Daerah Inilah Yang Akan Melindungi Terumbu Karang Dari Pengaruh Global Warming - Para ilmuwan telah meramalkan bahwa suhu air maritim akan meningkat di Pasifik Khatulistiwa pada final kurun ini. Hal ini akan menimbulkan malapetaka bagi ekosistem terumbu karang. Namun, studi terbaru justru memperlihatkan bahwa perubahan iklim justru akan mengakibatkan arus maritim beroperasi dengan cara yang mengejutkan. Fenomena ini akan sanggup mengurangi pemanasan di sejumlah pulau yang akrab dengan khatulistiwa. Pulau-pulau di Pasifik akan sanggup menjadi tempat pinjaman bagi karang dan ikan.
Fenomena di atas merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Woods Hole Oceanographic Institution, Kristopher Karnauskas dan Anne Cohen. Penelitian ini diterbitkan di Nature Climate Change (29/3/2012).
Di tempat khatulistiwa, angin pasat akan mendorong arus permukaan dari timur ke barat. Namun, sekitar 100 – 200 meter di bawah permukaan, terjadi arus balik dengan kecepatan tinggi dan mengalir pada arah yang berlawanan dengan angin pasat. Arus ini disebut Arus Balik Equatorial (Equatorial Undercurrent (EUC)). Arus ini kaya nutisi dan lebih dingin. Pada ketika arus tersebut menyentuh pulau, menyerupai watu di sungai, air akan dibelokkan menuju ke atas pada sisi barat pulau dan sekeliling pulau. Proses ini disebut upwelling dan akan membawa air yang lebih cuek dan nutrien ke permukaan perairan yang disinari matahari. Proses ini akan membentuk tempat dimana tumbuhan maritim dan karang sanggup tumbuh dengan subur.
Peta satelit telah menampilkan pengukuran tingkat klorofil di lautan global, dimana tempat yang mempunyai tingkat klorofil tinggi ditunjukkan dengan adanya bintik hijau terperinci atau merah terang, misalnya yaitu di Kepulauan Galapagos di Pasifik Timur.
Namun, jikalau anda melihat ke arah barat, maka tingkat klorofil akan memudar ditandai bintik-bintik di peta satelit akan menyerupai ekor komet. Para ilmuwan telah meneliti mengapa hal ini terjadi dengan cara melihat lebih jauh ke arah barat secara akrab sebaran atol di perairan yang lebih dalam. Pulau-pulau tersebut sulit untuk terlihat di peta satelit alasannya yaitu kecil, terpencil, dan terletak di tepi kiri dari peta satelit global baku yang menempatkan benua di pecahan tengah.
Karnauskas, seorang peneliti iklim, telah bekerja sama dengan peneliti karang WHOI, Anne Cohen, untuk mengekspolarasi bagaimana perubahan iklim besar lengan berkuasa terhadap terumbu karang di tempat Pasifik Khatulistiwa Tengah.
Daerah Samudera Pasifik Khatulistiwa (Equatorial Pacific Ocean) (Foto: palomar.edu) |
Ketika ia mengubah tampilan peta di layar untuk melihat seluruh Pasifik Tropis sekaligus, ia melihat bahwa konsentrasi klorofil meningkat lagi, tepatnya di Kepulauan Gilbert di tempat khatulistiwa. Peta satelit juga memperlihatkan suhu permukaan maritim yang lebih cuek di sisi barat pulau tersebut yang merupakan pecahan dari Negara Kiribati.
“Saya telah mempelajari Samudera Pasifik Tropis di sebagian besar karir saya, dan saya tidak pernah melihat hal ini sebelumnya. Saya pikir ada sesuatu hal yang mengakibatkan semua ini sanggup terjadi’” katanya.
Selanjutnya Karnauskas dan Cohen memulai melaksanakan pemeriksaan mengenai bagaimana EUC akan sanggup besar lengan berkuasa pada ekosistem terumbu karang di kepulauan khatulistiwa. Mereka memulainya dengan mempelajari model iklim global yang mensimulasikan dampak pemanasan global.
Model iklim berskala global tersebut memprediksi bahwa suhu air maritim akan meningkat mendekati 30 oC (5,4 oF) di Pasifik Tropis Tengah. Perairan yang hangat seringkali mengakibatkan karang memutih, suatu proses dimana karang kehilangan alga simbionnya yang hidup dan menyediakan nutrisi penting bagi karang. Pemutihan karang menjadi penyebab utama maut karang dan hilangnya area terumbu karang selama 30 tahun terakhir.
“Namun, model global terbaik yang dilengkapi dengan pandangan skala planet dan resolusi yang lebih rendah sekalipun ternyata tidak bisa memprediksi kondisi di area kecil di pulau-pulau kecil”, kata Karnauskas. Untuk mengatasi hal tersebut, mereka menggabungkan model global dengan model regional berskala halus untuk lebih fokus pada lebih banyak lagi area yang lebih kecil di sekitar pulau yang sangat kecil yang tersebar di sepanjang khatulistiwa. Untuk sanggup melaksanakan milyaran perhitungan terhadap resolusi area kecil, mereka memakai campuran computer terbaru yang mempunyai performa tinggi di WHOI, yang disebut “Scylla.”
“Model global memprediksikan peningkatan suhu yang signifikan di Pasifik Khatulistiwa Tengah selama beberapa decade berikutnya. Namun, pada kondisi di lapangan, hal ini bisa saja terjadi perbedaan pada kisaran yang tinggi di seluruh dan sekitar kepulauan terumbu karang,” kata Cohen. “Untuk memprediksi apakah terumbu karang akan mengalami kondisi perubahan iklim global, kita harus memakai model beresolusi tinggi, bukan model global.”
Model yang mereka desain akan memprediksi bahwa peningkatan suhu udara dan pelemahan angin pasat khatulistiwa. Arus permukaan Pasifik juga akan melemah sebesar 15 % pada final kurun ini. Arus permukaan yang lemah ini selanjutnya akan menimbulkan adanya ukiran dan kendala pada EUC sehingga arus yang lebih dalam akan menguat sekitar 14 %
Model kami ini memperlihatkan bahwa jumlah upwelling akan meningkat sekitar 50 % di sepanjang pulau tersebut dan mengurangi laju pemanasan air sekitar 0,7 oC (1,25 oF) per abad,” kata Karnauskas.
Sejumlah atol di khatulistiwa, beberapa diantaranya berukuran kecil sekitar 4 kilometer persegi (1,54 mil persegi). Namun Karnauskas dan Cohen menyimpulkan bahwa perairan di sisi barat kepulauan akan hangat lebih lambat dibandingkan pulau di 2 derajat (138 mil) utara dan selatan khatulistiwa yang tidak dilalui EUC. Hal ini akan memperlihatkan laba yang signifikan bagi sistem terumbu karang yang berdekatan dengan Kepulauan Gilbert.
“Laju pemanasan yang lebih lambat di sepanjang kepulauan khatulistiwa akan memungkinkan karang dan alga simbionnya mempunyai kesempatan untuk menyesuaikan diri dan bertahan hidup yang lebih baik.” Kata Karnauskas. Jika model ini nantinya benar, maka terumbu karang di tempat lain akan rusak sedangkan terumbu karang di kepaulaun khatulistiwa mungkin akan sanggup bertahan hidup untuk memproduksi larva karang dan spesies karang lainnya. Jadi, tempat ini akan menjadi bank benih di masa depan dan akan menjadi sumber karang gres dan spesies lainnya yang akan kembali mendiami karang yang rusak.
“Bumi memang sedang mengalami pemanasan, namun ada hal lain di bawah kaki kita yang akan memperlambat pemanasan terutama di tempat kepulaun terumbu karang tertentu,” kata Cohen.
“Pulau-pulau kecil di tengah Samudera sanggup menangkal dampak global dan ini akan mempunyai dampak besar di masa depan. Saya pikir ini yaitu sebuah konsep yang menarik’” Kata Karnauskas.
Temuan yang menyatakan bahwa mungkin ada tempat pinjaman bagi karang di tempat tropis dimana fitur sirkulasi lokal akan menangkal tren meningkatnya suhu permukaan laut, mempunyai implikasi penting bagi kehidupan sistem terumbu karang’” kata David Garrison, Direktur kegiatan Divisi Ocean Sciences di National Science Foundation (NSF). NSF merupakan donator penelitian ini.
Referensi Jurnal :
Kristopher B. Karnauskas, Anne L. Cohen. Equatorial refuge amid tropical warming. Nature Climate Change, 2012; DOI: 10.1038/nclimate1499
Artikel ini merupakan terjemahan dari materi yang disediakan oleh Woods Hole Oceanographic Institution, via Phys.org dan Science Daily. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment