Artikel dan Makalah perihal Majas Paradoks, Pengertian, Contoh, Macam-macam / Jenis, Pertentangan - Paradoks ialah opini atau argumen yang berlawanan dengan pendapat umum, bisa dianggap abnormal atau luar biasa. Dikatakan juga paradoks, suatu proposisi yang salah tetapi sekali gus juga benar. Sering kali di balik gagasan yang mengherankan, paradoks menyembunyikan kebenaran yang sanggup dipertahankan. Dalam majas ini, ada dua penanda yang memiliki makna yang beroposisi. Kedua penanda muncul, jadi tidak bersifat implisit.
Namun, oposisi itu ada dalam makna kata saja, sedangkan di dalam kehidupan seringkali paradoks itu tidak merupakan oposisi melainkan menguatkan makna.
Contoh : “Semut memang patut dicontoh, rajin bekerja dan bisa bekerjasama”.
Pada kalimat di atas, kita lihat sebuah paradoks: insan (implisit) sebagai mahluk tertinggi, yang memiliki akal, menerima pesan yang tersirat supaya mencontoh tindakan semut, mahluk yang sangat kecil. Komponen makna untuk insan ialah ‘mahluk mulia’, ‘berukuran cukup besar’, ‘berakal’, beroposisi dengan komponen makna yang ada dalam semut, ‘mahluk yang sangat kecil’, ‘tidak berakal’.Berikut ini akan dikemukakan denah wilayah maknanya:
Bagan wilayah makna ini perlu dikemukakan dalam lingkup konteks pengujaran (di sini ditampilkan dengan bentuk persegi panjang). Konteks ini bisa bersifat tekstual, bisa juga situasional. Apabila wilayah semantik ini tidak ditempatkan dalam konteks pengujaran, maka majas paradoks tidak akan dipahami, dan kata-kata yang ada hanya akan dianggap aneh.
Inilah yang disebut paradoks. Bagan segitiga semantik tidak perlu dikemukakan di sini, alasannya ialah kedua kata beroposisi, sehingga masing-masing bangun sendiri.
Contoh lain:
- “Meskipun hatinya sangat panas, kepalanya tetap dingin.”
Kata panas dan cuek mengandung komponen makna yang berlawanan. Ujaran itu tampak aneh, luar biasa, alasannya ialah hati dan kepala yang dimaksud, berada dalam diri satu orang manusia. Makara acuannya tidak sesuai dengan pendapat “umum”. Meskipun demikian, secara konotatif, jadi dalam konteks tertentu, hal itu bisa saja terjadi, bahkan seharusnya demikian. Inilah yang disebut paradoks.
Referensi :
Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.
Referensi :
Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.
No comments:
Post a Comment