Saturday, November 16, 2019

Pintar Pelajaran Lemari Es Di Padang Pasir, Buatan Pelajar Sma

Lemari Es Di Padang Pasir, Buatan Pelajar Sekolah Menengan Atas - Merupakan sebuah tantangan untuk menjaga sesuatu biar tetap hambar di tempat padang pasir yang terik, terutama kalau tidak ada listrik yang tersedia. Akan tetapi sepasang siswa dan siswi Sekolah Menengan Atas berusia 16 tahun dari Amman, Yordania, telah menemukan perangkat gres menyerupai lemari es yang sanggup membantu menjaga buah-buahan dan sayuran biar tetap hambar dan bertahan selama lebih dari seminggu pada tempat padang pasir yang terik dan kekurangan sumber listrik.

Fawzi Al-Mitwalli dan Nour Maraqa, siswa dan siswi kelas 10 di sekolah Al-Ra’ed Al-Arabi, menjelaskan secara detail pendingin ramah lingkungan mereka pada tanggal 15 Mei di ekspo Intel International Science and Engineering yang digelar di Pittsburgh.  Acara ini disponsori oleh Intel Foundation dan diselenggarakan oleh Society for Science & the Public (Berita Sains untuk Anak-Anak).

Perangkat gres tersebut sangat sederhana dan murah. Perangkat itu bekerja dengan memanfaatkan kekuatan pendinginan evaporative (ketika air menguap, atau berubah dari cair ke gas, air menyerap sejumlah besar panas). Dalam prototipe mereka, gelas berbentuk kotak yang tinggi (merupakan tempat menjaga makanan dan buah-buahan biar tetap dingin) berada di dalam container (wadah), dari tanah liat/tembikar dengan pori-pori yang besar dan berisi air. Wadah tersebut ditempatkan di dalam sebuah kotak yang terbuat dari cermin kaca. Cermin beling tersebut memantulkan sinar matahari, sehingga mencegah pemanasan wadah yang ada di dalamnya.
 Merupakan sebuah tantangan untuk menjaga sesuatu biar tetap hambar di tempat padang pasir Pintar Pelajaran Lemari Es Di Padang Pasir, Buatan Pelajar SMA
Fawzi Al-Mitwalli (kiri) dan Nour Maraqa telah membuatkan pendingin tenaga surya dengan biaya rendah untuk tempat padang pasir (Foto: Patrick Thornton, SSP).
Dua kipas kecil yang dipasang pada sisi berlawanan dari kotak beling tersebut (kedua kipas tersebut menerima suplai lisrik dari sebuah panel surya kecil) membantu sirkulasi udara hangat di sekitar wadah tembikar. Satu kipas menarik udara hangat ke dalam kotak, sedangkan kipas yang lain mendorong udara keluar dari sisi lain. Air yang berada pada sisi wadah tembikar diuapkan oleh udara yang mengalir. Hal tesebut akan mendinginkan air yang berada di dalam tembikar, sehingga akan mendinginkan makanan yang di disimpan dalam kotak beling yang berada pada bab paling dalam. Dua baterai kecil menyimpan energi listrik dihasilkan oleh panel surya,sehingga memastikan biar pendingin bekerja secara baik di siang dan malam hari.

Percobaan tersebut mengatakan bahwa saat suhu udara di luar  berkisar pada suhu 24 ° C (sedikit di atas 75° Fahrenheit), suhu di dalam kompartemen makanan berada pada suhu kurang dari 10° C (50° F).  Dalam kondisi menyerupai itu, buah-buahan dan sayuran yang berada di dalam pendingin akan tetap segar dan sanggup bertahan selama 10 hari. Sementara yang tidak berada dalam pendingin akan rusak dalam kondisi dan jangka waktu yang sama.

Panel surya pada pendingin tersebut juga memberi daya kepada lampu ultraviolet kecil di dalam kompartemen pendingin. Lampu ini memproduksi ozon yang akan membunuh atau menghambat mikroorganisme. Berbeda dengan lemari es pada umumnya, di mana lampu menyala saat pintu terbuka, lampu UV di dalam pendingin ini justru akan mati saat seseorang membukanya. Hal tersebut melindungi mata pengguna dari radiasi sinar ultraviolet.

Secara keseluruhan, biaya yang diharapkan untuk menciptakan perangkat ini kurang dari $ 100 (AS), jauh lebih sedikit daripada biaya lemari es konvensional. Pendingin yang mereka ciptakan ini mempunyai kegunaan di tempat gurun yang tidak mempunyai sumber listrik, sebuah situasi tidak menguntungkan yang terjadi di sebagian sebagian besar tempat Timur Tengah, kata mereka.

Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh Science News for Kids. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment