Artikel dan Makalah ihwal Majas Metominia, Pengertian, Contoh, Macam-macam / Jenis, Perbandingan - Dalam metonimia, pada awalnya, bukan komponen makna yang berperan melainkan perubahan acuan. Menurut Tutescu (1979 : hal. 101-104) berbeda dengan metafora, yang berlandaskan relasi persamaan antar unsur-unsur intern bahasa, metonimi berlandaskan relasi kontiguitas yang berarti relasi ekstern. Beberapa orang hebat linguistik – antara lain Tutescu - menyampaikan bahwa penanda sanggup ditransfer berkat adanya kontiguitas acuan. Artinya penanda tertentu sanggup dipakai untuk mengemukakan suatu petanda yang lain, berkat adanya kontiguitas (kedekatan) teladan di antara kedua tanda. Juga dikatakannya bahwa kalau dalam metafora ada pertemuan/persilangan makna, maka dalam metonimi terdapat ketercakupan atau kepemilikan bersama keseluruhan makna. Tutescu mengemukakan skema wilayah makna sebagai berikut:
Di sini tampak bahwa tak ada relasi wilayah makna petanda yang pertama dan yang ke dua, hanya saja ada kedekatan teladan antara keduanya (Tutescu, 1979: hal 102).
Bagan di atas sesungguhnya mengemukakan kembali skema yang dikemukakan oleh Tutescu, namun dengan perubahan. Apabila Tutescu hanya mengemukakan dua bulatan wilayah makna di dalam satu kotak persegi panjang dan hal itu menyampaikan adanya pertautan makna, maka di sini ada pelengkap dua kotak kecil yang mewakili acuan. Kedua teladan itulah yang mempunyai pertautan (kontiguitas), dan hal itu besar lengan berkuasa pada makna.
Dalam goresan pena ini, secara lebih tegas sanggup dikatakan bahwa proses metaforis berafiliasi dengan susunan makna, sedangkan metonimi hanya menampilkan kedekatan acuan. Kontiguitas itu sanggup bersifat spasial, temporal ataupun kausal. Selanjutnya, berikut ini akan dikemukakan skema segitiga semantik metonimi:
Contoh: “Budi gres saja membeli Honda”.
Dalam skema di atas, tampak bahwa ketiga kata mempunyai penanda yang sama, namun masing-masing mempunyai petanda yang berbeda, walaupun ada kedekatan di antara ketiga petanda itu (petanda yang kedua dan ketiga tercakup dalam petanda yang pertama). Contoh: penanda [hɔ nda] sanggup mempunyai petanda insan (yang mempunyai perusahaan), perusahaan yang menghasilkan mobil/motor atau benda yang dihasilkan, yaitu mobil/motor itu. Tidak ada persamaan komponen makna antara Honda yang semula mempunyai petanda nama orang, dan kemudian menjadi nama perusahaan yang mereka miliki, dengan petanda dari kata kendaraan beroda empat atau motor.
Namun, mobil/motor yang dibeli itu (acuan), berasal dari perusahaan Honda (juga acuan), sehingga kemudian Honda berarti kendaraan beroda empat atau motor. Di antara keduanya (perusahaan yang menghasilkan mobil/motor dan benda yang dihasilkan), ada kedekatan spasial. Seperti dalam metafora, di sini juga ada penyimpangan makna, hanya saja dasarnya berbeda. Bila dalam metafora dasar penyimpangan itu yakni komponen makna penyama pada kedua petanda, maka dalam metonimi yang menjadi landasan yakni relasi kontiguitas acuan. Sebagaimana telah dikatakan di atas, hubung-hubungan itu sanggup bersifat spasial, temporal atau kausal.
Contoh:
a. relasi spasial
- “Gedung Putih telah mengumumkan perang”.
Kata Gedung Putih di sini mengemukakan Presiden Amerika. Hubungan antara keduanya merupakan relasi spasial, alasannya yakni yang me-ngumumkan perang yakni Presiden Amerika, ia tinggal di gedung putih. Jadi, relasi antara Presiden Amerika dengan gedung putih bukan relasi makna, melainkan kedekatan acuan.
b. relasi temporal
- “Mingguan itu berisi gosip saja.”
Tidak ada relasi makna antara mingguan dengan surat kabar, di antara keduanya hanya ada kedekatan acuan. Mingguan berarti sesuatu yang terjadi seminggu sekali, jadi mengacu pada waktu; sedangkan surat kabar yang berisi gosip itu (acuan) juga keluar seminggu sekali. Kedua penanda sanggup saling menggantikan, alasannya yakni adanya relasi temporal antara waktu mingguan dengan surat kabar yang terbit seminggu sekali.
c. relasi kausal.
- “Paman Hamzah yakni seorang kuli tinta”
Pada masa kini, tidak ada relasi makna antara artawan dan kuli tinta (sekarang jaman komputer, wartawan memakai komputer).Namun kedua penanda itu sanggup saling menggantikan, alasannya yakni dulu, ada relasi kausal antara wartawan dan tindakannya yang selalu memburu isu dan menuliskannya dengan tinta. Karena itulah antara kuli tinta dengan profesi wartawan dianggap ada relasi kausal.
Referensi :
Tutescu, M. 1979. Précis Sémantique. Klinsieck, Paris. pp. 74-102.
Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.
Referensi :
Tutescu, M. 1979. Précis Sémantique. Klinsieck, Paris. pp. 74-102.
Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.
No comments:
Post a Comment