Friday, November 22, 2019

Pintar Pelajaran Sejarah Organisasi Kebijaksanaan Utomo, Latar Belakang, Pendiri, Tujuan, Tokoh, Pergerakan Nasional

Artikel dan Makalah wacana Sejarah Organisasi Budi Utomo, Latar Belakang, Pendiri, Tujuan, Tokoh, Pergerakan Nasional - Politik etis yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda membawa imbas munculnya priyayi Jawa yang “baru” atau priyayi rendahan, mereka mempunyai pandangan bahwa kunci dari kemajuan yaitu pendidikan.kelompok inilah yang kemudia dianggap sebagai kelompok pembentuk organisasi pergerakan yang benar-benar modern. (Baca juga : Organisasi Sosial Di Indonesia Pada Masa Pergerakan Nasional)

Dilatarbelakangi kondisi ekonomi yang jelek di Jawa, dr. Wahidin Sudiro Husodo pada tahun 1906-1907 berkeliling pulau jawa, untuk memperlihatkan penerangan wacana cita-citanya kepada para pegawai Belanda dan dalam berusaha mencari dana untuk beasiswa bagi pelajar Indonesia yang kurang bisa tapi cakap, dr. wahidin berkeinginan untuk mendirikan tubuh pendidikan yang di sebut Studifonds. Usaha dr. Wahidin tidak mendapat jawaban yang positif dari pegawai pemerintahan Belanda.

Namun usahanya mendapat respon dari para pelajar. Usaha beliaulah yang merupakan pendorong bagi pelajar, untuk mendirikan organisasi.

Organisasi Budi Utomo bangun tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa Sekolah Kedokteran (STOVIA) di Jakarta, yaitu Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Budi Utomo (BU) ini semenjak awal sudah memutuskan bidang pendidikan sebagai sentra perhatiannya, dengan wilayah Jawa dan Madura sebagai sasaran. Pro dan kontra selalu mewarnai dalam kehidupan berorganisasi, tak terkecuali BU. Yang kontra mendirikan organisasi tandingan Regent Bond, yang anggota-anggotanya berasal dari kalangan bupati penganut status quo yang tidak menginginkan perubahan. Sedang yang pro, antara lain Tirto Kusumo, merupakan kalangan muda yang berpikiran maju.

Pada kongres BU yang diselenggarakan pada 3-5 Oktober 1908, Tirto Kusumo diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar. Dalam kongres ini etnonasionalisasi semakin bertambah besar. Selain itu, dalam kongres tersebut juga timbul dua kelompok, yaitu kelompok pertama diwakili olah golongan perjaka yang merupakan minoritas yang cenderung menempuh jalan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial. Adapun kelompok kedua merupakan golongan dominan diwakili oleh golongan renta yang menempuh usaha dengan cara lama, yaitu sosiokultural.

Golongan minoritas yang berpandangan maju dalam organisasi ini dipelopori oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo. Dia ingin Budi Utomo bukan hanya sebagai organisasi yang mementingkan rakyat, melainkan organisasi yang mempunyai jaringan di seluruh Indonesia. Sementara itu, golongan renta menginginkan dibentuknya Dewan Pimpinan yang didominasi oleh golongan tua. Golongan ini juga mendukung pendidikan yang luas bagi kaum priyayi dan mendorong aktivitas pengusaha Jawa. Tjipto terpilih sebagai salah satu anggota dewan. Namun, pada 1909 ia mengundurkan diri dan bergabung dengan Indische Partiij.

Pada tahun 1914 terjadi kejadian besar yakni Perang Dunia I, pada ketika itulah BU memikirkan bagaimana mempertahankan Indonesia dari serangan luar. Dalam rapat umumnya di Bandung pada 5-6 Agustus 1915 ditetapkan mosi yang menegaskan pelu adanya milisi yang harus diputuskan dalam parlemen. Menurut BU, untuk tujuan itu harus dibuat parlemen terlebih dahulu. Untuk tujuan itu, BU ikut dalam dalam komite “Indie Weber” yang dalam rapat-rapatnya diusulkan untuk membentuk Dewan rakyat (Volksraad). Dengan perilaku BU yang moderat, ternyata usulan dibentuknya Dewan Perwakilan Rakyat sanggup terlaksana pada tahun 1918, atau ketika Perang Dunia I berakhir, hal ini memperlihatkan bahwa Belanda memandang BU tidak berbahaya bagi Belanda.

Bulan April 1931 BU melaksanakan terobosan besar dengan mengubah anggaran dasarnya, yang salah satu poinnya yaitu membuka diri bagi semua golongan bangsa Indonesia, tidak hanya terbatas pada orang Jawa. Pada kongres itu diputuskan bahwa BU harus bekerja sama dengan oraganisasi-organisasi lain yang bersifat kooperatif.

Anda kini sudah mengetahui Budi Utomo. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment