Sunday, November 17, 2019

Pintar Pelajaran Makan Daging, Faktor Kunci Penyebaran Spesies Insan Di Muka Bumi

Makan Daging, Faktor Kunci Penyebaran Spesies Manusia Di Muka Bumi - Sifat karnivora merupakan kunci keberhasilan evolusi manusia. Ketika insan purba mulai memakan daging dan pada alhasil berburu, kualitas kuliner yang lebih tinggi tersebut memungkinkan wanita sanggup menyapih bawah umur mereka lebih awal. Perempuan kemudian sanggup melahirkan bawah umur yang lebih banyak selama masa reproduksi mereka, sehingga menjadi bantuan kontribusi untuk penyebaran populasi insan secara sedikit demi sedikit di seluruh dunia. Hubungan antara makan daging dan proses menyapih yang lebih cepat  ini ditunjukkan oleh sebuah kelompok riset dari Lund University di Swedia, mereka membandingkan sampai hampir 70 spesies mamalia dan menemukan tumpuan yang jelas.

Belajar untuk berburu yakni langkah yang memilih dalam evolusi manusia. Berburu membutuhkan adanya komunikasi, perencanaan dan penggunaan alat-alat, yang semuanya menuntut otak yang lebih besar. Pada dikala yang sama, menambahkan daging pada kuliner sanggup memungkinkan untuk menyebarkan otak yang lebih besar.
 Faktor Kunci Penyebaran Spesies Manusia Di Muka Bumi Pintar Pelajaran Makan Daging, Faktor Kunci Penyebaran Spesies Manusia Di Muka Bumi
Lukisan berburu kuno yang dilukis pada gua di Santa Cruz, Patagoni, Argentina Selatan (Foto : iStockphoto/Pablo Caridad)
“Hal ini telah diketahui dalam jangka waktu yang lama, namun sebelumnya belum ada yang   memperlihatkan relasi berpengaruh antara makan daging dan durasi menyusui, yang merupakan bab penting dari teka-teki dalam hal ini. Makan daging memungkinkan periode menyusui dan  waktu antara kelahiran lebih singkat. Hal ini niscaya mempunyai dampak penting pada evolusi manusia, “kata Elia Psouni dari Lund University.

Elia Psouni  adalah seorang psikolog perkembangan, bersama dengan rekannya seorang neurofisiologi, Martin Garwicz (juga dari Lund University) dan spesialis genetika revolusioner, Axel Janke (saat ini di Frankfurt namun sebelumnya di Lund University) menerbitkan temuannya di jurnal PLoS ONE.

Di antara masyarakat alami yang subur, durasi rata-rata menyusui yakni 2 tahun dan 4 bulan. Hal tesebut  tidak banyak kaitannya dengan umur maksimum spesies kita, sekitar 120 tahun. Hal ini tersebut bahkan kurang kalau dibandingkan dengan kerabat terdekat kita. Simpanse betina menyusui anak mereka selama 4-5 tahun, sedangkan umur maksimum untuk simpanse hanya 60 tahun.

Banyak peneliti telah mencoba menjelaskan periode menyusui yang relatif lebih pendek pada insan menurut teori-teori sosial dan sikap orangtua serta ukuran keluarga.Namun kelompok Lund sekarang telah memperlihatkan bahwa insan bergotong-royong tidak berbeda dari mamalia lain sehubungan dengan waktu penyapihan. Jika Anda memasukkan perkembangan otak dan komposisi kuliner ke dalam persamaan, dikala keturunan kita berhenti menyusu  justru cocok dengan tumpuan pada mamalia lain.

Ini yakni jenis model matematika yang Elia Psouni dan rekan-rekannya telah buat. Mereka memasukkan data pada hampir 70 spesies mamalia dari banyak sekali jenis ke dalam model (data menurut pada ukuran otak dan diet/pola makan). Spesies yang 20 persen kandungan energy makanannya berasal dari daging dikategorikan sebagai karnivora. Model ini memperlihatkan bahwa anak-nak dari semua spesies berhenti menyusu ketika otak mereka telah mencapai tahap perkembangan tertentu. Karnivora mempunyai kuliner yang berkualitas tinggi sehingga sanggup menyapih lebih awal dari herbivora dan omnivora.

Model tersebut juga memperlihatkan bahwa insan tidak berbeda dari karnivora lainnya sehubungan dengan waktu penyapihan. Semua spesies karnivora, dari binatang kecil menyerupai musang, rakun, macan, paus pembunuh dan manusia, mempunyai masa menyusui yang relatif singkat. Perbedaan antara insan dan simpanse besar yang telah membingungkan para peneliti sebelumnya, sepertinya bergantung hanya pada fakta bahwa sebagai spesies kita yakni karnivora, sedangkan gorila, orangutan dan simpanse yakni herbivora atau omnivora.

Beberapa tahun yang lalu, kelompok dar Lund University menerbitkan sebuah studi yang populer mengenai titik dimana bawah umur dari banyak sekali binatang mulai berjalan. Pada penelitian ini juga ditemukan tumpuan serupa antara spesies mamalia yang menyimpang dalam evolusi jutaan  tahun yang lalu. Sebuah tahap tertentu dalam perkembangan otak sepertinya menjadi waktu untuk mulai berjalan, terlepas dari apakah anda seorang landak, musang atau manusia.

“Manusia sepertinya sangat menyerupai dengan binatang lain, pernyataan ini tentu saja provokatif. Kami suka berpikir bahwa budaya merupakan aspek yang menciptakan kita berbeda sebagai spesies, tetapi ketika tiba dikala untuk menyusui dan menyapih, tidak ada klarifikasi sosial atau budaya yang diperlukan; untuk spesies kita secara keseluruhan itu yakni pertanyaan biologi sederhana. Faktor sosial dan budaya niscaya mensugesti variasi antara manusia,” kata Elia Psouni.

Elia Psouni secara berhati-hati menekankan bahwa hasil penelitian mereka bekerjasama dengan evolusi manusia. Penelitian ini yakni mengenai bagaimana “karnivora” sanggup memperlihatkan bantuan pada spesies insan untuk menyebar di bumi dan tidak menyampaikan apa-apa ihwal apa yang kita harus makan atau tidak untuk dikala ini biar mempunyai tumpuan makan yang baik.

Referensi Jurnal :

Elia Psouni, Axel Janke, Martin Garwicz. Impact of Carnivory on Human Development and Evolution Revealed by a New Unifying Model of Weaning in Mammals. PLoS ONE, 2012; 7 (4): e32452 DOI: 10.1371/journal.pone.0032452

Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut bahan yang disediakan oleh Lund University, via AlphaGalileo dan Science Daily. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment