Friday, November 8, 2019

Pintar Pelajaran Manfaat Tersenyum Sanggup Mengobati Stres

Manfaat Tersenyum Dapat Mengobati Stres - Hadapilah dengan senyuman! Pada titik tertentu, kita semua mungkin pernah mendengar atau memikirkan sesuatu menyerupai ini ketika menghadapi situasi sulit. Merasa baik biasanya menciptakan kita tersenyum, tapi apakah sanggup bekerja sebaliknya? Apakah tersenyum benar-benar menciptakan kita merasa lebih baik?

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science, sebuah jurnal dari Association for Psychological Science, ilmuwan psikologis Tara Kraft dan Sarah Pressman dari University of Kansas menyidik potensi manfaat tersenyum dengan melihat aneka macam jenis senyuman dan kesadaran untuk tersenyum sanggup mensugesti kemampuan individu untuk pulih dari stres.

Tersenyum tidak hanya indikator nonverbal penting dari kebahagiaan tetapi juga mengindikasikan bahwa tersenyum sanggup menjadi obat mujarab untuk stres yang dialami dalam kehidupan,” kata Kraft. “Kami ingin menguji apakah tersenyum mempunyai manfaat kesehatan yang nyata.”
 kita semua mungkin pernah mendengar atau memikirkan sesuatu menyerupai ini ketika menghadapi Pintar Pelajaran Manfaat Tersenyum Dapat Mengobati Stres
Hadapilah dengan senyuman! Pada titik tertentu, kita semua mungkin pernah mendengar atau memikirkan sesuatu menyerupai ini ketika menghadapi situasi sulit. Merasa baik biasanya menciptakan kita tersenyum, tapi apakah sanggup bekerja sebaliknya? Apakah tersenyum benar-benar menciptakan kita merasa lebih baik? (Credit: © Delphimages / Fotolia)
Senyum secara umum dibagi menjadi dua kategori : senyum standar, yang memakai otot-otot sekitar mulut, dan senyum orisinil atau Duchenne, yang melibatkan otot-otot di sekitar verbal dan mata. Penelitian sebelumnya telah menawarkan bahwa emosi positif sanggup membantu pada ketika seseorang mengalami stres dan tersenyum sanggup mensugesti emosi, namun penelitian Kraft dan Pressman merupakan yang pertama kalinya memanipulasi jenis senyuman seseorang dengan tujuan untuk mengamati dampak senyuman tersebut terhadap stres.

Para peneliti merekrut 169 akseptor dari sebuah universitas Midwestern. Penelitian ini melibatkan dua fase: pembinaan dan pengujian. Selama fase pelatihan, akseptor dibagi menjadi tiga kelompok, dan setiap kelompok dilatih untuk melaksanakan ekspresi wajah yang berbeda. Peserta diminta untuk menahan sumpit di verbal mereka sedemikian rupa sehingga mereka melaksanakan ekspresi wajah netral, senyum standar, atau senyum Duchenne. Sumpit sangat penting kiprahnya sebab sumpit memaksa orang untuk tersenyum tanpa menyadari bahwa mereka melakukannya ; hanya setengah dari anggota kelompok benar-benar diperintahkan untuk tersenyum.

Untuk tahap pengujian, akseptor diminta melaksanakan aktivitas multitasking. Hal yang tidak diketahui akseptor yakni aktivitas multitasking tersebut telah dirancang mempunyai tingkat stress yang tinggi. Kegiatan perangsang stress pertama yang dilakukan akseptor yakni melacak bintang dengan tangan non-dominan (tangan yang tidak biasa digunakan) mereka dengan melihat refleksi dari bintang di cermin. Kegiatan perangsang stress kedua yakni akseptor diharuskan merendam tangan mereka dalam air es.

Selama kedua aktivitas tersebut, akseptor menahan sumpit di verbal mereka menyerupai yang telah diajarkan dalam pembinaan sebelumnya. Para peneliti mengukur detak jantung dan tingkat stres dari akseptor selama fase pengujian.

Hasil studi menawarkan bahwa tersenyum benar-benar sanggup mensugesti keadaan fisik seseorang ; dibandingkan dengan akseptor yang melaksanakan ekspresi wajah netral, akseptor yang diperintahkan untuk tersenyum dan khususnya mereka dengan senyuman Duchenne mempunyai tingkat denyut jantung lebih rendah sehabis pemulihan dari aktivitas stres . Para akseptor yang menahan sumpit dengan cara yang memaksa mereka untuk tersenyum, mengalami penurunan dampak positif yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan mereka yang melaksanakan ekspresi wajah netral.

Temuan ini menawarkan bahwa tersenyum pada ketika timbul stres sanggup membantu untuk mengurangi intensitas dari respon stres terhadap tubuh, terlepas dari apakah seseorang benar-benar merasa bahagia.

“Pada ketika anda terjebak dalam kemudian lintas atau mengalami stres, anda mungkin sanggup mencoba untuk memegang wajah anda dan tersenyum sejenak, “ kata Pressman. Tersenyum tidak hanya akan membantu anda secara psikologis , tetapi gotong royong sanggup membantu kesehatan jantung Anda juga!”

Terima kasih atas kunjungan anda, supaya artikel ini bermanfaat. Mohon berikan derma kepada kami dengan cara like, follow dan share melalui facebook, twitter, atau google +.

Referensi Jurnal :

Tara Kraft and Sarah Pressman. Grin and Bear It: The Influence of Manipulated Positive Facial Expression on the Stress Response. Psychological Science, 2012 (in press)

Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut bahan yang disediakan oleh Association for Psychological Science via Science Daily (30 juli 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment