Epigenetik, Nutrisi Ibu Sebelum Masa Kehamilan Dapat Mempengaruhi Fungsi Gen Anak - Semua orang mengetahui bahwa apa yang ibu makan ketika hamil akan kuat besar pada kesehatan anaknya ketika di kandungan maupun ketika sudah lahir. Sebelumnya, sebuah penelitian terbaru yang memakai tikus sebagai binatang uji telah memperlihatkan bahwa masakan / minuman yang dikonsumsi tikus sebelum masa kehamilan kuat terhadap kesehatan calon anaknya. Penelitian yang diterbitkan di jurnal FASEB tersebut menyatakan bahwa masakan / minuman yang dikonsumsi tikus betina sebelum masa kehamilan, secara kimiawi sanggup mengubah DNA induk tersebut dan perubahan DNA ini akan diturunkan ke anak-anaknya. Perubahan DNA atau biasa disebut perubahan epigenetik, secara drastis akan mempengaruhi metabolisme sejumlah besar asam lemak pada bayi tikus
Temuan ini akan mempunyai dampak besar pada penelitian di masa depan yang terkait dengan diabetes, obesitas, kanker, dan gangguan kekebalan tubuh.
“Sebagai orang tua, kita harus mempunyai pemahaman yang lebih baik bahwa tanggung jawab terhadap belum dewasa kita tidak hanya bersifat sosial, ekonomi, atau pendidikan. Namun, kita juga harus memperhatikan kondisi biologis kita lantaran hal ini akan kuat terhadap nasib belum dewasa kita dan imbas dari kondisi tersebut akan berlangsung pada jangka waktu yang usang atau bahkan abadi. Harapan saya ialah bahwa penelitian yang saya lakukan dengan ilmuwan lainnya akan sanggup mengungkapkan kekerabatan biologis tersebut antara orang renta dan anak-anaknya serta bagaimana kita sanggup meningkatkan kualitas kehidupan belum dewasa kita dengan memakai mesin biologis kita sendiri.” Kata Mihai Niculescu, MD, Ph.D., peneliti dari Nutrition Research Institute, University of North Carolina, Chapel Hill, Chapel Hill, NC.
Biji rami dan minyak biji rami. (Credit: © Elena Schweitzer / Fotolia) |
Untuk menciptakan temuan tersebut, Niculescu dan rekan penelitinya membagi induk tikus menjadi dua kelompok, dimana masing-masing kelompok belum mengalami masa kehamilan (gestasi). Salah satu kelompok induk tikus tersebut diberi perlakuan berupa pengontrolan hidangan makanan, yaitu santunan masakan yang mengandung sedikit asam alfa linoleat atau ALA, sedangkan kelompok satunya tidak diberikan perlakuan defisiensi ALA. Metode ini dilakukan dengan mengganti jenis lemak yang terkandung di makanan, namun jumlah kalorinya tetap. Induk tikus tersebut dibiakkan dengan pejantan namun salah satu kelompok tetap diberi perlakuan dengan hidangan masakan yang tetap terkontrol. Segera sehabis induk-induk tikus melahirkan anak-anaknya, maka kedua kelompok induk dan anak tikus tersebut dibagi menjadi dua lagi. Selanjutnya masing-masing setengah kelompok tersebut diberikan asupan pemanis masakan berupa minyak biji rami yang kaya ALA, sementara setengah kelompok lainnya tidak diberikan asupan tersebut (atau makanannya tetap dikontrol).
Para peneliti memakai sampel hati dan darah untuk mengamati level asam lemak tak jenuh (PUFA) dan tingkat metilasi DNA pada gen yang disebut Fads2, dimana gen ini berfungsi mengatur metabolisme PUFA. Mereka menemukan bahwa minyak biji rami telah memicu perubahan pada modifikasi kimiawi dari gen Fads2 pada induk maupun anaknya. Pemberian pemanis minyak biji rami sanggup meningkatkan metilasi gen ini dan pada gilirannya akan menurunkan aktivasi gen tersebut di anak tikus. Namun, minyak biji rami bukanlah satu-satunya faktor yang memperlihatkan dampak terhadap metilasi Fads2 di anak tikus. Ada kekerabatan antara metilase gen di induk maupun anak tikus. Para peneliti juga menemukan fakta bahwa metilasi gen tersebut juga diturunkan atau diwariskan oleh induk. Kemampuan anak tikus untuk mengubah PUFA yang terkandung di hatinya dipengaruhi oleh asupan masakan induknya dan juga adanya metilasi gen Fads2 di induknya.
Studi sebelumnya telah menjelaskan bahwa asupan asam alfa linoleat (ALA) sanggup mengubah konsentrasi asam lemak ω-6 dan ω-3 pada induk dan anak tikus. Hal ini akan memperlihatkan konsekuensi pada perkembangan otak anak sehabis melahirkan.
“Penelitian ini juga menambahkan fakta bahwa kegemukan merupakan bukti adanya epigenetik. Pola makan yang tidak sempurna sanggup menghasilkan perubahan fungsi DNA kita dan anak kita atau epigenetik”. Kata Gerald Weissmann, MD, kepala editoriall jurnal FASEB.
Referensi Jurnal :
Mihai D. Niculescu, Daniel S. Lupu, and Corneliu N. Craciunescu. Perinatal manipulation of α-linolenic acid intake induces epigenetic changes in maternal and offspring livers. FASEB J., 2012 DOI: 10.1096/fj.12-210724
Artikel ini merupakan terjemahan dari materi yang disediakan oleh Federation of American Societies for Experimental Biology via via EurekAlert! dan Science Daily (19 September 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment