Saturday, November 30, 2019

Pintar Pelajaran Cara / Sistem Reproduksi Organisme Prokariotik

Cara / Sistem Reproduksi Organisme Prokariotik - Organisme prokariotik hanya berkembang biak (bereproduksi) secara aseksual melalui pembelahan sel, yang disebut pembelahan biner (binary fission). Dalam pembelahan ini, ADN disintesis secara terus-menerus. Sebuah sel prokariotik tunggal dalam lingkungan yang sesuai akan menjadi suatu koloni akhir pembelahan berulang-ulang. Perhatikan Gambar 3.4. Waktu generasi yang pendek memungkinkan populasi prokariotik dapat mengikuti keadaan dengan keadaan lingkungan secara cepat. Dalam suatu lingkungan dengan sumberdaya yang memadai, satu sel akan membelah menjadi 2 sel. Kedua sel akan membelah menghasilkan 4 sel, kemudian 8 sel, 16 sel, dan seterusnya. Beberapa spesies dapat membelah dalam waktu 20 menit, ada juga yang bisa membelah pada kisaran waktu 1 hingga 3 jam. Jika pembelahan ini berlanjut terus, dalam 24 jam akan terbentuk koloni prokariotik dengan massa 1 juta kilogram. Namun, pertumbuhan organisme prokariotik di alam umumnya melambat pada titik tertentu, yaitu dikala koloni kehabisan nutrien atau dikala koloni tersebut meracuni diri sendiri dengan penumpukan buangan hasil metabolisme.

Dalam pembelahan biner ini, bahan genetik hasil pembelahan sama dengan bahan genetik induknya. Walaupun organisme prokariotik bereproduksi secara aseksual, namun beberapa kuman dapat melakukan beberapa cara untuk merekombinasi bahan genetiknya. Cara rekombinasi bahan genetik tersebut yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi. Transformasi berarti pengambilan gen dari lingkungan sekitar, yang memungkinkan terjadinya perpindah an bahan genetik antarprokariotik. Konjugasi artinya pemindahan gen-gen secara langsung dari prokariotik satu ke prokariotik lainnya. Sedangkan transduksi adalah pemindahan gen antarprokariotik dengan dukungan virus.

Gambar 1. mengatakan konjugasi pada organisme prokariotik. 
 Sistem Reproduksi Organisme Prokariotik Pintar Pelajaran Cara / Sistem Reproduksi Organisme Prokariotik
Gambar 1. Konjugasi kuman Escherichia coli (Chana et al., 2013)
Beberapa organisme prokariotik membentuk sel-sel endospora yang tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan. Perhatikan Gambar 2. 
 Sistem Reproduksi Organisme Prokariotik Pintar Pelajaran Cara / Sistem Reproduksi Organisme Prokariotik
Gambar 2. Koloni kuman di cawan petri (Edward et al., 2010)
Sel awal akan mereplikasi kromosomnya dan satu salinannya diselubungi dinding yang kuat. Walaupun sel bab luar hancur akhir keadaan lingkungan, endospora yang dikandungnya akan bertahan hidup. Air mendidih tidak cukup panas untuk membunuh sebagian besar endospora dalam jangka waktu yang relatif singkat. Orang yang mengalengkan masakan harus melaksanakan tindakan yang tepat untuk mengatasi endospora yang berbahaya ini. Di laboratorium, para ahli mikrobiologi memakai autoklaf untuk mensterilkan media, gelas, dan peralatan lain di laboratorium. Autoklaf merupakan wadah pemanas dengan tekanan tinggi yang sanggup membunuh kuman bahkan endospora dengan cara memanaskannya hingga suhu 120 OC  Dalam lingkungan yang normal, endospora sanggup bertahan hingga berabad-abad. Jika ditempatkan pada lingkungan yang sesuai, endospora akan mengalami hidrasi dan hidup kembali untuk menghasilkan koloni.

Anda kini sudah mengetahui Reproduksi Organisme Prokariotik. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Chana, K. Y., W. W. Yea, Y. Zhangb, L. D. Xiaoa, P. H.M. Leungc, Y. Lib, M. Yang. 2012. Ultrasensitive detection of E. coli O157:H7 with biofunctional magnetic bead concentration via nanoporous membrane based electrochemical immunosensor. Biosensors and Bioelectronics, 41 : pp. 532–537. DOI : 10.1016/j.bios.2012.09.016.

Edward F., DeLong, O. Béjà. 2010. The Light-Driven Proton Pump Proteorho- dopsin Enhances Bacterial Survival during Tough Times. PLoS Biology, 8(4): e1000359. DOI: 10.1371/journal.pbio.1000359.

Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.

No comments:

Post a Comment