Pengembangan Strategi Terapi Sistem Saraf Pusat - Penelitian terbaru menyampaikan taktik yang mungkin sanggup dipakai untuk mengobati penyakit sistem saraf pusat, ibarat cedera otak dan tulang belakang, kanker otak, epilepsi, dan komplikasi neurologis HIV. Metode pengobatan eksperimental memungkinkan biro terapeutik berukurana kecil secara kondusif melintasi penghalang antara darah dan otak. Hal tersebut dilakukan pada tikus laboratorium dengan mematikan P-glikoprotein. P-glikoprotein ialah salah satu protein penjaga yang mencegah obat-obatan mencapai sasaran penyakit yang ada di otak.
Temuan ini terbit secara online pada tanggal 4 September dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, dan merupakan hasil sebuah penelitian dari para ilmuwan di National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) yang merupakan bab dari Institut Kesehatan Nasional.
“Banyak obat menjanjikan yang gagal alasannya ialah obat tersebut tidak sanggup melintasi penghalang antara darah dan otak, sehingga tidak cukup menyampaikan jumlah takaran terapi pada otak,” kata David Miller, Ph.D., Kepala Laboratorium Toksikologi dan Farmakologi di NIEHS dan pemimpin tim peneliti yang melaksanakan studi tersebut. “Kami berharap taktik gres kami akan mempunyai efek konkret di masa depan bagi orang-orang dengan gangguan otak.”
Dalam dua pendekatan, tim peneliti pertama-tama menetapkan bahwa mengobati kapiler otak tikus dengan obat multiple sclerosis yang disebut Gilenya (Fingolimod), sanggup merangsang jalur sinyal biokimia tertentu di dalam penghalang antara darah dan otak yang sangat cepat dan reversibel dalam mematikan P-glikoprotein. Anggota tim lalu melaksanakan pasca perawatan pada tikus dengan Fingolimod, dan diberikan tiga obat lain yang biasanya dijauhkan dari otak oleh P-glikoprotein. Mereka mengamati penurunan dramatis dalam acara transportasi P-glikoprotein, yang mengakibatkan peningkatan tiga sampai lima kali lipat otak menyerap tiga obat tersebut.
Ronald Cannon, Ph.D., ialah seorang staf ilmuwan di laboratorium Miller dan penulis pertama pada makalah ini. Dia mengatakan, salah satu hal berikutnya yang ingin diatasi oleh tim peneliti ialah untuk memahami bagaimana sistem sinyal mematikan P-glikoprotein. Dia menganalogikan prosedur tersebut dengan apa yang terjadi dikala seseorang menyalakan saklar lampu.
“Jika anda mematikan lampu memakai saklar di dinding, lampu akan padam alasannya ialah arus listrik yang menyuplai lampu telah terganggu,” terang Cannon. “Tapi apa yang terjadi dikala jalur sinyal menhalangi P-glikoprotein? Apakah hal itu akan membawa protein lain untuk terikat pada penghalang, mengambil sumber energi, memodifikasi struktur penghalang, atau sesuatu yang lain?”
Cannon mengatakan, temuan ini membuka pemikiran gres wacana sasaran dari suatu obat, pemikiran yang secara emosional memuaskan baginya dan banyak peneliti lain yang inovasi ilmiahnya tidak sanggup dipakai secara eksklusif kepada orang yang sakit.
“Meskipun masih banyak penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, menyampaikan terapi ke sistem saraf sentra merupakan salah satu batas final dalam bidang farmakoterapi, Cannon menambahkan.”
Referensi Jurnal :
R. E. Cannon, J. C. Peart, B. T. Hawkins, C. R. Campos, D. S. Miller. Targeting blood-brain barrier sphingolipid signaling reduces basal P-glycoprotein activity and improves drug delivery to the brain. Proceedings of the National Academy of Sciences, 2012; DOI: 10.1073/pnas.1203534109
Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang menurut bahan yang disediakan oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) via Science Daily (7 September 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment