Puasa dan Makan Tepat Waktu Dapat Mencegah Obesitas - Ternyata waktu kita makan sama pentingnya dengan apa yang kita makan. Para ilmuwan di Salk Institute for Biological Studies telah menemukan bahwa makan dengan waktu yang teratur dan memperpanjang masa puasa setiap hari sanggup mengesampingkan imbas kesehatan yang merugikan dari diet tinggi lemak dan mencegah obesitas, diabetes dan penyakit hati pada tikus.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan tanggal 17 Mei 2012 di Cell Metabolism, para ilmuwan dari Salk Institute melaporkan bahwa tikus yang makannya dibatasi selama periode 8 jam sekali lebih sehat daripada tikus yang makan dengan bebas sepanjang hari, terlepas dari kualitas dan isi dari kuliner mereka. Studi ini berusaha untuk memilih apakah obesitas dan penyakit yang berkaitan dengan metabolisme merupakan jawaban dari tumpuan makan yang berlemak atau dari gangguan pada siklus metabolisme.
“Sudah menjadi sebuah kepercayaan bahwa tumpuan makan yang berlemak mengakibatkan obesitas ,” kata Satchidananda Panda, seorang profesor di laboratorium Laboratorium Regulatory Biolog yang juga merupakan penulis senior pada makalah ini. ”Temuan kami, bagaimanapun, memperlihatkan bahwa makan dengan waktu yang teratur dan puasa akan bermanfaat bagi kesehatan kita.”
Obesitas menjadi salah satu hambatan kesehatan utama di negara maju dan telah menjadi endemi dalam skala global (Foto: AP photo) |
Panda dan timnya memberi makan dua kelompok tikus dengan gen, jenis kelamin dan usia yang sama. Mereka diberi makan yang terdiri dari 60 persen kalori dari lemak (seperti makan keripik kentang dan es krim). Satu kelompok tikus sanggup makan kapan saja mereka inginkan, sedangkan kelompok yang lain dibatasi hanya makan selama 8 jam setiap malam, pada dasarnya, kelompok ini tidak makan selama sekitar 16 jam sehari. Dua kelompok yang dipakai sebagai kontrol mempunyai tumpuan makan yang terdiri dari sekitar 13 persen kalori dari lemak dengan kondisi yang sama.
Setelah 100 hari, tikus yang mengonsumsi kuliner berlemak sepanjang hari mempunyai kolesterol tinggi, glukosa darah tinggi, mengalami kerusakan hati dan kontrol motorik berkurang, sedangkan kelompok tikus yang waktu makannya dibatasi mempunyai berat tubuh 28% lebih ringan dan tidak memperlihatkan penurunan kondisi kesehatan meskipun mengkonsumsi jumlah kalori yang sama dari kuliner berlemak yang sama. Lebih lanjut, tikus pada kelompok yang tumpuan makannya dibatasi mengalahkan tikus yang tumpuan makannya tidak dibatasi dalam tes kebugaran.
Gambar diatas ialah gambar sel hati dari tikus yang tidak dibatasi tumpuan makannya (kiri) dan sel hati tikus yang dibatasi tumpuan makannya (kanan) (Foto: Salk Institute for Biological Studies) |
“Ini ialah hasil yang mengejutkan,” kata Megumi Hatori, seorang peneliti postdoctoral yang merupakan penulis pertama studi tersebut. ”Selama 50 tahun terakhir, kami telah diberitahu untuk mengurangi kalori yang berasal dari lemak. Kami menemukan, bahwa waktu berpuasa sangat penting. Dengan makan pada waktu yang terbatas, anda masih sanggup melawan imbas merusak dari tumpuan makan yang tinggi lemak. Kami tidak menemukan imbas jelek dari berpuasa dan makan kuliner yang sehat. ”
Hatori memperingatkan, kita seharusnya tidak lantas mengambil kesimpulan bahwa makan banyak kuliner yang tidak sehat akan menciptakan tubuh baik-baik saja selama kita berpuasa. ”Apa yang ditunjukkan penelitian ini ialah selama kita puasa, tubuh sanggup melawan kuliner yang tidak sehat ke tingkat yang lebih signifikan,” katanya. ”akan tetapi niscaya tetap akan ada batasnya.”
Obesitas menjadi dilema kesehatan utama di banyak negara maju, dan ketika ini sudah mencapai proporsi pandemi global. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, lebih dari sepertiga orang remaja di Amerika dan 17 persen remaja mengalami obesitas. Obesitas meningkatkan risiko beberapa kondisi kesehatan yang jelek menyerupai tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes. Dengan mengubah gaya hidup, menyerupai makan kuliner yang sehat dan berolahraga secara rutin, merupakan langkah awal dalam melawan obesitas. Penelitian ini memperlihatkan pilihan lain untuk mencegah obesitas, yaitu dengan menjaga ritme makan alami tanpa mengubah asupan makanan.
Para ilmuwan telah usang mengasumsikan bahwa faktor pemicu obesitas pada tikus ialah nutrisi, namun, temuan ini memperlihatkan bahwa penyebaran asupan kalori selama sehari sudah didistribusikan secara baik melalui jalur metabolisme yang diatur oleh jam sirkadian (jam biologi tubuh tubuh yang berafiliasi dengan kondisi terperinci dan gelap) dan sensor nutrisi.
Penelitian ini menemukan bahwa tubuh menyimpan lemak ketika makan dan mulai mengkremasi lemak dan kolesterol menjadi asam empedu hanya sehabis beberapa jam puasa. Pada ketika sering makan, tubuh terus menciptakan dan menyimpan lemak, hal tersebut membengkakkan sel-sel lemak dan sel hati sehingga sanggup menjadikan kerusakan hati. Dalam kondisi tersebut hati juga akan terus menciptakan glukosa, sehingga meningkatkan kadar gula darah. Dengan waktu makan yang dibatasi di sisi lain akan mengurangi produksi lemak bebas, glukosa dan kolesterol, sehingga menciptakan elemen-elemen tersebut sanggup berfungsi dengan lebih baik. Berpuasa akan mengurangi penyimpanan lemak dan mengaktifkan prosedur pembakaran lemak ketika menjalani puasa, dengan demikian puasa sanggup menjaga sel-sel hati tetap sehat dan mengurangi lemak tubuh secara keseluruhan.
Siklus puasa akan mengaktifkan enzim pada hati bahwa yang akan memecah kolesterol menjadi asam empedu, hal itu akan memacu metabolisme lemak coklat (brown fat, tipe ”lemak baik” dalam tubuh kita yang mengubah kalori berlebihan menjadi panas). Dengan demikian secara harfiah tubuh akan mengkremasi lemak selama puasa. Hati akan menghentikan produksi gula selama beberapa jam, yang membantu menurunkan gula darah. Gula yang sudah ada di dalam darah justru akan digunakan untuk memperbaiki sel yang rusak dan menciptakan DNA baru. Hal ini membantu mencegah sejumlah penyakit kronis menyerupai jantung, kanker, stroke dan Alzheimer.
Kata Panda, pesan dari penelitian ini adalah, “makan pada waktu yang teratur pada siang hari dan berpuasa terbukti bermanfaat, tetapi, kita harus menunggu studi pada insan untuk pertanda hal ini.”
Dia menambahkan, kabar baiknya adalah, gangguan kesehatan pada insan yang telah berhasil ditemukan obatnya pertama kali diuji pada tikus, sehingga ia dan timnya berharap temuan mereka sanggup berhasil pada manusia. Jika kita berpuasa, maka akan sanggup mencegah kenaikan berat tubuh sebesar 10 hingga 20 persen, hal itu akan menjadi salah satu gaya hidup sederhana yang sehat dan efektif untuk melawan obesitas.
Peneliti lain yang terlibat pada penelitian ini diantaranya ialah Christopher Vollmers, Amir Zarrinpar, Luciano DiTacchio, Shubhroz Gill, Mathias Leblanc, Amandine Chaix, Matius Joens dan JamesAJ Fitzpatrick, dari Institut Salk dan Eric A. Bushong, Mark H. Ellisman, dari University of California, San Diego.
Referensi Jurnal :
Megumi Hatori, Christopher Vollmers, Amir Zarrinpar, Luciano DiTacchio, Eric A. Bushong, Shubhroz Gill, Mathias Leblanc, Amandine Chaix, Matthew Joens, James A.J. Fitzpatrick, Mark H. Ellisman, Satchidananda Panda. Time-Restricted Feeding without Reducing Caloric Intake Prevents Metabolic Diseases in Mice Fed a High-Fat Diet. Cell Metabolism, 2012; DOI: 10.1016/j.cmet.2012.04.019
Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang dari bahan yang disediakan oleh Salk Institute for Biological Studies, via Newswise dan Science Daily. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
No comments:
Post a Comment