Teknologi Hibrid, Gabungan Hewan Dan Robot - Siput listrik dan kecoa listrik telah diciptakan. Apa kegunaannya? Simak penjelasannya dibawah ini. Keduanya merupakan hasil penelitian awal untuk membuat produk bibit unggul adonan mesin dan binatang yang berukuran kecil dan sanggup menyediakan energi bagi dirinya. Produk ini akan menjadi robot kecil yang berbeda dari robot-robot sebelumnya.
Masalah utama yang sering dihadapi dalam membuat robot ialah mendesain gerakan robot sesuai dengan yang kita inginkan. Para peneliti akibatnya mendapat pemikiran gres yaitu membuat robot dari makhluk hidup alasannya makhluk hidup sudah mengetahui cara berjalan dan terbang.
Selanjutnya makhluk hidup tersebut dibuat menjadi separo robot dengan perlengkapan yang kita inginkan sehingga kita sanggup mengontrolnya untuk mematuhi perintah kita menyerupai melaksanakan pencarian dan evakuasi dan memata-matai serta menyerang musuh.
Siput yang ditanami elektroda biokatalitik dan terhubung ke sirkuit eksternal melalui klip berbentuk buaya. (Credit: Journal of the American Chemical Society) |
Pemanfaatan robot ini untuk tujuan perang akan menawarkan pengaruh psikologis yang luar biasa bagi pihak musuh. Musuh akan ketakutan alasannya mereka tidak mengetahui dari mana serangan itu berasal.
Siput terang bukan pilihan yang sempurna untuk bidang militer, kecuali mungkin dalam serangan biowarfare, contohnya pada sektor pertanian selada di beberapa bangsa. Namun, selalu ada kemungkinan untuk meemanfaatkan robot ini disemua bidang.
Kelebihan penelitian memakai siput untuk membuat robot hibrid ialah binatang ini gampang ditangkap dan diawasi di laboratorium.
Tantangan utama dalam pembuatan robot dari makhluk hidup ini ialah mereka tidak sanggup dilengkapi dengan baterai, padahal harus ada energi listrik di robot tersebut yang berfungsi untuk menyalakan sensor dan pemancar sehingga sanggup dilakukan pengontrolan. Namun, tidak ada duduk kasus tidak sanggup diatasi.
Hal ini tentunya tidak memjadi duduk kasus bagi Defense Advanced Research Projects , atau DARPA, yaitu forum pemerintah yang dijuluki Alice-in-Wonderland. Lembaga ini mendukung segala macam penelitian yang terkait dengan teknologi pembaca pikiran dan teknologi hibrid yang menggabungkan robot dan binatang.
Program utama DARPA ialah kegiatan penelitian Hybrid Insect Micro Electromechanical Systems, kegiatan yang bertujuan untuk menemukan cara-cara gres ”untuk memanfaatkan sensor alam dan pembangkit listrik pada serangga.”
Pembangkit listrik tersebut merupakan kunci untuk membuat siput listrik. Evgeny Katz, seorang profesor kimia di Clarkson University di Potsdam, NY, dengan rekan kerjanya, melaporkan wacana bekicot listrik dalam The Journal of American Chemical Society bulan ini. Penelitiannya tidak dibiayai oleh DARPA, tetapi melihat hasilnya, tampaknya penelitian ini berkaitan dekat dengan kegiatan yang dikerjakan DARPA.
Suatu ketika nanti, binatang akan menyediakan energi listrik dari tubuhnya untuk sensor, peserta dan perangkat lain yang telah ditanamkan. Tetapi bidang ini masih sangat baru. ”Saat ini kita hanya bekerja pada langkah menghasilkan tenaga listrik tersebut,” kata Dr Katz.
Saat ini Dr. Katz dan rekan penelitiannya mencoba untuk memasukkan dua elektroda yang dilapisi enzim melalui cangkang siput dan meletakkanya di ruang antara cangkang dan tubuh, dimana di ruang tersebut terdapat glukosa yang dihasilkan oleh siput itu sendiri untuk tujuan biologisnya. Enzim ini akan memicu reaksi kimia yang sanggup menghasilkan aliran elektron (energi listrik). Elektron tersebut berasal dari molekul glukosa.
Proses semacam ini juga telah dikerjakan oleh peneliti lainnya menyerupai Adam Heller dari University of Texas di Austin. Dia memiliki gagasan bahwa hal tersebut sanggup diterapkan pada makhluk hidup menyerupai hewan.
Namun, Dr Katz menyampaikan bahwa cara tersebut belum sanggup diplikasikan alasannya pulsa listrik yang dihasilkan masih kecil.
Pada bulan Januari, Daniel Scherson di Case Western Reserve University melaporkan dalam jurnal yang sama bahwa ia dan rekan-rekannya telah memakai metode yang sama untuk menghasilkan energy listrik dari kecoa dengan cara menambahkan kumparan/lilitan yang dibuat menyerupai jamur. Mereka mentarget molekul trehalosa (molekul glukosa ganda/disakarida), yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan glukosa, kata Dr. Scherson. Enzim akan memecah trehalosa menjadi glukosa, dan glukosa inilah yang dipakai sebagai sumber elektron. Cara ini akan menghasilkan energi listrik yang lebih banyak alasannya glukosa yang tersedia bertambah jumlahnya.
Kecoa diimobilisasi (dibuat tidak bergerak) sementara waktu untuk dijadikan pembangkit listrik mini. Setelah percobaan selesai, binatang tersebut ternyata baik-baik saja, katanya. “Setelah kita menghapus implant (perangkat yang ditanamkan), mereka sanggup berlari-lari,” kata Dr Scherson.
Sebelum produk bibit unggul ini sanggup diaplikasikan untuk kepentingan perdamaian maupun perang, masih harus melalui tahapan yang sangat panjang.
Apalagi untuk sanggup dijual di toko mainan, tentunya tahapannya lebih panjang lagi. Sabar ya.
Referensi Jurnal :
Lenka Halámková, Jan Halámek, Vera Bocharova, Alon Szczupak, Lital Alfonta, Evgeny Katz. Implanted Biofuel Cell Operating in a Living Snail. Journal of the American Chemical Society, 2012; 134 (11): 5040 DOI: 10.1021/ja211714w.
Tulisan ini merupakan terjemahan dari goresan pena JAMES GORMAN (Reporter New York times), American Chemical Society dan Science Daily. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment