Orang Yang Punya Ingatan Lebih Baik, Lebih Praktis Trauma? - Para peneliti di Erpa telah mengidentifikasi gen yang bekerjasama dengan peningkatan memori otak, namun juga sanggup meningkatkan resiko tanda-tanda stress pasca traumatik (post-traumatic stress disorder (PTSD)). Dominique de Quervain dari University of Basel, Swis dan rekan penelitinya merekrut sekitar 700 sukarelawan sampaumur yang sehat untuk diambil sampel DNA-nya, kemudian dianalisis sekuen (urutan basa) pada gen PRKCA. Gen ini merupakan salah satu dari banyak gen yang diketahui terlibat pada pembentukan ingatan emosional. Gen ini juga mengkode enzim yang disebut protein kinase C-α. Selanjutnya, para peneliti memperlihatkan serangkaian foto yang sanggup mempengaruhi sukarelawan secara emosional, kemudian meminta sukarelawan untuk menulis deskripsi singkat mengenai foto tersebut.
Ternyata, sukarelawan yang mempunyai dua salinan (copy) dari salah satu varian gen PRKCA (alel A), bisa mengingat gambar secara detail. Sedangkan sukarelawan lain yang mempunyai dua salinan dari gen PRKCA jenis lainnya (alel G), hanya mempunyai ingatan yang sedikit mengenai gambar yang ditunjukkan. Lalu bagaimana dengan sukarelawan yang mempunyai satu salinan untuk setiap jenis gen PRKCA? Mereka mempunyai ingatan yang sedang-sedang saja.
Para peneliti melanjutkan penelitiannya dengan meminta kepada 394 penerima pemanis untuk melaksanakan hal yang sama dengan penerima sebelumnya, sambil dilakukan pencitraan otak terhadap mereka. Hasilnya diketahui bahwa variasi pada gen PKRCA berkaitan dengan kapasitas memori emosional otak. Hal ini dikaitkan dengan perbedaan acara otak selama pengkodean memori (ingatan).
Tugas yang diberikan kepada penerima akan mengaktifkan jaringan yang luas di bab otak, mencakup hippocampus dan amygdadala, yaitu dua struktur di medial temporal lobe (bagian otak yang berfungsi untuk pendengaran, ingatan dan emosi). Pencitraan yang dilakukan terhadap otak penerima juga memperlihatkan bahwa alel A bekerjasama dengan peningkatan acara di lateral dan medial prefrontal cortex, yaitu bab otak yang termasuk pada jaringan yang mengkode ingatan emosional.
Jadi, peningkatan acara di bab otak tersebut berkaitan bersahabat dengan jumlah salinan alel A yang dimiliki oleh setiap individu. Orang yang mempunyai dua salinan alel A mempunyai acara lateral dan medial prefrontal cortex yang lebih tinggi dibandingkan orang yang hanya mempunyai satu salinan alel A saja.
Para peneliti juga menyidik distrubusi alel A pada suatu kelompok yang terdiri dari 347 pengungsi yang selamat dari genosida di Rwanda pada tahun 1994. Sebelumnya, para pengungsi tersebut berhasil melarikan diri dari perang sipil, kemudian mereka tinggal di kamp pengungsian di Uganda. Mereka semua juga mengalami aneka macam macam stress berat selama perang sipil tersebut, namun hanya 134 orang yang didiagnosa mengalami PTSD.
“Alel A lebih banyak dimiliki oleh orang yang didiagnosa mengalami PTSD. Orang yang mempunyai alel tersebut akan beresiko 2 kali lipat untuk terkena PSTD’” kata de Quervain.
Penelitian ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences.
“Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa ingatan berperan penting pada PSTD alasannya ialah ingatan traumatik merupakan salah satu bab dari ingatan. Namun, sangat sulit untuk dikatakan bahwa kecenderungan untuk meningkatkan kekuatan memori (ingatan), nantinya akan besar lengan berkuasa terhadap meningkatnya resiko untuk mengalami PSTD.
Sebagai contoh, pada tahun 2007, de Quervain dan rekan penelitinya memperlihatkan bahwa varian dari α2B adrenoceptor juga bekerjasama dengan pembentukan ingatan emosional dan traumatik pada orang Eropa yang sehat dan pengungsi perang sipil Rwanda. Namun hal itu tidak bekerjasama dengan peningkatan resiko terkena PSTD.
“Temuan ini cukup menarik. Penelitian ini memperlihatkan bahwa rangsangan emosinal akan meningkatkan konsolidasi ingatan. Hal ini biasanya akan dikaitkan dengan PSTD. Namun, temuan ini sangat penting untuk menyediakan bukti genetik yang sesuai untuk hipotesis tersebut’” kata James McGaugh, andal neurobiologi dari University of California, Irvine
Alel A lebih banyak dimiliki oleh orang Eropa dibandingkan keturunan Afrika, namun bagaimana variasinya di keduanya sehingga terjadi perbedaan acara otak selama pengkodean ingatan emosional, masih belum jelas.Penelitian genom pada skala yang lebih luas mungkin akan menemukan variasi gen yang lebih terkait dengan peningkatan resiko PTSD, dan sanggup memperlihatkan pemahaman yang lebih baik mengenai prosedur molecular yang terjadi di keduanya (Eropa dan Afrika).
Nature doi:10.1038/nature.2012.10632
Referensi Jurnal :
de Quervain, D. J.-F. et al. 2012. Proc. Natl Acad. Sci. USA http://dx.doi.org/10.1073/pnas.1200857109. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment