Monday, November 25, 2019

Pintar Pelajaran Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Kerajaan Ternate Dan Tidore

Artikel dan Makalah ihwal Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kerajaan Ternate dan TidoreBerikut ini ialah ulasan mengenai kehidupan penduduk di Kesultanan Ternate dan Tidore.


a. Kehidupan Sosial

Agama Islam masuk di bandar Hitu, Ambon. Banyak pemuda-pemuda Maluku yang berguru agama Islam di Gresik, salah satunya ialah Zainal Abidin yang menjadi raja Ternate. Diceritakan dalam sejarah bahwa Sunan Giri pernah berkunjung ke Ternate dan Tidore untuk mengunjungi murid-muridnya. Sejak kedatangan Portugis yang membawa misi gospel, Franciscus Xaverius berbagi agama Kristen di Maluku terutama di Ternate dan Ambon.

Masuknya Belanda ke Maluku mengakibatkan Maluku menjadi wilayah yang terjajah. Pada awalnya mereka diterima dengan tujuan mengusir Portugal dari Maluku, namun hal itu berubah sesudah Belanda terlalu banyak turut campur dalam pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat. Orang Maluku yang semula beragama Kristen Kristen harus diganti menjadi Kristen Protestan.

b. Kehidupan Ekonomi

Ternate dan Tidore merupakan kerajaan yang berada di wilayah potongan timur Nusantara dan kedua kerajaan ini merupakan penghasil rempah-rempah terbanyak di dunia. Oleh sebab itu, jikalau memakai Selat Malaka sebagai jalur perdagangan Ternate dan Tidore seperti ibarat pangkal perdagangan yang berakhir di kawasan tujuan yang siap membeli.

Eropa merupakan konsumen rempah-rempah terbanyak, cuaca yang hirau taacuh mengharuskan mereka mencari sumber rempah-rempah berada. Selain untuk tujuan mencari kebutuhan, bangsa Eropa juga ingin menguasai perdagangan sebab harganya akan jauh lebih murah jikalau pribadi dibeli di kawasan asalnya.

Anda kini sudah mengetahui Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kerajaan Ternate dan Tidore. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment