Monday, November 25, 2019

Pintar Pelajaran Revolusi Industri Di Inggris, Pengertian, Dampak, Akibat, Latar Belakang, Pengaruh, Sejarah

Artikel dan Makalah wacana Revolusi Industri di Inggris, Pengertian, Dampak, Akibat, Latar Belakang, Pengaruh, Sejarah - Revolusi Industri ialah perubahan radikal dalam cara pembuatan atau memproduksi barang-barang dengan memakai mesinmesin, baik untuk tenaga pencetus maupun untuk tenaga pemproses. Dengan digunakannya mesin-mesin mengakibatkan tenaga insan tidak terpakai lagi, sehingga terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas produksi barang, termasuk perubahan dalam cara kerja dan pemasarannya. (Baca juga : Hubungan Antara Paham Rasionalisme, Merkantilisme, Revolusi Industri, Dan Kapitalisme)

A. Kondisi Masyarakat Inggris Sebelum Revolusi Industri

Pada zaman pertengahan Inggris masih merupakan sebuah wilayah yang terbelakang. Saat itu Inggris hanya mempunyai satu kota penting: London. Selebihnya wilayah Inggris hanya wilayah pedesaan yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Walaupun demikian sumber utama pendapatan Inggris dari kerajinan bulu domba sebagai materi wol merupakan bulu domba yang menjadi materi mentah utama bagi pusat-pusat industri kain wol di Italia Utara dan Vlaanderen. Pada ketika itu kebutuhan masyarakat Inggris belum begitu banyak sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan papan sanggup dipenuhi oleh masing-masing keluarga. Pada ketika itu perdagangan belum berkembang.

Kegiatan tukar menukar barang masih dalam skala kecil dengan jangkauan wilayah yang relatif terbatas. Hal tersebut disebabkan lantaran satu keluarga hanya menghasilkan barang untuk kebutuhan keluarganya sendiri. Produksi mereka tidak dimaksudkan untuk dijual kepada orang lain, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Perilaku menyerupai ini merupakan salah satu ciri dari masyarakat tradisional.

Pada era ke-16 dan ke-17 kondisi negara-negara Eropa selain Inggris selalu dalam keadaan peperangan dan perselisihan. Akibatnya banyak usahawan dan para tukang dari sentra industri berdatangan ke negara yang kondusif dan tidak terlalu bergejolak. Salah satu dari negara yang tidak terlalu bergejolak tersebut ialah Inggris. Sebagian besar usahawan tersebut menetap di Inggris. Sementara kedatangan para pengusaha dan tukang tersebut telah mendatangkan laba bagi perekonomian Inggris. Hal tersebut ditandai dengan maraknya industri rumahan (home industry). Benda-benda yang dibuat oleh industri rumahan tersebut ialah senjata, perhiasan, perabot rumah tangga dan alat kerja. Meskipun demikian mereka belum menghasilkan barang dalam skala besar. Mereka hanya menciptakan barang apabila ada pesanan. Melalui perjuangan yang masih terbatas tersebut masyarakat Inggris tumbuh menjadi kelompok masyarakat yang bermodal. Golongan masyarakat pemilik modal ini yang nantinya disebut sebagai kaum kapitalis.

Para pemilik modal ini mendirikan tempat kerja gres dengan prosedur kerja yang gres pula. Para pemilik modal menciptakan gedung yang luas dan dilengkapi alat kerja. Proses pengoperasian alat kerja tersebut masih dikerjakan oleh insan (manufaktur). Pada manufaktur ini masih banyak tenaga yang dipekerjakan dengan upah yang rendah. Hal tersebut disebabkan lantaran pekerjaan mereka tidak memerlukan latihan dan keahlian yang tinggi. Pekerjaan pada manufaktur masih bisa dilakukan memakai tangan dan sama sekali tidak memakai alat.

Berdirinya manufaktur tersebut telah menggeser industri rumahan yang sebelumnya cukup banyak di Inggris. Akibatnya para pemilik industri rumahan mulai mengalihkan usahanya ke manufaktur. Berkembangnya industri manufaktur ini sangat menguntungkan perekonomian Inggris dan sekaligus membuka peluang terjadinya Revolusi Industri. Kebutuhan akan alat-alat pada manufaktur tersebut telah mendorong masyarakat Inggris untuk mencari solusi. Maka ditemukanlah banyak alat yang sanggup mempermudah pekerjaan pada menufaktur-manufaktur yang telah berdiri.


1) Adanya penemuan-penemuan gres dalam bidang teknologi

Adanya penemuan-penemuan gres dalam bidang teknologi yang mendukung proses produksi barang, menyerupai Abraham Darby (1750) yang memakai kerikil bara untuk melelehkan besi sehingga mendapatkan hasil yang lebih tepat dibandingkan dengan memakai kayu bakar. Pada tahun 1769 James Watt menemukan mesin uap, walaupun sebelumnya telah ditemukan oleh Thomas Newcomen tetapi belum dipatenkan. James Hargreaves pada tahun 1764 sebagai penemu pertama mesin pemintal yang kemudian diikuti oleh Richard Arkwright pada tahun 1768. Kapal api ditemukan pada tahun 1802 oleh Symington yang disebut Charlote Dundas, pada tahun 1807 Fulton menciptakan kapal api Clermont (pada tahun 1819 kapal api pertama Savanah menyeberangi Samudera Atlantik). Pada tahun 1825 George Stephenson menemukan lokomotif, penemuannya ini dianggap sebagai percepatan Revolusi Industri diawal era ke-19. 

Penemuan-penemuan yang pesat terjadi di Inggris terjadi lantaran pemberian dari aneka macam pihak orang-orang yang mempunyai modal untuk membiayai penelitian, terlebih sesudah dibentuknya forum penelitian ilmiah Royal Society for improving Natural Knowledge.

2) Keadaan alam yang kaya akan barang tambang

Keadaan alam yang kaya akan barang tambang mengakibatkan Inggris sebagai negara pertama yang mengalami Revolusi Industri. Barang tambang yang terdapat di Inggris antara lain kerikil bara, bijih besi, timah, kaolin. Selain itu, Inggris juga populer sebagai negara yang menghasilkan wol yang banyak untuk industri tekstil, dan juga negara Eropa yang mempunyai wilayah jajahan yang luas, di mana acara ekonomi ikut berkembang dengan pesat. Ini terlihat dari kemajuan satu di antara kongsi dagang Inggris yaitu EIC (English Indian Company).


(1) Dalam bidang Ekonomi

Akibat yang ditimbulkan Revolusi Industri salah satunya ialah laba yang berlipat lantaran biaya produksi yang tidak besar, sehingga harga menjadi lebih murah. Selain itu kemampuan untuk berproduksi menjadi lebih cepat dan banyak, dengan kualitas yang baik. Pengaruhnya bagi dunia ialah perkembangan perdagangan menjadi ramai, lantaran sanggup memenuhi kebutuhan konsumen tidak hanya di Inggris. Selain itu ialah munculnya golongan “kapitalis”, yaitu individu yang mempunyai kekuasaan ekonomi yang besar lantaran mereka mempunyai modal yang kuat.

Muncul paham kapitalisme, yaitu suatu paham dalam sistem perekonomian dengan sifat individualisme yang diusahakan oleh swasta, merupakan tonggak dimulainya era mencari untung yang sebesar-besarnya oleh pihak pengusaha pemilik modal, sementara para pekerjanya (karyawan atau buruhnya) tidak mempunyai perusahaan itu (mereka hanya mendapatkan upah atau honor sesuai kerja kerasnya).

2) Dalam bidang Sosial

Dalam bidang sosial Revolusi Industri melahirkan urbanisasi secara besar-besaran akhir dari para petani kehilangan tanah garapannya, sehingga kota menjadi padat lantaran banyak yang mencari pekerjaan sebagai buruh di pabrik-pabrik. Hal ini mengakibatkan upah buruh menjadi kecil, dan kehidupan mereka semakin susah, sedangkan para pemiliki modal semakin kaya lantaran laba yang terus bertambah. Dampaknya ialah munculnya kesenjangan antara buruh dengan majikan sebagai pemilik modal, maka muncullah gerakan buruh berupa pemogokan-pemogokan yang menentang kesewenangan majikan.

Dari fenomena inilah muncul paham sosialis yang tujuannya ialah untuk memperjuangkan hak-hak buruh. Selain itu, di Inggris kriminalitas semakin merajalele yang diakibatkan oleh munculnya penggangguran.

3) Dalam bidang Politik

Dampak dari pekembangan kapitalisme ialah lahirnya paham gres yaitu liberalisme. Dalam kaitannya dengan ekonomi, paham ini menginginkan biar pemerintah tidak terlalu jauh ikut campur tangan dan sebanyak mungkin diserahan kepada swasta. Perkembangan dari kapitalisme dan liberalisme ialah tuntutan untuk meluaskan tempat jajahan, sehingga muncullah konsep kolonialisme dan imperialisme modern, yang mengakibatkan ekonomi sebagai satu-satunya motif.

Anda kini sudah mengetahui Revolusi Industri di Inggris. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment