Friday, August 2, 2019

Pintar Pelajaran Produk Nanoteknologi Mempunyai Pengaruh Jelek Bagi Kesehatan

Produk Nanoteknologi Memiliki Dampak Buruk Bagi Kesehatan - Terobosan penelitian terbaru oleh para ilmuwan di Trinity College Dublin telah menemukan bahwa paparan nanopartikel (produk nanoteknologi) sanggup mempunyai imbas serius bagi kesehatan. Hal tersebut mempunyai relasi dengan timbulnya penyakit  rheumatoid arthritis yang menimbulkan peradangan dalam waktu usang pada sendi dan pengembangan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada dikala badan diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) serius lainnya. Temuan yang gres saja diterbitkan dalam jurnal nano internasional ini, mempunyai implikasi kesehatan dan keselamatan untuk pembuatan, penggunaan dan pembuangan selesai dari produk dan material nanoteknologi. Selain itu para peneliti juga mengidentifikasi sasaran selular gres untuk pengembangan terapi obat yang potensial dalam melawan perkembangan penyakit autoimun.

Pencemaran lingkungan, ibarat partikel karbon yang dihasilkan oleh knalpot mobil, merokok dan inhalasi (menghirup) jangka panjang debu dari banyak sekali sumber telah diakui sebagai faktor risiko yang menimbulkan peradangan kronis pada paru-paru. Hubungan antara merokok dan penyakit autoimun ibarat rheumatoid arthritis juga telah diketahui. Penelitian gres ini, menimbulkan keprihatinan serius dengan risiko sama yang disebabkan oleh produk nanoteknologi, yang jikalau tidak ditangani dengan sempurna sanggup menimbulkan generasi polutan udara jenis gres yang sangat kuat terhadap kesehatan global.
 Produk Nanoteknologi Memiliki Dampak Buruk Bagi Kesehatan  Pintar Pelajaran Produk Nanoteknologi Memiliki Dampak Buruk Bagi Kesehatan
Kabut polusi di kota Jakarta. Pencemaran lingkungan, ibarat partikel karbon yang dihasilkan oleh knalpot mobil, merokok dan inhalasi (menghirup) jangka panjang debu dari banyak sekali sumber telah diakui sebagai faktor risiko yang menimbulkan peradangan kronis pada paru-paru. Hubungan antara merokok dan penyakit autoimun ibarat rheumatoid arthritis juga telah diketahui. Penelitian gres ini, menimbulkan keprihatinan serius dengan risiko sama yang disebabkan oleh produk nanoteknologi, yang jikalau tidak ditangani dengan sempurna sanggup menimbulkan generasi polutan udara jenis gres yang sangat kuat terhadap kesehatan global. (foto: fastabuikul.blogspot.com)
Dalam penelitian mereka, tim Nanomedicine and Molecular Imaging di sekolah Kedokteran Trinity College Dublin yang dipimpin oleh Profesor Kedokteran Molekuler, Yuri Volkov, menilik apakah ada prosedur umum yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit autoimun pada sel insan seiring dengan paparan banyak sekali jenis nanopartikel yang mengandung sifat fisik dan kimia yang berbeda.

Para ilmuwan memakai banyak sekali jenis nanomaterial seperti; karbon hitam, nanotube karbon dan partikel silikon dioksida yang berbeda ukuran, mulai dari 20 hingga 400 nanometer. Kemudian para ilmuwan memaparkan material-material tersebut pada sel insan melalui udara dan pada sel-sel yang disebut  phagocytic origin (sel-sel yang paling sering terkena partikel gila yang kita hirup dan bertugas membersihkan badan kita dari partikel-partikel tersebut). Pada dikala yang sama, peneliti dari Health Effects Laboratory Division, National Institute for Occupational Safety & Health (Morgantown, WV, USA) telah melaksanakan penelitian pada tikus yang terpapar udara yang tercemar dengan karbonnanotube.

Hasilnya sangat terang dan meyakinkan, semua jenis nanopartikel yang diteliti di kedua kawasan tersebut menimbulkan respon yang identik pada sel insan dan di paru-paru tikus. Partikel nano tersebut mengubah asam amino arginine menjadi molekul yang disebut dengan citrulline, dimana molekul ini sanggup mengarahkan pada perkembangan kondisi autoimun ibarat rheumatoid arthritis.

Pada dikala menjadi citrulline, protein insan yang memakai asam amino yang telah berubah ini sebagai “building blocks” tidak sanggup berfungsi lagi dengan baik dan akan hancur serta tereliminasi oleh sistem pertahanan tubuh.

Setelah sistem kekebalan badan menyingkirkan protein yang mengandung citrulline, sistem kekebalan badan mulai menyerang jaringan dan organnya sendiri, sehingga menimbulkan proses autoimun yang sanggup menimbulkan rheumatoid arthritis.

Profesor Volkov mengatakan: ”Penelitian ini menetapkan relasi yang terang antara penyakit autoimun dan nanopartikel. Dengan mencegah atau mengganggu proses citrullinasi sanggup menjadi hal yang menjanjikan untuk pengembangan  pencegahan dan terapi rheumatoid arthritis di masa depan, dan juga tidak menutup kemungkinan sanggup dipakai pada penyakit autoimun lainnya.

Referensi Jurnal:

Bashir M Mohamed, Navin K Verma, Anthony M Davies, Aoife McGowan, Kieran Crosbie Staunton, Adriele Prina-Mello, Dermot Kelleher, Catherine H Botting, Corey P Causey, Paul R Thompson, Ger JM Pruijn, Elena R Kisin, Alexey V Tkach, Anna A Shvedova, Yuri Volkov. Citrullination of proteins: a common post-translational modification pathway induced by different nanoparticles in vitro and in vivo. Nanomedicine, 2012; : 1 DOI: 10.2217/nnm.11.177.

Artikel ini merupakan terjemahan goresan pena ulang dari bahan yang disediakan oleh Trinity College Dublin, via Science Daily (11 Juni 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment