Friday, November 8, 2019

Pintar Pelajaran Respon Sistem Imun Menjadi Kunci Pembuatan Vaksin Penyakit Jantung

Respon Sistem Imun Menjadi Kunci Pembuatan Vaksin Penyakit Jantung - Sebagian besar orang mungkin tahu bahwa penyakit jantung tetap menjadi “sindikat” pembunuh insan no. 1. Namun, kebanyakan orang mungkin akan terkejut kalau tahu bahwa kolesterol merupakan “kaki tangan utama” dari penyakit jantung. Kolesterol sanggup mengakibatkan ancaman penumpukan plak di arteri yang sanggup memicu serangan jantung. Lalu siapa sesungguhnya pelaku pembunuhan tersebut? Pelakunya yaitu sel inflamasi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh.

Sejumlah studi telah memperlihatkan tugas inflamasi dalam memicu penumpukan plak, atau yang biasa dikenal sebagai aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyebab yang mendasari sebagian besar serangan jantung dan stroke. Namun, hingga ketika ini, pengetahuan mengenai sel-sel imun (kekebalan) yang menjadi kunci dari proses tersebut masih terbatas.

Para peneliti di La Jolla Institute for Allergy & Immunology telah mengidentifikasi tipe spesifik sel-sel imun atau kekebalan badan (sel T CD4) yang mengatur atau “mendesain” serangan yang mengakibatkan peradangan pada dinding arteri. Selanjutnya, para peneliti juga menemukan bahwa sel-sel imun tersebut bersikap seperti mereka sebelumnya telah “melihat / mengenali” antigen tersebut, sehingga sel-sel imun tersebut “meluncurkan” serangan.
Respon Sistem Imun Menjadi Kunci Pembuatan Vaksin Penyakit Jantung Pintar Pelajaran Respon Sistem Imun Menjadi Kunci Pembuatan Vaksin Penyakit Jantung
Gambar tersebut merupakan pencitraan dari aorta (pembuluh darah besar) tikus yang terkena aterosklerotik. Sel T (merah) melekat pada sel pembawa antigen yang mempunyai protein yang diproduksi oleh badan (self-protein). Hal ini terjadi alasannya yaitu sel-sel T beranggapan bahwa sebelumnya mereka telah mengenali atau “melihat” protein tersebut (Credit: Image courtesy of La Jolla Institute for Allergy and Immunology)
“Hal yang paling mengejutkan saya pada temuan ini yaitu bahwa sel-sel imun sepertinya mempunyai “ingatan / memori” terhadap molekul yang dihasilkan oleh sel perhiasan (antigen-presenting cell), yaitu sel yang mempunyai kompleks antigen asing. Pengetahuan terhadap memori sistem imun tersebut merupakan hal yang sanggup mendasari keberhasilan pembuatan vaksin penyakit jantung. Dengan adanya temuan ini, maka secara konseptual, pengembangan vaksin penyakit jantung menjadi sangat mungkin.” Kata Klaus Ley, M. D, spesialis imunologi vaskuler, yang memimpin penelitian tersebut memakai tikus sebagai subyek percobaanya.

Dr. Ley meyakini bahwa antigen yang terlibat sesungguhnya merupakan protein normal, namun kesalahan badan yang mendeteksinya sebagai protein asing, telah mengakibatkan terjadinya serangan dari sistem kekebalan badan sehingga menimbulkan peradangan di arteri. “Intinya, kami menyampaikan bahwa kemungkinan terdapat komponen autoimun yang sangat reaktif pada kasus penyakit jantung. Fenomena ini sanggup terjadi tanggapan adanya autoimmune diseases (kekeliruan respon sistem kekebalan) sehingga mengakibatkan terjadinya serangan terhadap sel normal. Melalui pemahaman ini, kami berharap sanggup membuat vaksin tolerogenik menyerupai yang sedang dilakukan ketika ini untuk penyakit diabetes. Fungsi vaksin tolerogenik ini yaitu untuk menginduksi badan agar memperlihatkan toleransi  terhadap antigen tertentu yang dikenalinya, sehingga serangan yang akan dilakukan oleh sel inflamasi terhadap antigen tersebut sanggup dicegah.” Kata Dr. Ley.

Studi ini telah dipublikasikan secara online di Jurnal Clinical Investigation. (13/08/2012).

Meskipun temuan tersebut sangat menjanjikan bagi bidang medis, utamanya untuk penyakit jantung, namun Dr. Rey memperingatkan bahwa membuat vaksin merupakan proses kompleks yang memakan waktu bertahun-tahun untuk pengembangannya. Dia juga menambahkan bahwa kalau penelitian selanjutnya berjalan sukses, maka vaksin tolerogenik akan sanggup menghentikan serangan dari komponen inflamasi. Vaksin ini kemungkinan juga sanggup dipakai bahu-membahu dengan statin (obat penurun kolesterol), yang selama ini telah memperlihatkan donasi signifikan dalam pencegahan penyakit jantung. Jika dipakai secara bersama-sama, mereka sanggup memperlihatkan “dua pukulan” sekaligus terhadap penyakit jantung.

Dr. Ley menyampaikan bahwa sel pembawa antigen biasanya dimiliki oleh organisme penginfeksi, material abnormal dan protein yang dihasilkan oleh badan (pada kasus autoimmune diseases). Pada penggalan permukaan antigen terdapat potongan-potongan kecil yang disebut epitop. Jika ada sel T yang mempunyai reseptor yang tepat, maka sel T tersebut akan mengenali potongan epitop. Selanjutnya sel T akan membuat sitokin (sejenis molekul tentara pada sistem imun) untuk menyerang material yang dianggap abnormal tersebut. Akibat serangan itu, maka akan terjadi peradangan. Penyakit autoimun (autoimmune diseases) mencakup penyakit menyerupai diabetes tipe 1, artritis rheumatoid (radang sendi), dan sklerosis ganda / multiple (suatu kelainan dimana saraf mata, otak dan tulang belakang kehilangan selubung sarafnya).

Pada penelitian ini, Dr. Ley dan timnya memakai teknik pencitraan sel hidup untuk memindai keberadaan sel-sel imun pada aorta (pembuluh darah besar) tikus, baik yang normal maupun yang terkena arterosklerosis. Dr. Ley menyampaikan bahwa tikus yang terkena arterosklerosis mempunyai sejumlah besar sel T yang reaktif terhadap antigen dan siap bereaksi kalau melihat potongan epitop tertentu (dari protein yang dihasilkan tubuh) yang dianggap asing. Sel-sel T akan berkomunikasi dengan sel pembawa antigen, kemudian mengambil tindakan dengan memproduksi sitokin untuk menyerang sel-sel pembuluh darah. Hal inilah yang membuat terjadinya peradangan pada dinding pembuluh darah secara terus-menerus. Sel-sel inflamasi ini selanjutnya juga sanggup bergabung dengan lemak dan kolesterol untuk membentuk plak. Plak ini akan sanggup menyumbat arteri sehingga mengganggu aliran darah dan karenanya terjadi serangan jantung.

Dr. Ley menambahkan bahwa sebelumnya belum pernah diketahui bahwa sel T yang reaktif terhadap antigen sanggup berada di dinding pembuluh darah. Melalui temuan terbarunya ini maka beliau percaya bahwa sangat mungkin untuk sanggup membuat vaksin penyakit jantung.

Referensi Jurnal :

Ekaterina K. Koltsova, Zacarias Garcia, Grzegorz Chodaczek, Michael Landau, Sara McArdle, Spencer R. Scott, Sibylle von Vietinghoff, Elena Galkina, Yury I. Miller, Scott T. Acton, Klaus Ley. Dynamic T cell–APC interactions sustain chronic inflammation in atherosclerosis.Journal of Clinical Investigation, 2012; DOI: 10.1172/JCI61758

Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh La Jolla Institute for Allergy and Immunology via Science Daily (13 Agustus 2012). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment