Pengertian Gerak Rotasi, Kinematika dan Dinamika Rotasi, Momen Gaya Inersia, Kesetimbangan Benda Tegar, Contoh Soal, Kunci Jawaban - Dalam pertunjukan sirkus, seringkali terdapat peragaan kesetimbangan ibarat yang sanggup Anda lihat pada gambar. Dalam peragaan tersebut beberapa orang pemain sirkus saling menumpukkan diri satu sama lain, namun pemain yang dijadikan rujukan tetap sanggup menjaga semoga setiap pemain sanggup berdiri dan melaksanakan atraksinya. Bagaimanakah cara pemain sirkus tersebut melaksanakan peragaan kesetimbangan dan tidak terjatuh? Mengapa pemain sirkus pada gambar sanggup berdiri di atas papan beroda silinder dan tidak tergelincir?
Prinsip Fisika yang mendasari peragaan para pemain sirkus tersebut akan dibahas dalam serpihan ini, yaitu mengenai kinematika dan dinamika gerak rotasi serta kesetimbangan benda tegar.
Cheerleaders. [1] |
Pada serpihan ini, Anda akan diajak untuk sanggup menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menuntaskan persoalan dengan cara memformulasikan kekerabatan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia berdasarkan Hukum Kedua Newton, serta penerapannya dalam persoalan benda tegar.
A. Kinematika Rotasi
Dalam kehidupan sehari-hari, Anda banyak menjumpai pola gerak rotasi. Bumi berotasi pada sumbunya untuk bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit yang bentuknya elips. Demikian juga Bulan yang berotasi pada sumbunya untuk bergerak mengelilingi Bumi.
Mobil yang bergerak mengelilingi suatu sudut juga bergerak dalam busur melingkar. Kajian wacana gerak melingkar telah Anda pelajari di artikel lainnya. Dalam subbab ini, akan dibahas gerak benda yang berotasi pada sumbunya yang ditinjau secara umum memakai fungsi turunan dan integral.
1. Posisi Sudut dan Perpindahan Sudut
Di Kelas X, Anda telah mempelajari bahwa posisi sudut suatu partikel yang bergerak melingkar dinyatakan sebagai θ dengan satuannya dalam radian atau derajat. Apabila partikel tersebut berpindah, perpindahannya disebut perpindahan sudut.
Gambar 1. Sebuah partikel yang berpindah dari titk P ke titik Q dalam lintasan lingkaran. |
Perhatikanlah Gambar 1. di atas. Gambar tersebut memperlihatkan sebuah partikel yang bergerak dalam lintasan berbentuk bulat berjari-jari R. Partikel tersebut berpindah dari titik P ke titik Q dengan jarak perpindahan linear Δs = sQ – sP dan perpindahan sudut Δθ = θQ – θP. Oleh lantaran itu, sanggup dinyatakan kekerabatan sebagai berikut.
Δθ = Δs / r (1-1)
dengan:
Δθ = perpindahan sudut (rad),
Δs = perpindahan linear (m), dan
r = jari-jari bulat (m).
2. Kecepatan Sudut
Berdasarkan definisi kecepatan, kecepatan sudut yakni perubahan posisi sudut partikel per satuan waktu. Kecepatan sudut juga terbagi atas dua, yaitu kecepatan sudut rata-rata dan kecepatan sudut sesaat. Analisa kedua jenis kecepatan tersebut ditinjau dari perhitungan integral dan turunan akan dibahas pada serpihan berikut.
a. Kecepatan Sudut Rata-Rata
Perpindahan sudut yang dilakukan oleh partikel yang bergerak melingkar merupakan fungsi waktu. Dengan demikian, sanggup dituliskan θ = θ (t). Perhatikanlah Gambar 2.
Gambar 2. Perpindahan sudut sebesar Δθ selama selang waktu Δt |
Posisi sudut benda di titik P pada dikala t dinyatakan sebagai θ . Kemudian, partikel tersebut berpindah selama selang waktu Δt sejauh Δθ sehingga pada dikala t + Δt, partikel berada di titik Q dengan posisi sudut θ + Δθ . Perpindahan sudut partikel tersebut yakni :
Δθ = (θ + Δθ) − θ
Dengan demikian, kecepatan sudut partikel sanggup dituliskan sebagai berikut.
(1-2)
Oleh lantaran θ bersatuan derajat, radian, atau putaran, ω pun sanggup bersatuan derajat/sekon, radian/sekon, atau putaran per sekon.
Apabila perpindahan sudut partikel tersebut dibentuk grafik kekerabatan antara posisi sudut (θ ) terhadap waktu (t), ibarat Gambar 3.
Gambar 3. Perpindahan sudut sebesar Δθ selama selang waktu Δt pada partikel yang bergerak melingkar. |
Anda sanggup melihat bahwa kecepatan sudut rata-rata dinyatakan sebagai perubahan posisi selama selang waktu tertentu.
b. Kecepatan Sudut Sesaat
Perhatikanlah grafik posisi sudut terhadap waktu pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik posisi sudut,θ , terhadap waktu, t, kecepatan sudut rata-rata, |
Apabila selang waktu perpindahan partikel yang bergerak melingkar menuju nol, kemiringan garis yang menyatakan kecepatan sudut rata-rata partikel akan semakin curam. Dengan demikian, kecepatan sudut sesaat sanggup didefinisikan sebagai.
(1-3)
atau :
(1-4)
dengan kalimat lain sanggup dinyatkan bahwa ω merupakan turunan pertama dari fungsi posisi sudut terhadap waktu. Satuan kecepatan sudut sesaat dinyatakan dalam radian/sekon.
Contoh Soal 1 :
Posisi sudut suatu titik pada roda dinyatakan oleh θ = (3t2 – 8t + 10) rad dengan t dalam sekon. Tentukanlah:
a. posisi sudut titik tersebut pada dikala t = 2 sekon,
b. kecepatan sudut rata-rata selama 10 sekon pertama, dan
c. kecepatan sudut titik pada dikala t = 10 sekon.
Kunci Jawaban :
Diketahui: θ = (3t2 – 8t + 10) rad.
a. Posisi sudut titik pada dikala t = 2 sekon yakni :
θ = 3t2 – 8t + 10 = 3(2)2 – 8(2) + 10 = 6 rad.
b. Tentukan lebih dahulu posisi sudut titik pada dikala t = 0 dan t = 10 s.
t = 10 s → θ = 3(10)2 – 8(10) + 10 = 230 rad
t = 0 → θ = 3(0)2 – 8(0) + 10 = 10 rad
Δθ = 230 – 10 = 220 rad. Untuk selang waktu Δt = 10 sekon, kecepatan sudut rata-rata adalah
c. Kecepatan sudut sesaat sebagai fungsi waktu ditentukan sebagai berikut.
Kecepatan sudut sesaat titik pada t = 10 s yakni ω = 6t – 8 = 6(10) – 8 = 52 m/s.
Catatan Fisika :
Fly Wheel
Fly Wheel atau roda gila yakni sebuah roda berdiameter besar yang biasanya dipakai pada mesin kendaraan beroda empat untuk menstabilkan gerak mesin melalui gerak rotasi yang dilakukan oleh roda gila tesebut.
3. Menentukan Posisi Sudut dari Fungsi Kecepatan Sudut
Fungsi posisi sudut sanggup ditentukan dengan cara mengintegralkan persamaan sudut sebagai fungsi waktu. Cara ini sama dengan cara memilih posisi suatu benda dari pengintegralan fungsi kecepatan benda yang telah dibahas pada subbab A. Dari Persamaan (1-4) Anda telah mengetahui bahwa :
Apabila persamaan tersebut diintegralkan, akan sanggup dituliskan persamaan integral sebagai berikut :
dengan θ0 = posisi sudut awal (rad atau derajat).
Perhatikanlah grafik pada Gambar 5. Oleh lantaran integral yakni penjumlahan yang kontinyu, nilai :
sama dengan luas tempat di bawah kurva grafik ω terhadap t.
Gambar 5. Posisi sudut partikel sama dengan tempat di bawah kurva. |
4. Percepatan Sudut
Analogi dengan percepatan pada gerak linear, definisi percepatan sudut pada gerak melingkar yakni perubahan kecepatan sudut per satuan waktu. Pembahasan mengenai percepatan sudut juga terbagi atas dua, yaitu percepatan sudut rata-rata dan percepatan sudut sesaat.
a. Percepatan Sudut Rata-Rata
Kecepatan sudut pada dikala t yakni sebesar ω dan pada dikala t + Δt yakni sebesar ω + Δω. Percepatan sudut rata-rata partikel tersebut sanggup dinyatakan sebagai :
(1-6)
atau :
(1-7)
dengan satuan percepatan sudut α yakni dalam rad/s2.
b. Percepatan Sudut Sesaat
Percepatan sudut sesaat didefinisikan sebagai limit percepatan sudut rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil atau Δt menuju nol. Secara matematis, persamaannya dituliskan sebagai berikut.
Catatan Fisika :
Kecepatan sudut rotor helikopter (baling-baling yang terdapat di serpihan ekor helikopter) sanggup diubah dengan cara memberinya percepatan sudut melalui sebuah kontrol yang terdapat di cockpit.
Contoh Soal 2 :
Sebuah roda berotasi pada suatu poros tertentu. Titik partikel pada roda tersebut memenuhi persamaan kecepatan sudut ω = 2t2 – 3t + 8, dengan ω dalam rad/s dan t dalam sekon. Tentukanlah:
a. percepatan sudut rata-rata partikel untuk selang waktu t = 2 sekon hingga t = 6 sekon,
b. percepatan sudut awal partikel, dan
c. percepatan sudut partikel pada dikala t = 6 sekon.
Kunci Jawaban :
Diketahui: ω = 2t2 – 3t + 8.
a. Persamaan umum kecepatan sudut yakni ω = 2t2 – 3t + 8 sehingga
untuk t2 = 6 sekon, ω2 = 2(6)2 – 3(6) + 8 = 62 rad/s, dan
untuk t1 = 2 sekon, ω1 = 2(2)2 – 3(2) + 8 = –6 rad/s.
Percepatan sudut rata-ratanya, diperoleh :
b. Percepatan sudut sebagai fungsi waktu diperoleh dengan menerapkan persamaan berikut.
Percepatan sudut awal partikel (pada t = 0) yakni α = –3 rad/s2.
c Percepatan sudut partikel pada dikala t = 6 sekon yakni α = 4(6) – 3 = 21 rad/s2.
Catatan Fisika :
Roda Gerinda
Roda gerinda dipakai dalam industri untuk mengasah alat-alat berat.Roda gerinda ini mengandung material pengasah dan berotasi pada porosnya sehingga sanggup mengasah permukaan alat-alat berat tersebut.
5. Menentukan Kecepatan Sudut dari Fungsi Percepatan Sudut
Berdasarkan Persamaan (1-7), Anda telah mengetahui bahwa percepatan sudut yakni turunan pertama dari fungsi kecepatan sudut. Oleh lantaran itu, apabila persamaan percepatan sudut sebagai fungsi waktu suatu partikel diintegralkan, akan diperoleh persamaan kecepatan sudutnya.
dengan ω0 = kecepatan sudut awal (rad/s)
Contoh Soal 3 :
Sebuah piringan hitam berputar dengan percepatan sudut α = (10 – 4t) rad/s2 dengan t dalam sekon. Pada dikala t = 0, sebuah titik berada pada sudut θ0 = 0° dengan kecepatan sudut awal ω0 = 4 rad/s. Tentukan:
a. persamaan kecepatan sudut, dan
b. posisi sudut sebagai fungsi waktu.
Kunci Jawaban :
Diketahui: α = (10 – 4t) rad/s2, θ 0 = 0°, dan ω 0 = 4 rad/s.
6. Gerak Melingkar Beraturan dan Gerak Melingkar Berubah Beraturan
Pada gerak melingkar beraturan, kecepatan sudut partikel tetap atau tidak bergantung pada waktu. Oleh lantaran itu, dari Persamaan (1-4) didapatkan persamaan gerak melingkar beraturan sebagai berikut.
Apabila setiap ruas diintegralkan, sanggup dituliskan :
dengan θ0 = posisi sudut dikala t = 0 sekon (rad).
Pada gerak melingkar berubah beraturan, kecepatan sudut partikel berubah terhadap waktu (ω merupakan fungsi waktu) dan partikel bergerak melingkar dengan percepatan sudut, α , konstan. Oleh lantaran itu, dari Persamaan (1-7) didapatkan persamaan gerak melingkar berubah beraturan sebagai berikut.
Apabila ruas kanan dan ruas kiri persamaan diintegralkan, didapatkan :
dengan 0 ω = kecepatan sudut awal (rad/s)
Apabila Persamaan (6-4) diintegralkan, akan diperoleh posisi sudut partikel sebagai berikut.
Oleh lantaran (ωt) = ω0 + αt maka pengintegralan persamaannya menjadi :
Jika θ0 = 0, akan diperoleh persamaan :
(1-13)
Dari Persamaan (1–11) juga sanggup diketahui bahwa :
(1-14)
Oleh lantaran itu jikalau Persamaan (1–14) disubstitusikan ke Persamaan (1–13) akan diperoleh :
ωt2 =ω02 + 2αs (1-15)
Catatan Fisika :
1 putaran = 360° = 2π rad
1 rad = 180/π derajat = 57,3°
1 rpm = 1 rotasi per menit = 1 × (2π / 60 rad/s)
Gerak rotasi dan gerak translasi (persamaan gerak) mempunyai banyak persamaan. Besaran gerak translasi mempunyai kekerabatan dengan gerak rotasi. Hubungan tersebut menghasilkan bentuk rumus gerak rotasi yang sanggup dianalogikan dengan gerak translasi, ibarat terlihat pada Tabel 1. berikut.
1 putaran = 360° = 2π rad
1 rad = 180/π derajat = 57,3°
1 rpm = 1 rotasi per menit = 1 × (2π / 60 rad/s)
7. Analogi Gerak Translasi dan Gerak Rotasi
Gerak rotasi dan gerak translasi (persamaan gerak) mempunyai banyak persamaan. Besaran gerak translasi mempunyai kekerabatan dengan gerak rotasi. Hubungan tersebut menghasilkan bentuk rumus gerak rotasi yang sanggup dianalogikan dengan gerak translasi, ibarat terlihat pada Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Tabel Analogi Gerak Translasi dan Gerak Rotasi
8. Percepatan Linear dan Percepatan Sudut
Titik P mengalami percepatan linear (a) yang terdiri atas percepatan tangensial (at) dan percepatan sentripetal (as), serta percepatan sudut (α ). Percepatan tangensial yakni komponen percepatan berdasarkan arah garis singgung.
Percepatan sentripetal terjadi tanggapan perubahan arah vektor kecepatan dan arah percepatan sentripetal yang arahnya tegak lurus vektor kecepatan (menuju pusat lingkaran). Hubungan antara besaran-besaran tersebut yakni sebagai berikut.
Contoh Soal 4 :
Piringan hitam bergerak melingkar dengan kecepatan sudut 32 rad/s. Kemudian, kecepatannya berkurang menjadi 2 rad/s setelah 10 sekon.
a. Berapakah percepatan sudut meja jikalau dianggap konstan?
b. Jika radius meja putar yakni 10 cm, berapakah besar percepatan tangensial dan percepatan sentripetal sebuah titik di tepi piringan pada dikala t = 10?
c. Berapakah percepatan totalnya?
Kunci Jawaban :
Diketahui: ω 0= 32 rad/s, ω t = 2 rad/s, r = 10 cm, dan t = 10 s.
a. Kecepatan sudut awal diperoleh dari persamaan ω = ω 0 + at.
2 rad/s = 32 rad/s + α (10 s) atau α = –3 rad/s2
Tanda negatif memperlihatkan bahwa putaran piringan hitam diperlambat.
b. Percepatan tangensial at sebuah titik yang terletak pada jarak r = 10 cm dari pusat rotasi yakni :
at = α r =(-3 rad/s2)(10 cm) = –30 cm/s2 (diperlambat)
Percepatan sentripetal dihitung sebagai berikut
as = ω 2 r = (2 rad/s)2(10 cm) = 40 cm/s2
c. Percepatan total benda adalah.
B. Momen Gaya dan Momen Inersia
Pada pelajaran sebelumnya, Anda telah mempelajari wacana gaya sebagai penyebab terjadinya gerak linear dan percepatan linear. Dalam serpihan ini, Anda akan mempelajari wacana dinamika gerak rotasi dan penyebabnya, yaitu momen gaya yang mengakibatkan timbulnya kecepatan sudut.
1. Momen Gaya
Momen gaya (torsi) yakni sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga menjadikan benda tersebut berotasi. Anda telah mengetahui bahwa gaya akan mengakibatkan terjadinya perubahan gerak benda secara linear. Apabila Anda ingin menciptakan sebuah benda berotasi, Anda harus memperlihatkan momen gaya pada benda tersebut. Apakah momen gaya itu? Agar Anda sanggup memahami konsep momen gaya, lakukanlah aktivitas Kerjakanlah Percobaan 1. berikut.
Percobaan Fisika Sederhana 1 :
Memahami Prinsip Momen Gaya
Ambillah satu penggaris. Kemudian, tumpukan salah satu ujungnya pada tepi meja. Doronglah penggaris tersebut ke arah atas atau bawah meja. Bagaimanakah gerak penggaris? Selanjutnya, tariklah penggaris tersebut sejajar dengan arah panjang penggaris. Apakah yang terjadi? Bandingkan kedua insiden tersebut. Kesimpulan apakah yang Anda dapatkan? Diskusikanlah dengan sahabat Anda.
Saat Anda memperlihatkan gaya F yang arahnya tegak lurus terhadap penggaris, penggaris itu cenderung untuk bergerak memutar. Namun, dikala Anda memperlihatkan gaya F yang arahnya sejajar dengan panjang penggaris, penggaris tidak bergerak. Hal yang sama berlaku dikala Anda membuka pintu.
Gaya yang Anda berikan pada pegangan pintu, tegak lurus terhadap daun pintu sehingga pintu sanggup bergerak membuka dengan cara berputar pada engselnya. Gaya yang mengakibatkan benda sanggup berputar berdasarkan sumbu putarnya inilah yang dinamakan momen gaya. Definisi momen gaya secara matematis dituliskan sebagai berikut.
Gambar 7. Sebuah batang dikenai gaya sebesar F yang tegak lurus terhadap batang dan berjarak sejauh r terhadap titik tumpu O. Batang tersebut mempunyai momen gaya τ =r×F |
τ = r × F (1–18)
dengan:
r = lengan gaya = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m),
F = gaya yang bekerja pada benda (N), dan
τ = momen gaya (Nm).
Perhatikan Gambar 8.
Gambar 8. Jungkat-jungkit setimbang lantaran momen gaya pada kedua lengannya sama besar. [4] |
τ1 = r1 × F1
τ1 = (3 m)(250 N)
τ1 = 750 Nm
τ2 = (1,5 m)(500 N)
τ2 = 750 Nm
Dapat disimpulkan bahwa kedudukan setimbang kedua anak yakni tanggapan momen gaya pada kedua lengan sama besar.
Perhatikan Gambar 9.
Gambar 9. Momen gaya yang ditimbulkan oleh gaya yang membentuk sudut θ terhadap benda (lengan gaya = r). |
τ = rF sinθ (1-19)
Dari Persamaan (1–19) tersebut, Anda sanggup menyimpulkan bahwa gaya yang mengakibatkan timbulnya momen gaya pada benda harus membentuk sudut θ terhadap lengan gayanya. Momen gaya terbesar diperoleh dikala θ = 90° (sinθ = 1), yaitu dikala gaya dan lengan gaya saling tegak lurus. Anda juga sanggup menyatakan bahwa jikalau gaya searah dengan arah lengan gaya, tidak ada momen gaya yang ditimbulkan (benda tidak akan berotasi). Perhatikanlah Gambar 10a dan 10b.
Gambar 10. Semakin panjang lengan gaya, momen gaya yang dihasilkan oleh gaya akan semakin besar. [4] |
Arah gaya terhadap lengan gaya memilih besarnya momen gaya yang ditimbulkan. Momen gaya yang dihasilkan oleh gaya sebesar F pada Gambar 10b lebih besar daripada momen gaya yang dihasilkan oleh besar gaya F yang sama pada Gambar 10a. Hal tersebut disebabkan sudut antara arah gaya terhadap lengan gayanya. Momen gaya yang dihasilkan juga akan semakin besar jikalau lengan gaya semakin panjang, ibarat terlihat pada Gambar 10c. Dengan demikian, sanggup disimpulkan bahwa besar gaya F yang sama akan menghasilkan momen gaya yang lebih besar jikalau lengan gaya semakin besar. Prinsip ini dimanfaatkan oleh tukang pipa untuk membuka sambungan antarpipa.
Sebagai besaran vektor, momen gaya τ mempunyai besar dan arah. Perjanjian tanda untuk arah momen gaya yakni sebagai berikut.
a. Momen gaya, τ, diberi tanda positif jikalau cenderung memutar benda searah putaran jarum jam, atau arahnya mendekati pembaca.
b. Momen gaya, τ, diberi tanda negatif jikalau cenderung memutar benda berlawanan arah putaran jarum jam, atau arahnya menjauhi pembaca.
Perjanjian tanda untuk arah momen gaya ini sanggup dijelaskan dengan hukum tangan kanan, ibarat yang ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11. (a) Gaya yang menghasilkan momen gaya positif (mendekati pembaca) ditandai dengan titik. (b) Gaya yang menghasilkan momen gaya negatif (menjauhi pembaca) ditandai dengan tanda silang. [5] |
Gambar 12. Pada benda bekerja dua gaya, yaitu F1 dan F2 yang menghasilkan momen gaya –τ1 dan +τ 2 . |
Perhatikan Gambar 12. Jika pada benda bekerja beberapa gaya, momen gaya total benda tersebut yakni sebagai berikut. Besar τ yang ditimbulkan oleh F1 dan F2 terhadap titik O adalah τ1 dan τ2. τ1 bernilai negatif lantaran arah rotasi yang ditimbulkannya berlawanan arah putaran jarum jam. Sedangkan, τ2 bernilai positif lantaran arah rotasi yang ditimbulkannya searah putaran jarum jam. Resultan momen gaya benda itu terhadap titik O dinyatakan sebagai jumlah vektor dari setiap momen gaya. Secara matematis dituliskan :
τ total = Σ (r × F)
atau :
τtotal = τ1 + τ2
Contoh Soal 5 :
Pada sebuah benda bekerja gaya 20 N ibarat pada gambar. Jika titik tangkap gaya berjarak 25 cm dari titik P, berapakah besar momen gaya terhadap titik P?
Diketahui: F = 20 N, r = 25 cm, dan θ = 150°.
τ = r F sinθ
τ = (0,25 cm)(20 N)(sin 150°)
τ = (0,25 cm)(20 N)(1/2)
τ = 2,5 Nm.
Contoh Soal 6 :
Sebuah gaya F = (3i + 5j) N mempunyai lengan gaya r = (4i + 2j) m terhadap suatu titik poros. Vektor i dan j berturut-turut yakni vektor satuan yang searah dengan sumbu-x dan sumbu-y pada koordinat Kartesian. Berapakah besar momen gaya yang dilakukan gaya F terhadap titik poros?
Kunci Jawaban :
Diketahui: F = (3i + 5j)N dan r = (4i + 2j)m.
τ = r × F = (4i + 2j)m × (3i + 5j)N = (4)(5) (k) Nm + (2)(3) (–k) Nm = 14 k
Jadi, besarnya momen gaya 14 Nm yang searah sumbu z.
Contoh Soal 7 :
Batang AC yang panjangnya 30 cm diberi gaya ibarat terlihat pada gambar. Jika BC = 10 cm dan F1 = F2 = 20 N, berapakah momen gaya total terhadap titik A?
Diketahui: r1 = 20 cm, F1 = F2 = 20 N, r2 = 30 cm, θ 1 =53°, dan θ 2 = 90°.
τ = –r1 F1 sinθ 1 + r2 F2 sinθ 2
τ = –(0,2 m)(20 N)(sin 53°) + (0,3 m)(20 N)(sin 90°)
τ = –3,2 Nm + 6 Nm = –2,8 Nm.
2. Momen Kopel
Kopel yakni pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar, dan berlawanan arah. Kopel yang bekerja pada suatu benda akan menjadikan benda tersebut berotasi.
Gambar 13. Kopel dari dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah. |
M = F × d (1–21)
Perjanjian tandanya, yaitu jikalau kopel mengakibatkan perputaran benda searah putaran jarum jam, momen kopel (M) bernilai positif (mendekati pembaca, ʘ). Sebaliknya, apabila kopel mengakibatkan perputaran benda berlawanan arah dengan putaran jarum jam, momen kopel bernilai negatif (menjauhi pembaca ⊗).
Gambar 14. (a) Momen kopel positif mendekati pembaca diberi tanda ʘ. (b) Momen kopel negatif menjauhi pembaca diberi tanda ⊗. |
Contoh aplikasi momen kopel dalam keseharian terdapat pada pedal sepeda. Kedua kaki akan memperlihatkan gaya F yang sama pada pedal sepeda (panjang pedal sama) dengan arah keduanya saling berlawanan.
Gambar 15. Kopel dipakai dalam mengayuh sepeda. [6] |
3. Momen Inersia
Sebuah benda yang berotasi pada sumbunya, cenderung untuk terus berotasi pada sumbu tersebut selama tidak ada gaya luar (momen gaya) yang bekerja padanya. Ukuran yang memilih kelembaman benda terhadap gerak rotasi dinamakan momen inersia (I).
Momen inersia suatu bergantung pada massa benda dan jarak massa benda tersebut terhadap sumbu rotasi. Jika benda berupa partikel atau titik bermassa m berotasi mengelilingi sumbu putar yang berjarak r, momen inersia partikel itu dinyatakan dengan persamaan
I = mr2 (1–22)
Dari Persamaan (1–22) itu, Anda sanggup menyimpulkan bahwa momen inersia suatu partikel berbanding lurus dengan massa partikel dan kuadrat jarak partikel tersebut terhadap sumbu rotasinya.
Dengan demikian, semakin jauh jarak poros benda (sumbu rotasinya), besar momen inersia benda tersebut akan semakin besar. Prinsip ini banyak dipakai dalam atraksi sirkus, contohnya atraksi berjalan pada seutas tali. Dalam atraksi tersebut, pemain akrobat membawa sepotong kayu panjang yang akan memperbesar momen inersianya sehingga ia sanggup menyeimbangkan badannya dikala berjalan pada tali tersebut.
Gambar 16. Kayu panjang yang dibawa pemain akrobat memperbesar momen inersianya sehingga ia sanggup menyeimbangkan tubuhnya dikala berjalan menyusuri tali. [7] |
Apabila terdapat banyak partikel dengan massanya masing-masing m1, m2, dan m3, serta mempunyai jarak masing-masing r1, r2, dan r3 terhadap poros (sumbu rotasi), momen inersia total partikel tersebut yakni penjumlahan momen inersia setiap partikelnya. Secara matematis, dituliskan sebagai berikut.
Contoh Soal 8 :
Empat partikel dihubungkan dengan batang kayu yang ringan dan massanya diabaikan ibarat pada gambar berikut.
Jika jarak antarpartikel sama, yaitu 20 cm, berapakah momen inersia sistem partikel tersebut terhadap
a. poros PQ;
b. poros RS.
Kunci Jawaban :
Diketahui: m1 = 1 kg, m2 = 2 kg, m3 = 2 kg, m4 = 1 kg, dan r = 20 cm.
a. Momen inersia sistem terhadap poros PQ, berarti PQ sebagai sumbu rotasi
I = m1r12 + m2r22 + m3r32 + m4r42
I = (1 kg)(0,2 m)2 + (2 kg)(0 m)2 + (2 kg)(0,2 m)2 + (1 kg)(0,4 m)2 = 0,28 kgm2b. Momen inersia sistem terhadap poros RS, berarti RS sebagai sumbu rotasi
I = m1r12 + m2r22 + m3r32 + m4r42
I = (1 kg)(0,6 m)2 + (2 kg)(0,4 m)2 + (2 kg)(0,2 m)2 + (1 kg)(0 m)2 = 0,76 kgm2 Catatan Fisika :
Momen Inersia
Dengan mengukur perubahan yang kecil pada orbit satelitsatelit, mahir geofisika sanggup mengukur momen inersia Bumi. Hal ini menginformasikan pada kita bagaimana massa planetplanet terdistribusi di serpihan dalamnya. Teknik yang sama juga telah dipakai di pesawat ruang angkasa antarplanet untuk menyelidiki struktur dalam dari dunia-dunia lain. Sumber: Fisika Universitas, 2002. [8] |
Dengan mengukur perubahan yang kecil pada orbit satelit-satelit, mahir geofisika sanggup mengukur momen inersia Bumi. Hal ini menginformasikan pada kita bagaimana massa planet-planet terdistribusi di serpihan dalamnya. Teknik yang sama juga telah dipakai di pesawat ruang angkasa antarplanet untuk menyelidiki struktur dalam dari dunia-dunia lain. (Sumber: Fisika Universitas, 2002)
Benda tegar yakni suatu benda yang mempunyai satu kesatuan massa yang kontinu (tidak terpisahkan antara satu sama lain) dan bentuknya teratur. Pada benda tegar, massa benda terkonsentrasi pada pusat massanya dan tersebar pada jarak yang sama dari titik pusat massa benda. Oleh lantaran itu, momen inersia benda tegar sanggup dihitung memakai teknik integral dengan persamaan
Benda tegar yakni suatu benda yang mempunyai satu kesatuan massa yang kontinu (tidak terpisahkan antara satu sama lain) dan bentuknya teratur. Pada benda tegar, massa benda terkonsentrasi pada pusat massanya dan tersebar pada jarak yang sama dari titik pusat massa benda. Oleh lantaran itu, momen inersia benda tegar sanggup dihitung memakai teknik integral dengan persamaan
I = ∫ r2dm (1–24)
Momen inersia aneka macam bentuk benda tegar berdasarkan sumbu rotasinya dituliskan pada tabel berikut.
Dalam kasus benda tegar, apabila momen inersia benda terhadap pusat massa Ipm diketahui, momen inersia benda terhadap sumbu lain yang paralel dengan sumbu pusat massa sanggup dihitung memakai teori sumbu paralel, yaitu
I = Ipm + md2 (1–25)
dengan:
d = jarak dari sumbu pusat massa ke sumbu paralel (m), dan
m = massa benda (kg).
Contoh Soal 9 :.
Sebatang kayu silinder panjangnya 100 cm dan bermassa 800 g. Tentukan momen inersia batang kayu itu, jikalau batang kayu tersebut berputar dengan sumbu putarnya:
a. di tengah-tengah,
b. di ujung.
Kunci Jawaban :
Diketahui: l = 100 cm dan m = 800 g = 0,8 kg.
a. Momen inersia batang kayu dengan sumbu putarnya di tengah:
I = 1/12 ml2 = 1/12 (0,8 kg)(1 m)2 = 0,067 kgm2.
b. Momen inersia batang kayu dengan sumbu putarnya di ujung:
I = 1/3 ml2 = 1/3 (0,8 kg)(1 m)2 = 0,067 kgm2.
I = 1/3 ml2 = 1/3 (0,8 kg)(1 m)2 = 0,067 kgm2.
Contoh Soal 10 :
Sebuah piringan yang bermassa M dirotasikan dengan poros melalui pusat massa O dan tegak lurus pada piringan. Momen inersia pusat massa piringan tersebut adalah Ipm = 1/2 mR2 dengan R yakni jari-jari piringan. Tentukanlah momen inersia piringan tersebut jikalau poros digeser ke sisi piringan, yaitu di titik S yang sejajar dengan poros semula.
Kunci Jawaban :
Diketahui: Ipm = 1/2 mR2 dan d = R.
Karena sumbu putar digeser sejauh d = R dari pusat massa, berdasarkan teorema sumbu sejajar, momen inersia piringan adalah
Is = Ipm + md2 = 1/2 mR2 + mR2 = 3/2 mR2.
C. Dinamika Rotasi
Pada pembahasan materi sebelumnya, Anda telah mempelajari bahwa penyebab gerak translasi yakni gaya F dan penyebab gerak rotasi yakni momen gaya τ. Menurut Hukum Kedua Newton, persamaan gerak translasi benda membisu bermassa m yang dikenai gaya F dan bergerak dengan percepatan a yakni F = m x a. Demikian juga untuk benda dengan momen inersia I yang bergerak rotasi dengan percepatan sudut α lantaran adanya momen gaya τ, persamaannya yakni τ = I x α .
Analogi dan kekerabatan antara gerak translasi dan gerak rotasi sanggup dilihat pada Tabel 3. berikut.
Tabel 3. Analogi Gerak Translasi dan Rotasi
1. Hubungan antara Momen Gaya dan Percepatan Sudut
Hubungan antara momen gaya dan percepatan sudut pada gerak rotasi analog dengan Hukum Kedua Newton pada gerak translasi. Pada gerak rotasi, berlaku kekerabatan sebagai berikut.
τ= Iα (1–26)
dengan:
τ = momen gaya (Nm),
I = momen inersia (kgm2), dan
α = percepatan sudut (rad/s2).
Catatan Fisika :
Obeng [11]
Mengendurkan atau mengencangkan sebuah sekrup memerlukan derma percepatan sudut pada sekrup. Hal itu berarti memperlihatkan torsi pada sekrup. Pemberian torsi ini gampang dilakukan dengan memakai obeng berjari-jari pegangan yang besar. Obeng ini akan menghasilkan lengan pengungkit besar untuk gaya yang diberikan oleh tangan Anda. (Sumber: Fisika Universitas, 2002)
Contoh Soal 11 :
Sebuah roda berputar dari kecepatan 10 rad/s menjadi 70 rad/s lantaran menerima momen gaya tetap dalam waktu 3 sekon. Jika momen kelembaman roda 4 kg m2, tentukanlah besar momen gaya tersebut.
Kunci Jawaban :
Diketahui: ω 0 = 10 rad/s, ω = 70 rad/s, I = 4 kg m2, dan t = 3 s.
Contoh Soal 12 :
Sebuah bola pejal yang berdiameter 40 cm berotasi dengan poros yang melalui pusat bola. Persamaan kecepatan sudut bola yakni (5 + 20t) rad/s dengan t dalam sekon. Apabila massa bola 4 kg, tentukan momen gaya yang bekerja pada bola.
Kunci Jawaban :
Diketahui: d = 40 cm, ω = (5 + 20t) rad/s, m = 4 kg, dan I = 2/5 mR2.
Catatan Fisika :
Torsi
Sejak dahulu, pengukuran massa benda dilakukan dengan cara menyeimbangkan torsi antara dua lengan gaya suatu neraca yang dikenal dengan nama neraca lengan. (Sumber: Conceptual physics, 1998)
Contoh Soal 13 :
Sebuah silinder pejal berjari-jari 15 cm dan bermassa 2 kg dijadikan katrol untuk sebuah sumur, ibarat tampak pada gambar. Batang yang dijadikan poros mempunyai permukaan licin sempurna. Seutas tali yang massanya sanggup diabaikan, digulung pada silinder. Kemudian, sebuah baskom bermassa 1 kg diikatkan pada ujung tali. Tentukan percepatan baskom dikala jatuh ke dalam sumur.
Contoh Soal 13 :
Sebuah silinder pejal berjari-jari 15 cm dan bermassa 2 kg dijadikan katrol untuk sebuah sumur, ibarat tampak pada gambar. Batang yang dijadikan poros mempunyai permukaan licin sempurna. Seutas tali yang massanya sanggup diabaikan, digulung pada silinder. Kemudian, sebuah baskom bermassa 1 kg diikatkan pada ujung tali. Tentukan percepatan baskom dikala jatuh ke dalam sumur.
Kunci Jawaban :
Diketahui: R = 15 cm, massa katrol silinder M = 2 kg, dan massa baskom m = 1 kg.
Berdasarkan persamaan momen gaya didapatkan :
τ= Iα
RT = I (a/R)
T = I a/R2 .... (a)
Berdasarkan Hukum Newton didapatkan :
Σ F = ma
mg – T = ma .... (b)
Sebuah benda pejal bermassa M dan berjari-jari R, mempunyai momen inersia I = kMR2. Benda tersebut menggelinding pada suatu bidang miring dengan sudut kemiringan, ibarat tampak pada gambar.
a. Berapakah percepatan yang dialami benda pejal tersebut?
b. Tentukanlah percepatan yang terjadi, jikalau benda itu berupa bola dengan momen inersia I =2/5 MR2, atau silinder dengan I =1/2 MR2.
Kunci Jawaban :
Diketahui: Ibenda pejal = kMR2.
a. Menurut Hukum Kedua Newton pada gerak translasi, diperoleh kekerabatan :
Mg sin θ – f = Ma atau Ma + f = Mg sin θ .... (a)
Berdasarkan prinsip rotasi terhadap pusat benda, berlaku kekerabatan :
τ=Iα → f R = kMR α→ f = kMa .... (b)
Substitusikan Persamaan (b) ke dalam Persamaan (a), diperoleh :
Ma + kMa = Mg sinθ → a = (gsinθ) / (k+1)
b. Untuk silinder dengan k = 1/2, diperoleh :
2. Energi dan Usaha dalam Gerak Rotasi
Perhatikanlah roda delman, ibarat terlihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Roda delman yang sedang berjalan merupakan salah satu pola gerak menggelinding. [12] |
Pada Gambar 18b, gaya F bekerja di jari-jari roda sehingga mengakibatkan roda berotasi pada pusat massanya. Jika kedua jenis gerak yang dilakukan pada Gambar 18a dan 18b disatukan, roda akan menggelinding, ibarat yang terlihat pada Gambar 18c.
Gambar 18. (a) Roda bergerak translasi lantaran ditarik dengan gaya yang bekerja pada titik pusat massanya (PM). (b) Roda berotasi pada titik pusat massanya (PM). (c) Roda menggelinding. |
Dalam melaksanakan gerak menggelinding, diharapkan gaya gesek antara benda dengan permukaan. Jika tidak ada gaya gesek maka benda tersebut akan tergelincir atau slip (benda hanya melaksanakan gerak translasi). Perhatikanlah Gambar 19.
Dari uraian gaya-gaya yang bekerja pada roda tersebut sanggup Anda lihat bahwa gaya normal N, gaya F, dan gaya berat ω bekerja pada titik pusat massa roda. Gaya F mengakibatkan benda bertranslasi. Gaya gesek f menimbulkan momen gaya pada roda sebesar τ sehingga roda sanggup berotasi dan menggelinding tanpa slip. Dapat disimpulkan bahwa gaya gesek yang bekerja pada benda, memegang peranan penting semoga benda sanggup menggelinding tepat tanpa slip.
Gambar 19. Sebuah bola pejal yang menggelinding tanpa slip pada suatu permukaan datar. |
Dalam kehidupan sehari hari, konsep menggelinding tanpa slip ini sanggup Anda temukan pada desain ban kendaraan, contohnya kendaraan beroda empat dan motor. Desain permukaan ban kendaraan dirancang sedemikian rupa semoga goresan yang ditimbulkan dikala ban bersentuhan dengan jalan, sanggup menciptakan roda menggelinding tepat tanpa slip.
Percobaan Fisika Sederhana 2 :
Menganalisa Penerapan Konsep Menggelinding Pada Desain Ban Desain ban suatu kendaraan berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan kendaraan tersebut. Jika Anda perhatikan, ban yang dipakai oleh para pembalap Formula One mempunyai permukaan yang lebih licin daripada ban kendaraan beroda empat biasa, bahkan terkadang tidak bergerigi sama sekali. Menurut Anda, adakah gaya gesek yang ditimbulkan oleh ban kendaraan beroda empat balap itu? Apabila dihubungkan dengan konsep menggelinding tanpa slip, apakah fungsi ban ibarat yang dipakai oleh para pembalap tersebut? Untuk mendukung jawaban Anda, cobalah Anda cari informasi lebih lanjut mengenai kegunaan desain ban kendaraan beroda empat balap dan perbandingannya dengan desain ban kendaraan beroda empat biasa di perpustakaan, internet, dan sumber-sumber lainnya.
Diskusikan jawaban Anda tersebut bersama dengan teman-teman kelompok Anda serta guru Fisika Anda.
Ketika sedang menggelinding, benda mempunyai energi kinetik yang terbagi atas dua jenis, yaitu energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi. Anda telah mengetahui pada benda yang bergerak translasi, energi kinetiknya yakni energi kinetik translasi, yaitu
EK trans = ½ mv2
Sedangkan, pada benda yang berotasi murni, energi kinetiknya yakni energi kinetik rotasi, yaitu
EK rot = ½ Iω2 (1–27)
Pada benda yang menggelinding, gerak benda merupakan perpaduan
antara gerak translasi dan gerak rotasi. Oleh lantaran itu, energi kinetik yang
dimiliki benda yakni energi kinetik total, yaitu
EK tot = EK trans + EK rot
EK tot = ½ mv2 + ½ Iω2 (1–28)
Jika resultan momen gaya luar yang bekerja pada benda sama dengan nol (tidak ada momen gaya luar yang bekerja pada benda), pada gerak rotasi tersebut berlaku Hukum Kekekalan Energi Mekanik, yang dituliskan sebagai berikut.
ΔEP = ΔEK trans + ΔEK rot (1–29)
Sebuah benda pejal bermassa M, jari-jari R, dan momen inersia I = kMR2 (k yakni sebuah konstanta) menggelinding menuruni bidang miring, ibarat tampak pada gambar.
a. Nyatakan kelajuan bola pada dikala datang di dasar bukit.
b. Jika benda pejal yakni bola (k = 2/5), berapakah kelajuan bola di dasar bukit?
c. Tentukan juga kelajuannya apabila benda tersebut yakni silinder (k = 1/2 ).
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = M, r = R, dan I = kMR2.
Catatan Fisika :
Syarat semoga suatu roda berjari-jari dan kelajuan sudut pusat massanya ω sanggup menggelinding tanpa slip yakni roda tersebut harus mempunyai kecepatan pusat massa vpm = ω.
3. Momentum Sudut dan Hukum Kekelan Momentum Sudut
Pada Bab 5, Anda telah mempelajari bahwa sebuah benda yang bergerak pada suatu garis lurus, mempunyai momentum yang disebut momentum linear. Sekarang, bagaimana dengan benda yang berotasi? Pada benda yang melaksanakan gerak rotasi juga terdapat momentum yang disebut momentum sudut. Momentum sudut didefinisikan sebagai perkalian antara momen inersia dan kecepatan sudut. Secara matematis, ditulis sebagai berikut.
L = Iω (6–30)
dengan:
I = momen inersia (kgm2),
ω = kecepatan sudut (rad/s), dan
L = momentum sudut (kgm2/s).
Momentum sudut merupakan besaran vektor lantaran mempunyai besar dan arah. Arah momentum sudut sanggup ditentukan dengan hukum tangan kanan, ibarat yang ditunjukkan pada Gambar 20.
Gambar 20. Arah putaran keempat jari memperlihatkan arah rotasi, sedangkan ibu jari memperlihatkan arah momentum sudut. |
Apabila jari-jari benda yang melaksanakan gerak rotasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan jarak benda itu terhadap sumbu rotasi r, momentum sudut benda itu dinyatakan sebagai momentum sudut partikel yang secara matematis dituliskan sebagai
L = mvr (1–31)
Jika momen gaya luar sama dengan nol, berlaku Hukum Kekekalan Momentum Sudut, yaitu momentum sudut awal akan sama besar dengan momentum sudut akhir.
Gambar 21. Benda pejal bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v pada bulat berjari-jari r. Momentum sudutnya L = mvr. |
Lawal = Lakhir
Dari Persamaan (1–32), sanggup dilihat bahwa apabila I bertambah besar, ω akan semakin kecil. Sebaliknya, apabila ω semakin besar maka I akan mengecil. Prinsip ini diaplikasikan oleh pemain es skating dalam melaksanakan putaran (spinning). Saat akan memulai putaran badan, pemain es skating merentangkan lengannya (momen inersia pemain akan semakin besar lantaran jarak lengan dengan tubuh bertambah). Kemudian, ia merapatkan kedua lengannya ke arah tubuh semoga momen inersianya mengecil sehingga putaran badannya akan semakin cepat (kecepatan sudutnya membesar).
Gambar 22. Putaran tubuh (ω) dari pemain es skating ini bertambah cepat dikala ia merapatkan kedua tangannya ke arah badan. [13] |
Contoh Soal 16 :
Diketahui sebuah piringan hitam bermassa m dan berjari-jari R. Piringan hitam ini diletakkan di atas sebuah meja putar dengan jari-jari R dan massa M yang sedang berputar dengan kecepatan sudut ω . Meja putar ini sanggup berputar dengan bebas tanpa ada momen gaya luar yang bekerja padanya. Jika piringan hitam dan meja putar sanggup dianggap sebagai silinder homogen, berapakah kecepatan sudut selesai sistem?
Kunci Jawaban :
Diketahui: mmeja = M, rmeja = R, ωmeja = ω , mpiringan = m, dan rpiringan = R.
Gunakan Hukum Kekekalan Momentum Sudut, yaitu :
(momentum sudut awal = momentum sudut akhir)
Lmeja = Lmeja + Lpiringan → Imω = Imω2 + Ipω2
(1/2 MR2)ω=(1/2 MR2+1/2 mR2)
Mω = (M + m) ω '
Kecepatan sudut selesai sistem yakni :
D. Kesetimbangan Benda Tegar
1. Syarat Kesetimbangan
Menurut Hukum Pertama Newton, apabila resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, percepatan benda tersebut juga akan sama dengan nol. Dalam hal ini, sanggup diartikan bahwa benda berada dalam keadaan membisu atau bergerak dengan kecepatan tetap. Kondisi ini berlaku untuk gerak translasi dan gerak rotasi. Apabila pada benda berlaku kekerabatan Σ F = 0 dan Στ = 0 (a = 0 dan α = 0) maka dikatakan benda tersebut dalam keadaan setimbang.
Benda yang berada dalam keadaan setimbang tidak harus diam, akan tetapi harus mempunyai nilai percepatan linier a = 0 (untuk gerak translasi) dan percepatan sudut α = 0 (untuk gerak rotasi). Sebaliknya, benda yang membisu niscaya berada dalam keadaan setimbang. Dengan demikian, keadaan setimbang itu terdapat dua macam, yaitu
a. Setimbang statik (benda diam).
v = 0 dan ω = 0
Σ F = 0 dan Στ = 0
b. Setimbang mekanik (benda bergerak translasi atau rotasi).
a. Setimbang translasi → benda bertranslasi dengan v konstan.
b. Setimbang rotasi (untuk benda tegar) → benda berotasi dengan ω konstan.
2. Pusat Massa dan Titik Berat Benda
Benda tegar yang melaksanakan gerak rotasi, mempunyai pusat massa yang tidak melaksanakan gerak translasi (v = 0). Berbeda dengan sebuah partikel yang bergerak melingkar beraturan, partikel tersebut mempunyai pusat massa yang melaksanakan gerak translasi (v ≠ 0) dengan arah yang selalu berubah lantaran adanya percepatan sentripetal, as di mana F ≠ 0. Perhatikanlah Gambar 23. berikut.
Gambar 23. Pusat massa sebuah kunci Inggris yang sedang berputar berada dalam satu garis lurus. Pusat massa ini bertranslasi dengan arah yang selalu berubah. [4] |
Letak pusat massa suatu benda memilih kestabilan (kesetimbangan) benda tersebut. Jika dari titik pusat massa benda ditarik garis lurus ke bawah dan garis tersebut jatuh pada serpihan ganjal benda, dikatakan benda berada dalam keadaan setimbang stabil. Namun, apabila garis lurus yang ditarik dari titik pusat massa jatuh di luar ganjal benda maka benda dikatakan tidak stabil.
Menara Pisa yang miring masih tetap sanggup berdiri selama berabad-abad. Mengapa menara tersebut tidak jatuh? Dari ilustrasi Gambar 26, sanggup dilihat bahwa garis yang ditarik dari pusat massa menara masih jatuh pada alasnya sehingga menara berada dalam keadaan stabil (setimbang).
Gambar 24. Letak titik pusat massa menara Pisa masih berada di dalam alasnya sehingga menara tetap dalam keadaan stabil. [4] |
Gambar 25. Benda berbentuk kerucut merupakan benda yang paling stabil dibandingkan dengan ketiga benda lainnya. [4] |
Dari gambar tersebut sanggup dilihat bahwa semakin lebar ganjal suatu benda, gaya yang diharapkan untuk menggulingkannya akan semakin besar lantaran jarak yang diharapkan untuk menaikkan titik pusat massa benda (ditandai tanda panah) sehingga benda sanggup digulingkan juga besar. Titik berat benda yakni titik tangkap gaya berat suatu benda, di mana titik tersebut dipengaruhi oleh medan gravitasi. Penentuan letak titik berat ini sanggup dilakukan dengan gampang apabila benda bersifat homogen dan beraturan (seperti kubus, bola, dan silinder). Apabila benda tidak homogen atau tidak beraturan, penentuan titik beratnya yakni sebagai berikut.
Anggaplah benda berupa kumpulan titik-titik massa, yaitu m1, m2, m3, dan seterusnya yang terletak pada koordinat (x1, y1), (x2, y2), (x3, y3), dan seterusnya. Titik berat benda terhadap sumbu-x adalah (m1 + m2 + m3 + ...) gy0 = m1 gy1 + m2 gy2 + m3 gy3 + ...
Titik berat benda terhadap sumbu-y yakni :
(m1 + m2 + m3 + ...) gy0 = m1 gy1 + m2 gy2 + m3 gy3 + ...
maka momen gaya berat benda terhadap sumbu-x yakni :
Percobaan Fisika Sederhana 3 :
Menentukan Titik Berat Benda Tidak Beraturan
Alat dan Bahan :
- Sepotong karton dengan bentuk sembarang
- Seutas tali dengan pemberat di ujungnya
- Statif
- Buatlah tiga lubang pada potongan karton (letak lubang sembarang) dan berilah nomor lubang 1, lubang 2, dan lubang 3.
- Gantunglah karton itu pada lubang 1 dengan memakai statif ibarat terlihat pada gambar.
- Gantungkanlah tali yang mempunyai pemberat pad statif. Pastikanlah tali dan pemberatnya sanggup menggantung secara bebas dan tidak terhalang.
- Setelah karton dan tali berada dalam keadaan setimbang, buatlah garis putus-putus yang berasal dari lubang 1 dan berimpit dengan tali. Kemudian, namai garis itu sebagai garis l1.
- Lakukanlah langkah ke–2 hingga dengan ke-4 pada lubang 2 dan lubang 3.
- Apakah kesimpulan yang Anda dapatkan dari aktivitas tersebut?
- Diskusikan dan komunikasikanlah kesimpulan tersebut dengan teman-teman dan guru Fisika Anda.
Perhatikanlah gambar tiga jenis kesetimbangan statis benda tegar, yaitu kesetimbangan stabil, labil, dan netral pada Gambar 26. berikut.
Gambar 26. (a) Benda setimbang stabil (mantap). (b) Benda setimbang labil (goyang). (c) Benda setimbang netral (inde erent/sembarang). |
a. Kesetimbangan stabil (mantap), ialah jenis kesetimbangan benda di mana apabila benda diberi gangguan (gaya luar) maka benda akan bergerak. Kemudian, apabila gangguan gaya luar tersebut dihilangkan maka benda akan membisu dan kembali pada kedudukannya semula. Perhatikanlah Gambar 26a. Titik berat benda akan naik, jikalau benda hendak menggelinding lantaran gaya F. Kedudukan benda setelah digulingkan akan tetap.
b. Kesetimbangan labil (goyah), ialah jenis kesetimbangan benda dimana benda tidak sanggup kembali ke kedudukannya semula apabila gaya luar (gangguan) yang diberikan padanya dihilangkan. Perhatikanlah Gambar 26b. Titik berat benda O turun, apabila benda hendak menggelinding lantaran gaya F. Kedudukan benda sebelum dan setelah digelindingkan berubah.
c. Kesetimbangan netral (indifferent/sembarang), ialah jenis kesetimbangan benda di mana apabila benda diberi gangguan, benda akan bergerak. Kemudian, apabila gangguan dihilangkan, benda akan kembali membisu pada posisinya yang baru. Perhatikanlah Gambar 26c. Titik berat benda, O, tidak naik maupun turun apabila benda menggelinding. Setelah menggelinding, benda kembali setimbang di posisinya yang baru.
Catatan Fisika :
Menara Derek
Di kapal dan galangan kapal terdapat derek kapal, yaitu sebuah derek statis yang dioperasikan dengan kabel yang dihubungkan pada sebuah menara. Menara derek juga sanggup dijumpai pada pembangunan gedung-gedung. Menara derek ini harus selalu berada dalam keadaan setimbang semoga tidak timbul total momen gaya yang akan merobohkan menara derek tersebut.
Salah satu derek yang populer yakni derek Gottwald MK 1000 yang diberi julukan “ irdie ne” lantaran menara derek tersebut pernah mengangkat beban yang sangat berat, yaitu menempatkan reaktor berkapasitas 742 ton di kilang minyak Selandia Baru. (Sumber: Oxford Encyclopedy, 1995)
Contoh Soal 17 :
Batang AC bermassa 40 kg dan panjangnya 3 m. Jarak rujukan A dan B yakni 2 m (di B papan dapat berputar) seorang anak bermassa 25 kg berjalan dari A menuju C. Berapa jarak minimum anak dari titik C semoga papan tetap setimbang (ujung batang A hampir terangkat)?
Kunci Jawaban :
Στ = 0
wAC (0,5 m) = wanak (1 – x)
(400 N) (0,5 m) = (250 N)(1 – x)
200 Nm = (250 N) – (250x Nm)
250x Nm = 50 N
x = 0,2 m Contoh Soal 18 :
Pada sistem kesetimbangan benda tegar ibarat pada gambar di samping, batang AB homogen dengan panjang 80 cm, beratnya 18 N, menyangga beban seberat 30 N, BC yakni tali.
a. Berapakah tegangan pada tali (dalam newton) jikalau jarak AC = 60 cm?
b. Tentukanlah besar gaya reaksi dinding terhadap batang di titik A?
Kunci Jawaban :
Diketahui: AB = 80 cm, mAB = 18 N, dan wbeban = 30 N.
Oleh lantaran AB = 80 cm dan AC = 60 cm maka :
sinα = 0,6 atauα = 37°.
Berdasarkan syarat kesetimbangan gaya pada titik A, diperoleh:
Στ A = 0
T(AD) + FA(0) + (18 N)(1/2 AB) + (30 N)(AB) = 0
T(AB sin 37°) + 0 + (9 N)(AB) + (30 N)(AB) = 0
39 N = 0,6T atau T = 65 N. Contoh Soal 19 :
Sistem terlihat pada gambar. Massa batang homogen AB yakni 50 kg dan massa bebannya 150 kg. Ujung A diengselkan ke tembok, sedangkan beban dihubungkan ke ujung B dengan seutas tali melalui sebuah katrol. Massa tali dan goresan pada katrol diabaikan, g = 10 m/s2, dan sinθ = 7/16 .
a. Gambarkanlah diagram gaya-gaya yang bekerja pada batang AB dan pada beban, serta hitunglah tegangan talinya.
b. Berapakah besar gaya engsel di titik A?
Kunci Jawaban :
Diketahui: m1 = 150 kg, m2 = 50 kg, g = 10 m/s2, AC = 1,5 m, AB = 4 m, dan sinθ = 7/16.
ΣFy = 0
T + NC = m1g
T + NC = 1.500 N
NC = 1.500 N – T …....... (a) Perhatikanlah diagram gaya pada batang.
Gaya reaksi beban terhadap batang yakni NC' (bukan m1g) dengan NC' = NC (pasangan gaya aksi-reaksi).
Gunakan syarat kesetimbangan batang pada titik A.
ΣτΑ = 0
NC' (AC) + m2g (CB) = T sinθ (AC)
NC' (1,5 m) + m2g (2 m) = T sinθ (4 m) ........... (b)Substitusikan Persamaan (a) pada Persamaan (b) sehingga diperoleh :
(1.500 N – T)(1,5 m) + (500 N)(2 m) = T (7/16) (4 m)
2.250 Nm – 1,5 T m + 1.000 Nm = 7/4 T m
9.000 Nm – 6 T m + 4.000 Nm = 7T m
13T m = 13.000 Nm → T = 1.000 N.
b. Gunakan metoda segitiga untukmenghitung gaya engsel FA.
Contoh Soal 20 :
Balok kayu seragam di atas sepanjang 8 m dan berat 200 N berada di atas dua buah tiang penyangga A dan B. Besar beban yang dirasakan oleh titik A (dalam N) yakni ....
a. 60
b. 90
c. 120
d. 150
e. 180
ΣτB = 0
w (3 m) – FA (4 m) = 0
(200 N)(3 m) – FA (4 m) = 0
FA = 150 NJawab: d
Benda bidang tersebut dilubangi di lima titik. Kemudian, benda digantungkan pada paku di dinding. Benda tersebut akan mencapai keseimbangan indeferen apabila titik berat berada di titik ....
a. P
b. Q
c. R
d. S
e. T
Kunci Jawaban :
Apabila benda berada dalam keseimbangan indeferen (netral), pusat gravitasi benda tetap walaupun benda diberi gaya horizontal. Jadi, pada kasus tersebut benda akan setimbang netral jikalau pusat massanya di titik R. (Posisi R tetap walaupun benda diputar)
Jawab: c
Contoh Soal 22 :
Sebuah tangga homogen AB yang panjangnya 5 m dan massanya 8 kg disandarkan pada dinding vertikal yang licin. Ujung A bersandar pada dinding, sedangkan ujung B terletak di lantai garang yang berjarak 3 m dari dinding. Tentukan koefisien gesek antara lantai dan ujung B, semoga batang setimbang tepat akan bergerak. (percepatan gravitasi g = 10 m/s2)
Kunci Jawaban :
Diketahui: AB = 5 m, mAB = 8 kg = 80 N, BC = 3 m, AC = 4 m, dan g = 10 m/s2.
ΣτΒ = 0
NA(AC) – WAB (½ CB) = 0
NA(AC) – 80 (½ CB) = 0
NA(4 m) – (40 N)(3 m) = 0 → NA = 30 N
ΣFy = 0 → NB = 80 N
ΣFx = 0 → fB = NA atau μNB = NA
μ (80 N) = 30 N → μ= 3/8 3. Kesetimbangan Tiga Gaya
Gambar 27. Gaya F1, F2, dan F3 bekerja pada titik partikel dengan sudut masing-masing. |
Apabila terdapat tiga gaya yang bekerja pada satu titik partikel dan partikel tersebut berada dalam keadaan setimbang, ibarat pada Gambar 27, berlaku kekerabatan sebagai berikut.
dengan α 1, α 2, dan α3 merupakan sudut apit antara dua gaya yang berdekatan.
Contoh Soal 23 :
Benda pada gambar mempunyai berat 400 N dan digantung dalam keadaan diam. Tentukanlah besar tegangan-tegangan yang terjadi pada kedua tali yang menahan benda.
(Ingat, tegangan yakni gaya yang terdapat pada seutas tali yang menarik suatu benda).
(Ingat, tegangan yakni gaya yang terdapat pada seutas tali yang menarik suatu benda).
Kunci Jawaban :
Diketahui: w = 400 N, θ 1 = 37°, dan θ 2 = 53°
Perhatikan diagram uraian gaya yang bekerja pada titik A. Gaya T1 dan T2 menghasilkan komponen-komponen gaya berdasarkan sumbu-x dan sumbu-y yang diproyeksikan sebagai berikut:
T1x = T1 cos 37° = T1 (0,8) = 0,8 T1
T1y = T1 sin 37° = T1 (0,6) = 0,6 T1
T2x = T2 cos 53° = T2 (0,6) = 0,6 T2
T2y = T2 sin 53° = T2 (0,8) = 0,8 T2 Terapkan syarat kesetimbangan sehingga diperoleh :
Contoh Soal 24 :
Σ Fx = 0 → T2x – T1x = 0 atau 0,6 T2 – 0,8 T1 = 0
Σ Fx = –0,8 T1 + 0,6 T2 = 0 .... (a)
Σ Fy = 0 → T1y – T2y – w = 0 atau 0,6 T1 + 0,8 T2 – 400 = 0
Σ Fy = 0,6 T1 + 0,8 T2 = 400 N .... (b)Contoh Soal 24 :
Seutas tali ABCD digantungkan pada titik A dan D. Pada titik B digantungkan beban seberat w. Tentukanlah besar w semoga sistem dalam kesetimbangan ....
a. 4 N
b. 8 N
c. 12 N
d. 16 N
e. 20 N
4. Kesetimbangan Gaya pada Jembatan
Kesetimbangan statis banyak diaplikasikan dalam bidang teknik, khususnya yang bekerjasama dengan desain struktur jembatan. Anda mungkin sering melewati jembatan untuk menyeberangi sungai atau jalan. Menurut Anda, bagaimanakah kesetimbangan statis suatu jembatan jikalau dijelaskan secara Fisika?
Suatu jembatan sederhana sanggup dibentuk dari batang pohon atau lempengan kerikil yang disangga di kedua ujungnya. Sebuah jembatan, walaupun hanya berupa jembatan sederhana, harus cukup berpengaruh menahan berat jembatan itu sendiri, kendaraan, dan orang yang menggunakannya. Jembatan juga harus tahan terhadap efek kondisi lingkungan. Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, dibuatlah jembatan-jembatan yang desain dan konstruksinya lebih panjang dan indah, serta terbuat dari material yang lebih berpengaruh dan ringan, ibarat baja. Secara umum, terdapat tiga jenis konstruksi jembatan. Marilah pelajari pembahasan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada setiap jenis jembatan berikut.
a. Jembatan kantilever yakni jembatan panjang yang ibarat dengan jembatan sederhana yang terbuat dari batang pohon atau lempengan batu, tetapi penyangganya berada di tengah. Pada bagian-bagiannya terdapat kerangka keras dan kaku (terbuat dari besi atau baja). Bagian-bagian kerangka pada jembatan kantilever ini meneruskan beban yang ditanggungnya ke ujung penyangga jembatan melalui kombinasi antara tegangan dan regangan. Tegangan timbul tanggapan adanya pasangan gaya yang arahnya menuju satu sama lain, sedangkan regangan ditimbulkan oleh pasangan gaya yang arahnya saling berlawanan.
Gambar 28. Jembatan kantilever ini banyak dipakai di Indonesia untuk menghubungkan wilayah antardaerah. |
Perhatikanlah Gambar 28. Kombinasi antara pasangan gaya yang berupa regangan dan tegangan, mengakibatkan setiap serpihan jembatan yang berbentuk segitiga membagi berat beban jembatan secara sama rata sehingga meningkatkan perbandingan antara kekuatan terhadap berat jembatan. Pada umumnya, jembatan kantilever dipakai sebagai penghubung jalan yang jaraknya tidak terlalu jauh, lantaran jembatan jenis ini hanya cocok untuk rentang jarak 200 m hingga dengan 400 m.
b. Jembatan lengkung yakni jembatan yang konstruksinya berbentuk busur setengah bulat dan mempunyai struktur ringan dan terbuka. Rentang maksimum yang sanggup dicapai oleh jembatan ini yakni sekitar 900 m. Pada jembatan lengkung ini, berat jembatan serta beban yang ditanggung oleh jembatan (dari kendaraan dan orang yang melaluinya) merupakan gaya-gaya yang saling berpasangan membentuk tekanan. Oleh lantaran itu, selain memakai baja, jembatan jenis ini sanggup memakai batuan-batuan sebagai material pembangunnya. Perhatikanlah Gambar 29. Desain busur jembatan menghasilkan sebuah gaya yang mengarah ke dalam dan ke luar pada dasar lengkungan busur.
Gambar 29. Salah satu pola jembatan lengkung yakni jembatan Rumpyang yang terdapat di Kalimantan Selatan. |
c. Jembatan gantung yakni jenis konstruksi jembatan yang memakai kabel-kabel baja sebagai penggantungnya, dan terentang di antara menara-menara. Setiap ujung kabel-kabel penggantung tersebut ditanamkan pada jangkar yang tertanam di pinggiran pantai. Perhatikanlah Gambar 30.
Jembatan gantung menyangga bebannya dengan cara menyalurkan beban tersebut (dalam bentuk tekanan oleh gaya-gaya) melalui kabel-kabel baja menuju menara penyangga. Kemudian, gaya tekan tersebut diteruskan oleh menara penyangga ke tanah. Jembatan gantung ini mempunyai perbandingan antara kekuatan terhadap berat jembatan yang paling besar, jikalau dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya. Oleh lantaran itu, jembatan gantung sanggup dibentuk lebih panjang, ibarat Jembatan Akashi-Kaikyo di Jepang yang mempunyai panjang rentang antarmenara 1780 m.
Gambar 30. Jembatan Ampera yang terdapat di Sumatra Selatan ini memakai konstruksi jembatan gantung dengan dua menara. |
Pada batang homogen seberat 200 N digantungkan beban 440 N dengan panjang L (lihat gambar). Besar gaya yang dilakukan penyangga pada batang yakni ....
a. FA = 210 N ; FB = 330 N
b. FA = 430 N ; FB = 210 N
c. FA = 200 N ; FB = 440 N
d. FA = 210 N ; FB = 430 N
e. FA = 440 N ; FB = 200 N FAL = 200 N (1/2) L + 440 N (1/4) L
FA = 100 N + 110 N
FA = 210 N
Syarat kesetimbangan di titik B adalah Σ = Bτ0.
FBL = 200 N (1/2) L + 440 N (3/4) L
FB = 100 N + 330 N
FB = 430 NJawab: d
Rangkuman :
τ = r × F
2. Momen inersia yakni ukuran kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan keadaannya terhadap gerak rotasi.
3. Momen inersia partikel, I = mr2.
4. Momen inersia kumpulan partikel, I = Σmr2.
5. Momen inersia benda tegar, I = ∫ r2 dm.
6. Momen inersia benda yang sumbunya dipindahkan paralel terhadap sumbu yang melalui pusat massa benda, I = IPM + md2
7. Momentum sudut yakni hasil perkalian antara momentum linear benda dengan jarak terhadap sumbu rotasinya.
L = r × p
8. Besarnya momentum sudut dirumuskan sebagai
L = Iω
9. Hukum Kekekalan Momentum Sudut.
L1 = L2 → I1 ω1 = I2 ω2
10. Energi kinetik gerak rotasi.
EKrot = 1/2 Iω2
11. Energi kinetik total (pada benda menggelinding)
EKtot = EKtrans + EKrot
EKtot = ½ mv2 + ½ Iω212. Kopel dirumuskan sebagai berikut.
M = Fd
13. Syarat kesetimbangan benda tegar.
ΣF = 0
Στ = 0
Anda kini sudah mengetahui Gerak Rotasi, Kinematika Rotasi, Dinamika Rotasi, Momen Gaya, Momen Inersia dan Kesetimbangan Benda Tegar. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Saripudin, A., D. Rustiawan K., dan A. Suganda. 2009. Mudah Belajar Fisika 1 : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 234.
Referensi Lainnya :
Tim Redaksi Dorling Kindersley. 1997. Jendela IPTEK, Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Pustaka.
[1] http://www.dailymail.co.uk/indiahome/indianews/article-2128000/Old-unfit-tacky--IPL-cheerleaders-giving-blues.html
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Flywheel
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Helicopter_rotor
[4] Hewitt, Paul G. 1998. Conceptual Physics, Eight Edition. New York: Addison Wesley Longman.
[5] Jones, E.R. dan Chiulders, R.L. 1994. Contemporary College Physics, Second Edition. New York: Addison Wesley Longman.
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Lance_Armstrong
[7] http://abcnews.go.com/Entertainment/slideshow/niagara-falls-high-wire-walk-nik-wallenda-achieves-16585116
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi
[9] Halliday, David, Robert Resnick, dan Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York: John Wiley & Sons.
[10] Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Obeng
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Delman
[13] http://www.csmonitor.com/World/Olympics/2010/0225/Figure-skating-Can-Mao-Asada-top-Kim-Yuna-with-her-triple-Axel
Anda kini sudah mengetahui Gerak Rotasi, Kinematika Rotasi, Dinamika Rotasi, Momen Gaya, Momen Inersia dan Kesetimbangan Benda Tegar. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Saripudin, A., D. Rustiawan K., dan A. Suganda. 2009. Mudah Belajar Fisika 1 : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 234.
Referensi Lainnya :
Tim Redaksi Dorling Kindersley. 1997. Jendela IPTEK, Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Pustaka.
[1] http://www.dailymail.co.uk/indiahome/indianews/article-2128000/Old-unfit-tacky--IPL-cheerleaders-giving-blues.html
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Flywheel
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Helicopter_rotor
[4] Hewitt, Paul G. 1998. Conceptual Physics, Eight Edition. New York: Addison Wesley Longman.
[5] Jones, E.R. dan Chiulders, R.L. 1994. Contemporary College Physics, Second Edition. New York: Addison Wesley Longman.
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Lance_Armstrong
[7] http://abcnews.go.com/Entertainment/slideshow/niagara-falls-high-wire-walk-nik-wallenda-achieves-16585116
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi
[9] Halliday, David, Robert Resnick, dan Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Edition. New York: John Wiley & Sons.
[10] Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Obeng
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Delman
[13] http://www.csmonitor.com/World/Olympics/2010/0225/Figure-skating-Can-Mao-Asada-top-Kim-Yuna-with-her-triple-Axel
No comments:
Post a Comment