Rekayasa Genetika Sel Punca (Stem Cell) Mampu “Membunuh” HIV - Pengembangan pada penelitian sebelumnya telah menyediakan bukti prinsip bahwa sel punca (stem cell) sanggup direkayasa secara genetik menjadi sel yang bisa melawan HIV, tim peneliti dari UCLA telah menunjukkan bahwa sel-sel ini tolong-menolong sanggup menyerang sel yang terinfeksi HIV dalam organisme hidup. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tanggla 12 April 2012 di jurnal PLoS Pathogens, menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa rekayasa sel punca sanggup membentuk sel-sel kekebalan yang menarget HIV dan secara efektif bisa menekan virus dalam jaringan hidup pada binatang percobaan, kata kepala peneliti Scott G. Kitchen, ajun profesor kedokteran di divisi hematologi dan onkologi di David Geffen School of Medicine di UCLA dan anggota UCLA AIDS Institute.
“Kami percaya bahwa studi ini meletakkan dasar bagi potensi terapi jenis ini untuk pendekatan dalam memerangi nanah HIV pada orang yang terinfeksi, dengan cita-cita sanggup memberantas virus dari tubuh,” katanya.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Credit: C. Goldsmith/public domain) |
Pada penelitian sebelumnya, para ilmuwan mengambil CD8 cytotoxic T lymphocytes (sel T ”pembunuh” yang membantu melawan infeksi) dari individu yang terinfeksi HIVdan mengidentifikasi molekul yang dikenal sebagai reseptor sel T yang memandu sel T dalam mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi HIV. Namun sel T yang bisa menghancurkan sel yang terinfeksi HIV ini, tidak tersedia dalam jumlah yang cukup banyak untuk membersihkan virus dari tubuh. Hal tersebut menciptakan para peneliti mengkloning reseptor sel T tersebut dan menggunakannya untuk merekayasa secara genetik sel induk darah manusia. Mereka lalu menempatkan sel induk yang telah di rekayasa ke dalam jaringan thymus (suatu jaringan limfatik yang terletak disepanjang trachea di rongga dada potongan atas manusia) yang telah ditanamkan pada tikus, sehingga memungkinkan mereka untuk mempelajari reaksinya dalam organisme hidup.
Sel punca yang telah di rekayasa secara genetik bermetamorfosis sel CD8 HIV-spesifik yang matang dan secara khusus sanggup menarget sel yang mengandung protein HIV. Para peneliti juga menemukan bahwa reseptor sel T HIV-spesifik, harus dicocokkan kepada seorang individu dengan cara yang sama menyerupai pencocokkan organ untuk pasien transplantasi.
Dalam penelitian ini, para peneliti juga merekayasa sel punca darah insan dan menemukan bahwa mereka sanggup membentuk sel T matang yang sanggup menyerang HIV dalam jaringan di mana virus berada dan mereplikasi. Mereka melakukannya dengan memakai model pengganti berupa tikus, di mana nanah HIV pada tikus ini menyerupai dengan yang ada pada manusia.
Dalam serangkaian tes pada perifer (bagian tepi) darah, plasma dan organ tikus yang dilakukan selama dua ahad dan enam ahad sehabis menanamkan sel punca hasil rekayasa genetik, para peneliti menemukan bahwa jumlah CD4 ( “pembantu” sel T) yang biasanya habis sebagai akhir dari nanah HIV justru meningkat, sementara tingkat HIV dalam darah menurun. Sel CD4 ialah sel darah putih yang merupakan komponen penting dari sistem kekebalan badan serta membantu melawan infeksi. Hasil ini menunjukkan bahwa sel punca yang direkayasa bisa berkembang dan bermigrasi ke organ-organ untuk melawan nanah pada organ.
Para peneliti sadar mengenai kelemahan potensial pada penelitian ini, dimana sel imun (kekebalan) insan tersusun kembali dengan tingkat yang lebih rendah pada tikus dibandingkan dengan pada insan sendiri dan sebagai hasilnya, sistem kekebalan tikus kebanyakan, meskipun tidak sepenuhnya, terbentuk kembali. Oleh sebab itu, HIV kemungkinan lebih lambat untuk bermutasi pada tikus daripada pada manusia. Sehingga penggunaan beberapa reseptor sel T hasil rekayasa genetik mungkin menjadi salah satu cara untuk menyesuaikan tingkat potensi mutasi HIV yang tinggi pada manusia.
“Kami percaya bahwa ini ialah langkah pertama dalam membuatkan pendekatan yang lebih bergairah dalam memperbaiki kekurangan pada respon sel T insan yang memungkinkan HIV untuk bertahan pada orang yang terinfeksi,” kata Kitchen.
Para peneliti kini akan mulai menciptakan reseptor sel T yang mentargetkan pada aneka macam potongan dari HIV dan sanggup dipakai lebih cocok secara genetik pada individu, katanya.
Referensi Jurnal :
Scott G. Kitchen, Bernard R. Levin, Gregory Bristol, Valerie Rezek, Sohn Kim, Christian Aguilera-Sandoval, Arumugam Balamurugan, Otto O. Yang, Jerome A. Zack. In Vivo Suppression of HIV by Antigen Specific T Cells Derived from Engineered Hematopoietic Stem Cells. PLoS Pathogens, 2012; 8 (4): e1002649 DOI: 10.1371/journal.ppat.1002649
Artikel di atas merupakan terjemahan dari goresan pena ulang berdasarkan bahan yang disediakan oleh University of California, Los Angeles (UCLA), Health Sciences, via Science Daily. Artikel Aslinya ditulis oleh Enrique Rivero. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment