Friday, November 8, 2019

Pintar Pelajaran Perubahan Iklim Dan Hilangnya Lapisan Ozon, Sanggup Meningkatkan Risiko Kanker Kulit

Perubahan Iklim Dan Hilangnya Lapisan Ozon, Dapat Meningkatkan Risiko Kanker Kulit - Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mengetahui bahwa imbas dari perubahan iklim global berpotensi merugikan seluruh dunia. Namun, dikala ini para peneliti dari Harvard memperlihatkan bukti bahwa perubahan iklim juga mungkin memperlihatkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat. Sebagaimana dilaporkan dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Jurnal Science (27/7/2012) , tim peneliti yang dipimpin oleh James G. Anderson, dari Philip S. Weld Professor of Atmospheric Chemistry, memperingatkan bahwa perubahan iklim dan penipisan lapisan ozon sanggup memungkinkan lebih banyak sinar ultraviolet (UV) untuk mencapai permukaan bumi. Hal ini sanggup  menyebabkan meningkatnya kasus kanker kulit.

Menurut klarifikasi Anderson dan timnya, uap air yang diinjeksikan ke stratosfer oleh angin kencang yang sangat berpengaruh sanggup mengubah bentuk stabil klorin dan bromin menjadi radikal bebas yang bisa mengubah molekul ozon menjadi oksigen. “Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa jumlah dan intensitas angin kencang tersebut berkaitan bersahabat dengan perubahan iklim. Pada gilirannya, hal ini sanggup menimbulkan hilangnya ozon dalam jumlah yang lebih besar sehingga meningkatkan jumlah radiasi UV berbahaya yang mencapai permukaan bumi. Jika hal ini terjadi, maka berpotensi meningkatkan resiko kanker kulit.” Kata Anderson.
Perubahan Iklim Dan Hilangnya Lapisan Ozon Pintar Pelajaran Perubahan Iklim Dan Hilangnya Lapisan Ozon, Dapat Meningkatkan Risiko Kanker Kulit
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mengetahui bahwa imbas dari perubahan iklim global berpotensi merugikan seluruh dunia. Namun, dikala ini para peneliti dari Harvard memperlihatkan bukti bahwa perubahan iklim juga mungkin memperlihatkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat. (Credit: © Wissmann Desain / Fotolia)
“Jika anda bertanya kepada saya mengenai seberapa besar dampak fenomena tersebut terhadap kanker kulit? Maka saya menjawab bahwa pengaruhnya sangat besar. Bagaimana cara menjelaskannya? Perubahan iklim yang disertai dengan penipisan dan hilangnya lapisan ozon akan berkaitan eksklusif dengan kanker kulit akhir lebih banyak radiasi ultraviolet yang sanggup menembus atmosfer. Namun, kita belum mengetahui bagaimana perkembangan proses ini dari waktu ke waktu alasannya kami belum melaksanakan pengukuran mengenai seberapa besar konvertif injeksi air ke stratosfer dari masa kemudian sampai sekarang.” Tambah Anderson.

Anderson juga menjelaskan bahwa petunjuk terbaik untuk mengetahui evolusi fenomena ini yaitu dengan cara melihat penelitian sebelumnya yang menghubungkan perubahan iklim dengan intensitas dan frekuensi angin kencang yang berkekuatan besar. Cara ini sanggup memperlihatkan klarifikasi bahwa ada kasus ilmiah yang berkembang dimana penambahan kadar karbondioksida di atmosfer akan meningkatkan perubahan iklim dan pada gilirannya mendorong intensitas dan fekuensi badai.

“Meskipun mustahil untuk mengetahui berapa banyak kasus kanker kulit yang mungkin berafiliasi dengan penipisan ozon di atas AS, namun korelasi antara hilangnya ozon dan peningkatan insiden penyakit ini telah diteliti secara luas,” kata Anderson.

“Masyarakat medis telah melaksanakan upaya untuk memilih korelasi antara penipisan lapisan ozon dengan peningkatan kasus kanker kulit. Hasilnya memang terdapat peningkatan insiden kanker kulit gres sebanyak 1 juta kasus setiap tahunnya di AS.

Efek radiasi UV tidak hanya dialami oleh manusia, namun juga tanaman. Menurut Anderson, tumbuhan pokok untuk konsumsi manusia, ibarat jagung, kedelai dan gandum, akan sanggup mengalami kerusakan DNA.

Ironisnya, inovasi bahwa perubahan iklim sanggup memicu hilangnya ozon, terjadi secara kebetulan.

Meskipun Anderson dan timnya sudah melaksanakan melakukan penyelidikan mengenai penipisan ozon di kutub utara dan Antartika semenjak pertengahan tahun 1980-an, Namun mereka gres mengalihkan perhatiannya ke studi iklim semenjak awal tahun 2000-an. Secara khusus mereka bekerja untuk memahami ihwal awan konvertif, yaitu gerakan udara vertical yang menimbulkan tejadinya angin kencang yang menjulang tinggi ke langit. Awan konvertif ini berkontribusi membuat awan cirrus.

“Mekanisme tersebut secara tidak terduga telah kami dapatkan melalui pengamatan. Ternyata, awan konvertif dalam sistem angin kencang di seluruh AS telah menjangkau lebih dalam stratosfer. Hal ini di luar asumsi kami.” Kata Anderson.

Sementara itu, penelitian sebelumnya yang dilakukan di Artik telah memperlihatkan bahwa uap air merupakan komponen kunci dalam membuat radikal bebas yang memecah senyawa ozon. Namun, temuan terbaru memperlihatkan bahwa proses tersebut hanya sanggup terjadi pada suhu yang jauh lebih tinggi dari yang diduga sebelumnya.

“Intinya yaitu bahwa jikalau anda meningkatkan konsentrasi uap air, sebetulnya anda juga telah meningkatkan suhu ambang batas terjadinya konversi kimia, yaitu bentuk-bentuk stabil klorin akan berubah bentuk menjadi radikal bebas. Jika jumlah uap air dan suhu di atas Amerika Serikat memenuhi syarat untuk terjadinya konversi secara cepat dari klorin anorganik menjadi radikal bebas, maka akan ada problem serius. Karena secara kimia, hal ini identik dengan insiden yang sedang berlangsung di atas kutub utara.” Kata Anderson.

Hal yang mengejutkan lagi yaitu bahwa proses penguapan air ke lapisan atmosfer yang tinggi, ternyata tidak harus memerlukan dorongan dari angin kencang yang berkekuatan sangat besar.

“Kami mempunyai ratusan pengukuran di seluruh dunia yang menangani struktur pengendalian fotokimia ozon. Namun, pengukuran ini hanya terbatas di atas Amerika Serikat selama animo panas. Dari pengukuran yang dilakukan dengan penerbangan tersebut, kami mempelajari rata-rata angin kencang di sepanjang barat tengah. Kami telah melaksanakan pengamatan di Amerika Serikat sebanyak 20 kali. Sekitar 50 % pengamatan yang kami lakukan telah memperlihatkan adanya penetrasi uap air ke stratosfer” kata Anderson.

Langkah selanjutnya penelitian ini yaitu melaksanakan serangkaian tes untuk mengkonfirmasi apakah bentuk radikal bebas klorin dan bromin yang terdapat di stratosfer sanggup meningkatkan keberadaan uap air yang diijeksikan secara konfektif dalam jumlah yang signifikan.

“Dalam pikiran saya, ini bukan hanya problem kesehatan masyarakat luas. Hal ini yaitu ihwal bagaimana cara supaya kita terhindar dari radiasi UV. Kita tidak tahu seberapa cepat frekuensi dan intensitas angin kencang tersebut akan meningkat. Jadi, kami tidak menempatkan skala waktu pada problem ini. Namun, problem pada dasarnya cukup gampang dan sederhana alasannya kami telah memahaminya secara kimia.” Tambah Anderson.

Terima kasih atas kunjungan anda, biar artikel ini bermanfaat. Mohon berikan kontribusi kepada kami dengan cara like, follow dan share melalui facebook, twitter, atau google +.

Referensi Jurnal :

James G. Anderson, David M. Wilmouth, Jessica B. Smith, and David S. Sayres. UV Dosage Levels in Summer: Increased Risk of Ozone Loss from Convectively Injected Water Vapor. Science, 26 July 2012 DOI: 10.1126/science.1222978

Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut materi yang disediakan oleh Harvard University, via EurekAlert! dan Science Daily. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment