Tuesday, November 26, 2019

Pintar Pelajaran Majas Metafora, Pengertian, Contoh, Macam-Macam / Jenis, In Praesentia (Eksplisit), In Absentia

Artikel dan Makalah perihal Majas Metafora, Pengertian, Contoh, Macam-macam / Jenis, in praesentia (Eksplisit), absentia - Beberapa pakar menganggap metafora sebagai “ratunya” majas, lantaran jikalau dilihat proses pembentukannya, banyak jenis majas lainnya yang sanggup dikelompokkan ke dalam jenis majas ini. Sebenarnya berdasarkan Orrecchioni (1977: halaman 149-156) melihat bentuknya, ada dua macam metafora.

1. Metafora in praesentia 

Metafora in praesentia ialah metafora  yang bersifat eksplisit.

Contoh: 

“Tono ialah buaya darat” (biasa disebut asimilasi). 

Di sini kedua unsur yang dibandingkan muncul, jadi tidak bersifat implisit. Apabila kita bandingkan aspek makna majas simile dengan metafora asimilasi, akan tampak perbedaan. Kita lihat contoh berikut:

a. “Tono menyerupai buaya darat” (simile),
b. “Tono memang buaya darat” (asimilasi)

Kalimat pertama menyatakan bahwa sebagian sifat Tono menyerupai sifat buaya darat. Sementara itu, jikalau tak ada kata pembanding (digunakan metafora asimilasi), maka si pengujar menyatakan bahwa secara keseluruhan, Tono memang buaya darat.

2. Metafora in absentia

Metafora in absentia ialah metafora yang dibuat berdasarkan penyimpangan makna. Seperti juga pada simile, dalam metafora terdapat dua kata (atau bentuk lain) yang maknanya dibandingkan. Namun, salah satu unsur bahasa yang dibandingkan, tidak muncul, bersifat implisit. Sifat implisit ini menimbulkan adanya perubahan teladan dan penyimpangan makna, sehingga mengakibatkan persoalan kolokasi, yaitu kesesuaian makna dari dua atau beberapa satuan linguistik yang hadir secara berurutan dalam ujaran yang sama. Hal-hal inilah yang mungkin menjadi persoalan dalam pemahaman metafora

Contoh: 

“Banyak cowok yang ingin mempersunting mawar desa itu”.

Di bawah ini akan dikemukakan denah wilayah makna dalam metafora (Tutescu: 1979, hal. 98).
 Beberapa pakar menganggap metafora sebagai  Pintar Pelajaran Majas Metafora, Pengertian, Contoh, Macam-macam / Jenis, in praesentia (Eksplisit), in absentia

Pada denah di atas, tampak dua bulat yang disatukan, masing-masing menampilkan wilayah makna ‘mawar’ dan wilayah makna ‘gadis’. Sebahagian dari kedua wilayah makna itu bertumpang tindih (ditampilkan oleh potongan yang diberi warna hitam), dan hal itu mengatakan adanya sekumpulan komponen makna penyama, yaitu yang sama-sama dimiliki kedua wilayah makna, meskipun wilayah makna itu menyatu, makna pertama tidak menghilang, melainkan ada di latar belakang makna metaforis. Jadi, dalam metafora tidak terjadi substitusi makna melainkan interaksi makna (I.A. Richards dalam Todorov, 1970: hal. 29).

Lingkaran yang berada di sebelah kiri, merupakan petanda awal (signifié de départ), dan bulat yang berada di sebelah kanan, mengemukakan petanda final (signifié d’arrivée). Ini sanggup terjadi berkat adanya mediator (Intermédiaire) yang merupakan komponen makna penyama.

Pada kalimat contoh di atas, kata mawar digunakan untuk menyebut gadis. Jadi, keduanya dibandingkan. Komponen makna penyama: ‘cantik’, ‘indah’, ‘segar’, ‘harum’, ‘berduri’, ‘cepat layu’. Komponen makna pembeda untuk gadis ialah ‘manusia’, ‘berjenis wanita’, untuk mawar ialah ‘bagian dari tanaman’.

Berikut ini akan dikemukakan pula denah segitiga semantik metafora:
 Beberapa pakar menganggap metafora sebagai  Pintar Pelajaran Majas Metafora, Pengertian, Contoh, Macam-macam / Jenis, in praesentia (Eksplisit), in absentia

Pada denah di sebelah atas, ada dua segitiga. Yang di sebelah kiri merupakan denah semantik mawar (Bagan I) dan yang ditampilkan di sebelah kanan, ialah denah semantik gadis (Bagan II) Bagan berikutnya (yang ke III) merupakan denah semantik majas metafora. Di sini telah terbentuk segi-tiga semantik ke tiga, yang bahwasanya muncul dalam teks. Makna kata pertama (ditampilkan dengan segitiga bergaris terputus-putus) tidak hilang, melainkan berada di latar belakang makna metaforis. Yang dibandingkan ialah gadis dan mawar. Acuan mawar pada awalnya ialah “sejenis bunga” tetapi dalam kalimat di atas acuannya bermetamorfosis “perempuan yang belum menikah” 

Namun, menyerupai telah dikemukakan di atas, unsur yang dibandingkan, yaitu gadis, tidak muncul (implisit) Yang hadir hanya unsur pembanding, yaitu mawar. Ini berarti, konsep ‘mawar’ berinteraksi dengan konsep ‘gadis’. Itulah sebabnya dikatakan bahwa dalam metafora terjadi penyimpangan makna. Di sini, timbul persoalan kolokasi. Sebagaimana telah disebutkan di atas, pada contoh ini (Banyak cowok yang ingin mempersunting mawar desa itu), tampak bahwa kata cowok tidak berkolokasi dengan mempersunting mawar.

Metafora ini sering dianggap sebagai majas yang terpenting, bahkan beberapa pakar linguistik mengelompokkan beberapa majas lain ke dalam metafora. Di sini akan diuraikan dasar perbandingan yang digunakan. Kita telah mengenal unsur yang bukan insan dibandingkan dengan insan (personifikasi) juga insan yang dibandingkan dengan benda atau binatang (depersonifikasi). Selain itu di sini juga akan dikemukakan pengelompokan lain, yang mengatakan apakah unsur yang dibandingkan merupakan unsur konkrit ataupun abstrak.

Agar lebih jelas, dalam pembicaraan perihal metafora, kiranya perlu dilakukan subklasifikasi berdasarkan unsur-unsur yang dibandingkan.

3. Majas yang tercakup dalam metafora: Perbandingan unsur konkrit-abstrak

Marilah kita lihat kini unsur-unsur yang dibandingkan dalam metafora dari aspek konkrit abstrak. Sebelum dilakukan perbandingan, perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian konkrit dan ajaib dalam penelitian ini. Sesuatu yang konkrit ialah sesuatu yang sanggup ditangkap oleh panca indra (dapat diraba, dilihat, didengar, dicium ataupun dicecap). Sesuatu yang ajaib ialah di luar yang telah disebutkan tadi. Klasifikasi ini sanggup tumpang tindih dengan personifikasi dan depersonifikasi, namun subklasifikasi ini lebih luas, sanggup meliputi semua metafora.

3.1. Perbandingan unsur konkrit dengan unsur konkrit lain.

Dalam subjenis ini, suatu unsur konkrit dibandingkan dengan unsur konkrit lain.

Contoh: “Si tiang listrik bersolek menyolok.”

Di sini, ada perbandingan antara tiang listrik (unsur konkrit) dengan insan yang kurus tinggi (unsur konkrit). Tindakan bersolek hanya dilakukan manusia. Komponen makna penyama adalah: ‘tinggi kurus’, komponen makna pembedanya bagi insan (implisit) ialah ‘mahluk hidup’, sedangkan untuk tiang listrik ialah ‘benda’.

Contoh lain :

a. “Si Marni memang murahan”.

Di sini, perempuan (unsur konkrit) dibandingkan dengan barang (unsur konkrit lain) yang biasa diperjualbelikan.

b. “Menjadi tiang keluarga, tidaklah mudah”

Ada perbandingan antara tiang (unsur konkrit) dengan orang yang membiayai keluarga (unsur konkrit lain).

3.2 Perbandingan unsur konkrit dengan unsur abstrak

Dalam majas metafora ini unsur konkrit dibandingkan dengan unsur abstrak.

Contoh: “Volvo memang gampang untuk menaklukkan hati gadis yang busuk bensin.”

Dalam kalimat di atas, volvo (unsur konkrit) dibandingkan dengan kemewahan (unsur abstrak). Komponen makna penyamanya ialah ‘mahal’, ‘mewah’ sedangkan komponen makna pembeda untuk volvo ialah ‘benda’, ‘sesuatu yang konkrit’ dan untuk kemewahan ialah ‘sesuatu yang abstrak’, ‘mencakup banyak hal’. Kata volvo tidak berkolokasi dengan menaklukkan hati”.

Contoh lain:

a. Puncak Monas telah usang dilupakan orang.”

Di sini, puncak Monas, (unsur konkrit) dibandingkan dengan semangat kepahlawanan Indonesia (unsur abstrak)

b. “Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak”

Pada kalimat di atas, basil dan gajah (unsur konkrit) dibandingkan dengan kesalahan (unsur abstrak).

3.3. Perbandingan unsur ajaib dengan unsur konkrit

Dalam subjenis ini sanggup terlihat perbandingan antara unsur ajaib dengan yang konkrit.

Contoh: “Kegelapan malam menelan bumi.”

Di sini kegelapan malam (unsur abstrak), dibandingkan dengan insan atau binatang (unsur konkrit). Di sini ada ketidaksesuaian kolokasi, kegelapan malam tidak berkolokasi dengan menelan.

Contoh lain: “Masa depannya hancur berantakan”

Majas ini menampilkan perbandingan antara masa depan (unsur abstrak) dengan barang pecah belah (unsur konkrit). Komponen makna penyama ialah ‘sesuatu yang rapuh’, sedangkan komponen makna pembeda untuk masa depan ialah ‘waktu’, sedangkan untuk barang pecah belah ialah ‘benda’ Frasa hancur awut-awutan yang biasanya hanya digunakan untuk barang pecah belah, tidak berkolokasi dengan masa depan.

Contoh Lain:

a. “Tidak semua percintaan bermuara pada perkawinan”

Di sini dibandingkan kata percintaan (unsur abstrak) dengan sungai (unsur konkrit). Komponen makna penyamanya adakah ‘sesuatu yang mengalir’. Komponen makna pembeda untuk percintaan ialah ‘perasaan manusia’ dan untuk sungai ialah ‘bagian dari alam.’ Kata percintaan tidak berkolokasi dengan bermuara.

b. “Kesedihan membayangi wajahnya”.

Di sini unsur yang dibandingkan ialah kesedihan (sesuatu yang abstrak) dan bayang-bayang (unsur konkrit). Komponen makna penyamanya adalah: ‘sesuatu yang suram’, ‘tanpa sinar’ sedangkan makna pembeda bagi kesedihan ialah perasaan manusia, dan bagi bayang-bayang ialah ‘ruang’ ‘di balik benda yang terkena sinar’.

3.4. Perbandingan unsur ajaib dengan unsur ajaib lain

Pada subklasifikasi jenis majas ini akan diperlihatkan perbandingan antara sesuatu yang ajaib dengan unsur ajaib lainnya.

Contoh: “Keserakahan ialah penyakit menular”.

Di sini, yang dibandingkan ialah keserakahan dan penyakit menular. (keduanya merupakan unsur abstrak). Komponen makna penyama ialah ‘sesuatu yang menimbulkan penderitaan’. Komponen makna pembeda untuk keserakahan ialah ‘sifat manusia’, sedangkan untuk penyakit menular ialah ‘gangguan’ ‘tidak nyaman’ ‘mahluk hidup’.

Contoh lain: “Harapan merupakan semangat hidup baginya.”

Kalimat ini mengemukakan perbandingan antara cita-cita dan semangat hidup (keduanya unsur abstrak). Komponen makna penyama ialah ‘batin’, ‘manusia’, ‘kekuatan’. Komponen makna pembeda untuk cita-cita ialah ‘keinginan’, ‘agar menjadi kenyataan’, sedangkan untuk semangat ialah ‘roh’, ‘kehidupan’.

Pada kedua contoh di atas, tidak ada kata (bentuk lain) yang bersifat implisit, keduanya merupakan metafora asimilasi, jadi bersifat eksplisit. Tampaknya perbandingan antara unsur ajaib dengan unsur ajaib lain kebanyakan mengambil bentuk metafora asimilasi. Untuk mengetahui secara niscaya perihal hal ini, perlu dilakukan penelitian lebih jauh.

Demikianlah telah dikemukakan pengelompokkan pada majas perbandingan.


Referensi :

Orrecchioni, K. 1986. La Connotation. Presse Universitaire de Lyon, Lyon. pp. 94-156.

Tutescu, M. 1979. Précis Sémantique. Klinsieck, Paris. pp. 74-102

Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.

No comments:

Post a Comment