Hanya orang-orang tertentu yang memakai kata “ahad” untuk hari Minggu. Pengabadian istilah “minggu” dilakukan oleh umat Kristen Portugis dikala melaksanakan ibadah di gereja pada hari bersangkutan. Selain huruf, sistem angka (0, 1, 2, 3, dan seterusnya) pun diadopsi dari budaya Arab; bahkan semua bangsa mempergunakannya sampai kini.

Selain nama-nama hari, nama-nama Arab diterapkan pula pada nama-nama orang, contohnya Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan, Hamzah, dan lain-lain. Begitu pula kosa kata Arab kebanyakan diambil dari kata-kata yang ada dalam Al-Quran banyak yang digunakan sebagai nama orang, tempat, lembaga, atau kosakata (kata benda, kerja, dan sifat) yang telah diindonesikan, contohnya: nisa (perempuan), rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun), majelis (majlis), jago (haibat), silaturahmi (silaturahim), hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi. Banyak di antara kata-kata serapan tersebut yang telah mengalami pergeseran makna (melebar atau menyempit), seiring dengan perkembangan zaman.


Anda kini sudah mengetahui Pengaruh Agama Islam Terhadap Perkembangan Kebudayaan dan Seni Di Indonesia. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment