Sunday, November 10, 2019

Pintar Pelajaran Konsumsi Rutin Minuman Berpemanis Meningkatkan Risiko Genetik Obesitas

Konsumsi Rutin Minuman Berpemanis Meningkatkan Risiko Genetik Obesitas - Para peneliti dari Harvard School of Public Health telah menemukan bahwa, semakin banyak konsumsi minuman berpemanis / sugar-sweetened beverages (SSBs) sanggup menyebabkan kerentanan genetik yang lebih besar terhadap  Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index / BMI) yang tinggi dan peningkatan risiko obesitas. Studi ini memperkuat pandangan bahwa, faktor lingkungan dan genetik sama-sama kuat membentuk risiko obesitas.

Penelitian ini diterbitkan tanggal 21 september secara online pada New England Journal of Medicine .

“Penelitian kami untuk pertama kalinya menawarkan bukti yang memperlihatkan bahwa, faktor genetik dan contoh makan (minuman berpemanis) saling mempengaruhi terhadap berat tubuh dan risiko obesitas. Temuan ini sanggup memotivasi penelitian lebih lanjut  mengenai interaksi antara variasi genom.dan faktor lingkungan terhadap kesehatan manusia,” kata Lu Qi, seorang ajudan profesor di Departemen Gizi HSPH yang merupakan penulis senior pada penelitian ini.

Dalam tiga dekade terakhir, konsumsi minuman berpemanis telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia. Meskipun banyak bukti yang mendukung korelasi antara minuman berpemanis dengan obesitas dan penyakit kronis ibarat diabetes, namun hanya ada sedikit penelitian mengenai apakah dengan mnum minuman berpemanis sanggup mempengaruhi faktor genetik yang bekerjasama dengan obesitas.
Konsumsi Rutin Minuman Berpemanis Meningkatkan Risiko Genetik Obesitas Pintar Pelajaran Konsumsi Rutin Minuman Berpemanis Meningkatkan Risiko Genetik Obesitas
Jumlah kalori dari banyak sekali macam minuman yang kita konsumsi sehari-hari (Foto: extension.org)
Penelitian ini menurut pada data dari tiga kelompok kohort (kelompok yang dipakai sebagai bab dari studi penelitian) besar yang terdiri dari, 121.700 wanita di Nurses’ Health Study, 51.529 laki-laki di Health Professionals dan 25.000 orang di Women’s Genome Health. Semua kelompok penerima telah menuntaskan kuisioner yang berisi wacana rincian masakan dan minuman yang mereka konsumsi dari waktu ke waktu.

Para peneliti menganalisis data dari 6.934 wanita dari NHS, 4.423 orang dari HPFS, dan 21.740 wanita dari WGHS keturunan Eropa. Data genotip penerima tersebut didapatkan menurut studi korelasi genome yang sudah tersedia. Para penerima dibagi menjadi empat kelompok menurut berapa banyak minuman berpemanis yang mereka konsumsi, yaitu : kurang dari satu porsi per bulan, antara 1-4 porsi per bulan, antara 2-6 porsi per minggu, dan satu porsi lebih per hari. Untuk mewakili kecenderungan genetic secara keseluruhan, skor kecenderungan genetik dihitung menurut 32 single-nukleotida polimorfisme (dua atau beberapa fenotip  berbeda yang ada dalam satu populasi suatu spesies)  yang telah diketahui terkait dengan Indeks Massa Tubuh.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, faktor genetik yang mempengaruhi massa tubuh dan risiko obesitas meningkat dua kali lipat pada orang yang meminum satu atau lebih minuman berpemanis tiap harinya dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi minuman tersebut satu kali dalam setiap bulan. Temuan ini memperlihatkan bahwa konsumsi minuman berpemanis secara teratur sanggup memperkuat risiko genetik dari obesitas. Selain itu, individu dengan faktor genetik yang lebih besar untuk obesitas sepertinya lebih rentan terhadap imbas berbahaya dari minuman berpemanis terhadap massa tubuhnya. ”Minuman berpemanis yaitu salah satu kekuatan yang mendorong epidemi obesitas,” kata Frank Hu, seorang profesor di bidang nutrisi dan epidemiologi di HSPH. “Manfaat yang sanggup diambil dari penelitian kami yaitu bahwa, imbas genetik dari obesitas sanggup diimbangi dengan pilihan masakan dan minuman yang sehat.”

Referensi Jurnal :

Qibin Qi, Audrey Y. Chu, Jae H. Kang, Majken K. Jensen, Gary C. Curhan, Louis R. Pasquale, Paul M. Ridker, David J. Hunter, Walter C. Willett, Eric B. Rimm, Daniel I. Chasman, Frank B. Hu, Lu Qi. Sugar-Sweetened Beverages and Genetic Risk of Obesity. New England Journal of Medicine, 2012; 120921130020003 DOI: 10.1056/NEJMoa1203039

Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh Harvard School of Public Health, via EurekAlert! dan Science Daily (21 September 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment