Friday, November 8, 2019

Pintar Pelajaran Kuman Komensal Membantu Insan Melawan Virus

Bakteri Komensal Membantu Manusia Melawan Virus - Manusia bertubuh sehat mempunyai kelompok besar mikroba yang hidup bersama di dalam tubuhnya (disebut basil komensal). Mikroba ini terdiri dari bermacam-macam basil dan mikrobia lainnya yang hidup di usus. Mikroba ini berperan sebagai kawan insan dan memperlihatkan laba untuk membantu mencerna makanan, serta meningkatkan perkembangan sistem kekebalan tubuh. Studi terbaru yang diterbitkan secara online dalam jurnal Immunity, David Artis, PhD. (Profesor Mikrobiologi), dan Michael Abt, PhD, (seorang peneliti postdoctoral di laboratorium Artis), Perelman Sekolah Kedokteran Universitas Pennsylvania, memperlihatkan bahwa pentingnya tugas basil komensal dalam melawan jerawat virus. Bakteri ini sanggup ditemukan di susukan pencernaan bahkan di kulit manusia.

“Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dengan memakai objek tikus, kami menemukan bahwa sinyal yang berasal dari mikroba ini bermanfaat dalam meningkatkan respon kekebalan badan yang optimal terhadap eksperimen jerawat virus yang dilakukan terhadap tikus,” kata Artis. “Peran basil ini yang  membuat kita mempertimbangkan mikroba ini sebagai “saudara seperjuangan” kita dalam memerangi penyakit menular.” Artis juga seorang profesor Pathobiology di Penn Sekolah Kedokteran Hewan.
Bakteri Komensal Membantu Manusia Melawan Virus Pintar Pelajaran Bakteri Komensal Membantu Manusia Melawan Virus
Gambar diatas yakni paru-paru tikus yang mengalami peradangan. Warna hijau dan merah memperlihatkan adanya Infiltrasi sel kekebalan tubuh. (Credit: Meera Nair, PhD, Michael Abt, PhD, David Artis, PhD; Perelman School of Medicine, UPenn)
Sinyal dari basil komensal mempengaruhi perkembangan kekebalan sel badan dan kerentanan terhadap penyakit jawaban jerawat atau inflamasi (peradangan yang muncul jawaban serangan basil atau virus berbahaya). Komunitas mikroba komensal berkoloni melapisi  permukaan kulit, v*gina, susukan pernapasan atas, dan susukan pencernaan mamalia. Komunitas ini terdiri dari bakteri, jamur, protozoa, dan virus. Komunitas mikroba terbesar dan paling bermacam-macam berada di usus.

Penelitian sebelumnya terhadap pasien memperlihatkan adanya hubungan antara perubahan komunitas basil dengan kerentanan terhadap diabetes, obesitas, kanker, penyakit radang usus, alergi, dan gangguan lain. Walaupun, isu mengenai hal ini telah diketahui, namun bagaimana prosedur basil komensal ini mempengaruhi sel kekebalan badan sehabis terkena patogen belum dipahami dengan baik.

Untuk mendapat citra lebih baik ihwal bagaimana basil yang tinggal dalam badan insan mempunyai bermanfaat, maka Artis menggunakann beberapa macam penelitian di laboratoriumnya. Mereka menguji tikus yang diberi antibiotik untuk mengurangi jumlah basil komensal. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa tikus yang diberi antibiotik mengalami gangguan respon kekebalan terhadap serangan virus. Gangguan ini berupa keterlambatan respon kekebalan badan  dalam menanggapi jerawat virus atau virus influenza yang menginfeksi susukan pernafasan. Selain itu, tikus yang diobati telah mengalami kerusakan susukan pernafasan yang cukup parah. Kondisi ini yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tingkat maut jawaban jerawat virus influenza yang diujikan. Kesimpulan dari penelitian ini memperlihatkan bahwa perubahan komunitas basil komensal mempunyai dampak negatif pada kekebalan terhadap serangan virus.

Selanjutnya, gen tikus ini dipelajari untuk mengetahui ekspresi gen yang terkait dengan kekebalan tubuh. Hasilnya memperlihatkan bahwa gen yang diekspresikan oleh sel-sel kekebalan badan yakni makrofag. Makrofag ini diisolasi dari tikus yang diberi antibiotik. Data ini mengungkapkan bahwa penurunan komunitas basil komensal mengakibatkan terjadinya penurunan ekspresi gen yang terkait dengan kekebalan antivirus. Selain itu, makrofag dari tikus yang diberi antibiotik memperlihatkan kerusakan. Kerusakan ini merupakan tanggapan terhadap interferon (yaitu daerah dimana protein dibentuk dan dilepaskan) dalam menanggapi serangan virus, bakteri, parasit, atau sel tumor. Dalam keadaan normal, interferon memfasilitasi komunikasi antara sel-sel untuk memicu sel-sel kekebalan yang menyerang patogen atau tumor. Tikus yang diberi antibiotik juga mengalami penurunan kemampuan untuk membatasi replikasi virus. Namun, saat tikus diobati dengan senyawa yang bisa bereaksi memulihkan interferon, kekebalan pelindungan terhadap  virus terbentuk kembali.

“Sungguh luar biasa bahwa sinyal berasal dari satu jenis mikroba, dalam masalah ini yakni bakteri. Sinyal ini mempunyai dampak penting terhadap respon kekebalan badan terhadap serangan virus. Dimana, virus ini mempunyai huruf dan sifat yang sangat berbeda dari mikroba,” kata Abt penulis pertama. “Sama ibarat kita akan mengatur termostat untuk mengatur saat pemanas seharusnya hidup. Studi kami memperlihatkan bahwa sinyal yang berasal dari basil komensal dibutuhkan untuk mengatur aktivasi sistem kekebalan tubuh.”

Secara keseluruhan, bukti memperlihatkan bahwa sinyal dari basil komensal menguntungkan dalam merangsang sel-sel kekebalan badan dengan cara yang optimal untuk kekebalan antivirus. “Meskipun lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, temuan ini bisa menjelaskan cara-cara gres untuk meningkatkan kekebalan yang lebih baik terhadap jerawat virus yang berpotensi mengancam nyawa,” tambah Artis.

Penelitian ini didukung oleh National Institutes of Health National Institute of Allergy and Infectious Disease (grants AI061570, AI087990, AI074878, AI095608, AI091759, AI095466, AI071309, AI078897, AI095608, AI083022, AI077098, HHSN266200500030C, T32-AI05528, T32-AI007532, T32-RR007063, K08-DK093784, T32-AI007324); the Irvington Institute Postdoctoral Fellowship of the Cancer Research Institute; the Burroughs Wellcome Fund, the National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease Center for the Molecular Studies in Digestive and Liver Disease and the Molecular Pathology and Imaging Core.

Terima kasih atas kunjungan anda, biar artikel ini bermanfaat. Mohon berikan sumbangan kepada kami dengan cara like, follow dan share melalui facebook, twitter, atau google +.

Referensi Jurnal :

Michael C. Abt, Lisa C. Osborne, Laurel A. Monticelli, Travis A. Doering, Theresa Alenghat, Gregory F. Sonnenberg, Michael A. Paley, Marcelo Antenus, Katie L. Williams, Jan Erikson, E. John Wherry, David Artis.Commensal Bacteria Calibrate the Activation Threshold of Innate Antiviral Immunity. Immunity, 2012; DOI: 10.1016/j.immuni.2012.04.011

Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut materi yang disediakan oleh Perelman School of Medicine at the University of Pennsylvania, via dan Science Daily (18 Juli 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment